Friday, 29 September 2017

Tuhanku, Tuhan Kita Bersama

Tuhanku, Tuhan Kita Bersama

Sejak dahulu kala kita menyembah-Nya
Memohon sembari bertekuklutut kepada-Nya
Sekarang dan esok kelak, apa yang kita dapatkan dari-Nya?
Surga atau Neraka?

Berbuat amal apapun di dunia
Maka, akan kembali kepada kita
karena Tuhanku, Tuhan kita bersama
Bukankah demikian?

Meski harus tertundukmalu meminta
Karena besarnya dosa, dusta, dan pengkhinatan
Apakah berarti kita harus menjauh dari-Nya?
Tidakah itu benar?

Kalau pun “ia”, itu adalah dusta
Kalau pun “memaksa” itu adalah dosa
Apalagi “Sengaja” itu adalah pengkhinatan
Terlebih dianggap “ganjaran” itu adalah anggapan keji

Maka berthentilah...!
Karena aku dan kita semua
Tidak pernah tahu, tak akan tahu
Kapan, di mana, dan seperti apa hidup kita selanjutnya

Karena hanya diri- Nyalah 
yang berhak menentukan
Karena hanya diri-Nyalah
yang dapat mengamini segala kehendak-Nya dan kita

Jika diri kita tidak memiliki daya dan upaya
Maka satu kata yang mempersatukan kita
“Tuhanku, Tuhan kita bersama”
Untuk selma-lamanya

Buka kedua mata, ketika kita berjumpa
Dan jangan lupa, Tutuplah kembali ketika kita berpisah
karena kita tak pernah tahu,
Esok hari atau kapan Tuhanku bukan lagi Tuhan kita bersama

Wednesday, 27 September 2017

Prosa Arab Masa Jahiliyah dalam Pandangan Aliran San'ah

Prosa Jahiliya


          Prosa adalah suatu ungkapan yang tidak bernadham, berwazan, dan beqofiyah. Adapaun perosa terbagi menjadi dua macam bagian; yang pertama adalah perosa biasa dan prosa seni (sastra). Prosa biasa sering disebut dengan istilah “al-Thakhotub” yang mana dalam prosa ini tidak memiliki nilai sastra kecuali di contoh-contoh kalimat hikmah, itupun jarang yang memiliki kandungan sastra. berbeda halnya dengan prosa sastra, prosa yang mana para pendahulu sering menggunakanya dengan bahasa-bahasa balgha, sastra, dan ungkapan-ungkapan yang berbau sastra di dalamnya. Prosa ini, memiliki dua pembahasan. Yaitu biasanya ada pada khitabah dan tulisan sastra. itulah sebabnya, prosa tersebut disebut dengan istilah prosa sastra. prosa yang mana di dalamnya mengandung cerita-cerita seperti mana surat-surat sastra yang ditulis dengan sebuah tinta tangan.

            Jika flash back ke masa jahiliyah, maka akan dijumpai macam perosa sastra ini berkecimpung di dunia arab. Karena orang arab jahiliyah sangat menyukai sejarah dan cerita-cerita. Semisal cerita kuda-kuda, persoalan-persoaln, dan raja-raja mereka. Begitu juga dalam sebuah sirah nabawiyah, nadru bin haris al-Makky, menceritakan kepada kaum qurais tentang pahlawan-pahlawan pemberani semisal rustam dan isfindiyari. Dan paling banyak cerita dalam cerita-cerita mereka adalah  tentang kesehariannya dan peperangan mereka di masa jahiliyah. Seperti mana tercover dalam dalam buku Sarhul Naqoid, karya abu ubaidah, buku al-Aghany, karya Abu Farji al-Asbahany. Dan para ahli bahasa dan sastra sudah membaca kedua kitab tersebut yang mana di dalamnya mengandung penjelasan tentang “kehidupan orang arab jahiliyah dan peperangan mereka”. Seperti mana yang tertera dalam sebuah karyanya, ibnu Abd Rabah, karya sangat dikenal adalah “al-Aqdul farid”, begitu juga dengan karyanya, ibn Astir “al-Kamil, dan Midany di bagian ke-29 dalam kitabnya “majmaul amsal”.
            Pada masa ini, masa jahiliyah sangat jarang dijumpai kaum arab jahiliyah mampu menulis bahkan sampai pada masa antara hampir datangnya Islam mereka semua masih buta dengan yang namanya tulis-menulis dengan bahasa arab. Itulah sebabnya, tidak dibenarkan sebuah kejadian yang dikatakan oleh Hisam bin Muhammad al-Kalby, kalau dirinya menjumpai sebuah sebagian dari pada tumpukan kertas tentang kaum Arab di sebuah gereja.  Kisah seorang wanita yang bernama “Zanubia” yang dia jempuai dengan tulisan Arab di dalam tumupkan kertas tersebut. Padahal,  tumpuka tersebut ditulis dengan bahasa Suryani.

            Hingga pada masa Islam datang, yang memberikan titik pencerahan terhadap bahasanya dan melahirkan sebuah juru tulis handal seperti; Handhlah bin Rabi’i sebagai juru tulis Nabi Muhammad, dan masih banyak lagi juru tulis Nabi. Sementra dari kaum baduwi, Aksam bin Soyfi dan Hakim Tamim, dari kaum penyair, Bhakar dan Labid bin rabiah.

             

Rokok; anatara Mematikan dan Menghidupkan?

Mematikan atau Menghidupkan?


            Sebelum dan sesudahnya, mungkin penulis terlalu naif untuk membahas persoalan seputar rokok ini. Karena banyak alasan tersendiri ketika penulis mengarang karya ini dengan judul tema “Rokok Mematikan Or Menghidupkan?”. Di anatara dari sekian banyak alasan penulis adalah penulis ikut prihatin terhadap diri penulis pribadi dan umumnya untuk teman-teman yang merokok hanya sebagai ajang gaya-gaya atau sebagai ke laki-lakian dirinya. Hal ini, penulis bukan hanya sering menjumpai, bahkan penulis sendiri sudah mengobservasi terhadap dampak suatu lingkungan yang mana di dalamnya dihuni oleh para penghisap berat, semantara hisapan dan sisa-sisa putung rokoknya hanya sebagai ajang perlombaan untuk dikatakannya atau dinisbatkannya kepada dirinya “Ahli Hisab”. Tentunya, tingkahlaku yang demikian kurang tepat atas dimubahkannya merokok dalam jati diri seseorang.

            Terlebih ketika maraknya judul buku yang diterbitkan dengan judul-judul yang membuat para ahli hisab gelisah atas kehdairan buku tersebut. Sebut saja, buku karyanya Ahmad Rifai, Merokok Haram, Jumali, Merokok Memang Nikmat, Tapi Berhenti Dari Rokok Jauh Lebih Nikmat, dan Pembunuh Berbahaya Itu Bersama Rokok, Muhammad Jaya. Buku-buku beserta judulnya tersebut memberikan kegelisahan bagi sebagian para ahli hisab ketika membaca judulnya. Itupun masih belum ke dalam akar permasalahan satu-persatu yang ada dalam buku tersebut. Namun di sisi lain, ada pula buku-buku yang memiliki judul untuk memberikan senyuma kecil untuk kaum hisapawan. Salah satunya adalah; karya yang diterbitkan oleh salah satu ormas terbesar di Indonesia (NU) dengan judul “NU Smoking Kdaulatan Islam Nusantara dalam Fatwa Kretek” dan karya Sykah Ihsan Jampes, “Kitab Kopi dan Rokok” dari dua karya ini, penulis mendapatkan kesmipulan dengan amat cermat bahwa setiap sesuatu yang ada di dunia ini memiliki sisi positif dan negatif. Smntra dalam bukunya syakh Ihsan Jampes, Memberikan beberapa rincian hukum prihal Rokok tersebut dan salah satu manfaat juga negatifnya.



            Asumsi Jumhurul Ulama lebih condong terhadap sisi negatif yang ada dalam rokok sementara sedikit sekali Ulama yang mengatakan ada sisi positif yang terkandung dalam zat kiamia tersebut. Namun, sekali lagi ingin penulis sampaikan kalaupun mereka berbeda-beda dalam berpandangan dalam suatu pengambilan hukumnya, tentunya tidak pernah lepas dengan apa yang sudah mereka pertimbangkan secara dalam dan sesuai dengan observasi yang mereka lakukan.

            Rokok kadang diamini, kadang pula ditolak. Karena alasan-alasa yang logis tentunya. Namun, Untuk memasuki sub-tema di atas penulis memang sengaja menaruhnya di belakang sebagai penjelasan akhir dari artikel ini.


            Mematikan Or Memberi inspirasi bagi penikmatnya? Untuk memnjawab pertannyaan ini sebenarnya sangat mudah. Yang peratam, penulis menggunakan pendektan medis. Dimana medis menilai rokok adalah wabah bencana bagi generasi selanjutnya. Karena, sudah banyak bukti kalau anak bangsa 75 % mati disebabkan perokok aktif. Baik itu berupa penyakit kangker maupun penyakit-penyakit lainnya. Sementara kaum yang mengatakan rokok adalah inspirasi adalah sebuah landasan yang menggunakan pendekatan “sensasi semata” tidak ada teori logis untuk mendukung kalau merokok itu dapat memberik inpirasi bagi pecandunya. Lalu kenapa perokok aktif memiliki asumsi demikian? Menurut pengalaman penulis (Penulis Perokok Aktif dan Salah Satu yang Mengatakan Ungkapan di atas) adalah karena rokok memiliki nikotin sebagai zat kimia yang dapat memberikan para penghisapawan menjadi pecandu. Sebagaimana yang di ketahui oleh orang banyak, bahwa setiap sesuatu yang dapat mencandukan seseorang. Maka, akan menjadikan orang tersebut tidak pernah bisa lepas dengan rokok. Kalau pun bisa, mungkin membutuhkan waktu yang sangat lama. Itulah sebabnya, banyak oranya mencintai wanita tidak bisa beripisah dengan wanita yang ia cinta. Salah satu alasannya adalah karena sang laki tersebut sudah kecanduan dengan cinta, cinta kepada wanita yang ia cintai. Sama halnya dengan perokok aktif.


Wallahu A’lam Bimuradih

Saturday, 23 September 2017

Fitrahku Untuk-Mu

Kembali Suci


          Setiap manusia akan memiliki tanggung jawab besar, baik itu diluar dirinya maupun di dalam dirinya. Hal itu bisa dilihat dan dirasakan ketika seseorang merasakan hidupnya penuh dengan perjuangan. Karena bagaimanapun, seseorang yang sudah menjalani hidupnya dengan penuh perjuangan akan mengantarkan dirinya kepada arti hakikat sebuha tanggung jawab besar. Sebab antara tanggung jawab dan perjuangan merupakan satu-kesatuan yang tidak bisa terpisahkan. Di mana ada tanggung jawab, di situ terdapat sebuah perjuangan yang selalu seiring bersama.


            Sebagaimana mestinya, tanggung jawab dan perjuangan tidak akan bisa terpisahkan. Namun, ada waktu dimana seseorang berhenti untuk berjuang dan lepas dari tanggung jawab tersebut. Katakanlah “cinta” seseorang yang sedang dilanda oleh cinta, biasanya merasa gelisah ketika cinta tersebut tidak dilontarkan kepada orang yang ia cintainya. Begitu juga dengan semua pekerjaan yang dilakukan oleh setiap insan di muka bumi ini tidak akan pernah lepas dengan yang namanya “perjuangan” dan “pengorbanan”.


            Di sinilah peran setiap manusia yang berhamba kepada Tuhanya adalah tanggung jawab besar mengemban misi tersebut. Karena setiap manusia dilahirkan ke muka bumi ini tidak pernah lekang dengan yang namanya “tanggung jawab” dan “pengorbanan”. Nah, dua hal inilah yang akan mengantarkan seseorang kepada Tuhannya berhamba dengan sebaik-baiknya berhamba.



            Karena, kembalinya jati diri seorang hamba untuk menjadi suci seperti bayi yang baru lahir dari rahim ibunya harus melaksanakan hal-hal yang mana telah di amiini oleh Allah dan menjauhi hal-hal yang mana telah dilarang oleh-Nya.

Monday, 21 August 2017

Wanita Itu

Wanita Itu?

Aduhai...
Ketika kedua mata ini melihat mu
tak sedikitpun bisa berpendar
sengajaku palingkan
hasil tak sesuai dengan harapan.

Aku menyadari, cinta tak semudah itu
dapat cepat tumbuh berkembang
hanya karena pandangan pertamaku
karena cinta dipandangan pertama tidak ada bagiku

Itu dulu terjadi padaku
tapi, tetap sama sampai detik ini
aku masih saja terposan melihat mu
masih saja tunduk sipuh memandang mu


Kamu, iya kamulah wanitaku
wanita idaman janjiku
kelak, jika Tuhan mengamini doaku
akan aku pinang kau dengan basmalah

Thursday, 3 August 2017

Nabipun Telanjang

Nabipun Telanjang


Kebenaran akan selalu bernari-nari
ketika terbenamnya mentari
bulanpun kadang tersenyum
melihat pagi, siang, dan sore menjadi gelap

Bagaimana mungkin kau tahu?
sementara Nabiku saja tak tahu
bagaimana mungkin kau mengerti?
terkadang Nabiku saja diam tertunduk malu

Itulah dia, dia yang penuh dengan teka-teki
ketika diamnya menjadi kebaikan
ketika amalnya menjadi panutan
apa mungkin ini yang dinamakan kebenaran?


Telanjang dengan segala harapan
bernari-nari dengan adanya perbedaan
karena satu suara yang membuat dia telanjang
al-Quran, kalam di atas kebenaran


Maka, sudah wajar ia dinisbatkan
alur lajunya, track recotnya, dan segala yang ada didalamnya
adalah kalam-Nya.
karenanyalah, dia bernari-nari diatas kebenaran.


Baginya, benar saja belum cukup
bagai adanya mentari namun tak berembun
baginya, kebenaran saja belum sempurnaan
karena kesemuprnaan adalah di atas kebenaran.

Aku telanjang, karena Nabiku
aku diam, karena itulah cara aku telanjang dari kebenaran
aku bertindak, karena itu pula aku telanjang dari kebenaran
aku berucap, karena itu juga aku telanjang dari kebenaran

Nabiku mengajarkanku arti sebuah “ketelanjangan”.

karena dari “ketelanjangan” itu, aku mengerti arti kebenaran yang hakiki.

Tuhanpun Membisu

Tuhanpun Membisu


Bunyi air begitu deras
terdengar dari balik asbes rumah
aku bersembunyi di sana
dengan rintihan jerih dan air mata

Aku kadang bertanya
mengapa Tuhan tak mendengarnya?
apa mungkin aku yang budek?
toh aku yang berdoa...!

Tuhan...
Berapa kali aku tadahkan kedua tangan ini?
berapa air mata membasahi pipi bersama harapanku?
berapa kali pula Kau biarkanku?
hidup dengan kesedihan tiada tara.


Kau pun diam dan membisu...
aku sadar, Tuhanpun dapat diam dan membisu
kini, aku panggil Kau dengan julukan baruku
Tuhanku Membisu...

Tuesday, 1 August 2017

Hati Yang Terluka

Aku Pergi


            Entah apa yang membuat saya ngarang karya ini. Tapi yang jelas, karangan ini sebagai wujud kesadaran saya ketika masuk ke dalam lorong-lorong hitam. Lorong yang penuh dengan kotoran dan lumut berserakan itu membuat saya sadar, setiap kepingan harapan walau sekadar saja akan membuahkan kekecewaan yang teramat dalam. Itulah yang saya alami siang ini. Di mana Allah menghadirkan sosok wanita cantik, sholeha, dan teramat baik sekali kepada saya. Namun sayangnya, wanita yang Allah kirimkan itu hanya bisa memberikan harapan hampa kepada saya. Apapun yang ia katakan. Awalanya, diri saya mengamini. Tapi, semakin saya dekat dengan wanita itu, semakin tahu pula kelicikannya. Itu saya sadari ketika lisan yang saya anggap suci awalnya, mengatakan “perhatian ini hanya untuk mas” kata ini, kalimat ini, lafad inilah yang membuat saya tersenyum sangat. Seiring dirinya mengatakan hal itu, dirinya ingkari sendiri ucapanya. Tapi, saya maklumi hal itu. Karena saya sudah terbiasa diperlakukan seperti itu denganya. Hingga pada waktunya, Allah berikan aku sebuah jalan, jalan yang Allah berikan adalah jalan karunia dan rahmat yang tak bisa saya duga hingga detik ini.

            Saya pun tidak boleh bohong dengan perasaan saya sendiri, kalau saya masih cinta dia. Tapi, berat sekali untuk langkahkan kaki ini ke dahapan cinta dan rasa kangen itu. Mungkin ini yang dinamakan ketraumaan dalam menjalin hubungan? Entahlah, aku tak tahu pasti apa mungkin semua akan kembali sperti semula lagi? Yang perlu ditekankan dari pihak saya adalah {menjaga jarak darinya, menjaga hubungan apapun bentuknya untuk menyelamati diri sendiri} kalaupun suatu saat nanti saya tak kuat nahan perasaan ini, nisacaya akan saya paksa diri sya untuk menguburkanya hidup-hidup.
            Sudah diketahui orang banyak, “hati yang telah luka oleh goresan kata dan tingkah orang lain (terlebih kekasih sendiri) tidak akan ditemukan obat penawarnya, sekalipun bisa, hati tak akan dapat kembali utuh seperti semua lagi”. Demikian kata pepatah tersampaikan. Sama halanya, piring yang jatuh ke tanah, kalaupun ingin di lem kembali itu bisa-bisa saja. Namun, tak akan kembali utuh seperti piringnya yang baru. Karena luka sudah mencabik-cabik isi yang ada dalam hati itu.
            Itulah yang saya rasakan sekarang Yunda, rasa sakit ini saya terus pendam, hingga akhirnya saya jatuh sakit (mah) untngnya pda waktu itu tidak terlalu lama saya berbaring di kamar. Apakah itu karena saya tidak makan? Tidak. Karena saya terlalu sering memikirkan hubungan ini mau dibawah kemana? Hubungan ini kenapa menajdi seperti ini? Hubungan ini sebenarnya milikn siapa? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang mebuat saya jatuh sakit karena terlau sering memikirkanya.
            Tapi sayang, apakah ketika saya jatuh sakit kamu selalu ada untukku? Tidak. Bahkan dirimu masih sempat mengecewakan diriku sampai air mata saya jatuh tak sengaja melihat sifat buruk mu itu. Asal kamu tahu, Yunda. Hidup tak selamanya ada di atas, bumi akan senantias berputar pada porosnya. Begiut juga dengan manusia sperti kita akan mencicipi manis dan pahitnya kehiduapan ini. Mungkin, sekaranglah saat dimana saya harus mencicipi pahitnya mencintaimu, dan semoga Allah masih mengampuni dosa-dosaku kepadamu agar diri saya dapat mencium baunya surga, kalau bisa lebih, harapan terbesar saya adalah masuk surga agar bisa melihat ummi dan keluarga saya disana. Karena anggapan saya skarang adalah saya adalah anak yang paling kurang ajar, paling tidak bermoral, bahkan bisa diktakan seringkai membohongi oarang lain terlebih keluarga sendiri demi menjalin hubungan cinta ini.


            Nah, inilah saaatnya...
Aku mengatakan “maaf” untuk kesekian kalinya kepadamu atas kepergianku tampa pamit dengan sopan dan dengan akhlak keapadamu. Tapi yakinlah, banyak laki-laki hebat, ganteng, bahkan yang sesuai dengan sleleramu menunggu mu diluar sana.

Aku pergi, biarkan aku mengembara...

Karena diriku butuh diriku sendiri... 

Monday, 24 July 2017

Semuanya Adalah Kamu

Dunia dan Seisinya


Mengapa yang tampak dari benda-benda adalah dirimu?

Semua manusia dirimu
jalan-jalan tiada berkesudahan adalah dirimu
Dan aku disciptkan untuk perjalanan ini

Bila aku lari darimu
kepadamu pula aku kembali
Maka katakanlah pada Tuhanmu 

"Kemana lagi aku harus melarikan diri?".

Sarapan Pagiku

Luka, Duka, Lara Di Setiap Derap Langkahku



Cukup kuat bagiku menghadapimu
Sekedar membagi kesedihan sembari tertawa

Sudah berapa lama purnama ini
Kenangan mencabik hatiku

Sekedar tertawa dalam luka
Itulah sarapanku, sarapan pagi, siang, malamku

Selamat tertawa...
jangan lupa sarapan,
walaupun dengan hati berluman jantung

Selamat bahagia...
Jangan lupa sarapan
Walaupun dengan derai air mata

Selamat atas semuanya...
Tidak ada kata "balas dendam"
Kini, hanya ada kata "dendam terbalas"


Thursday, 20 July 2017

Masih Betah Jadi Jomblo?

Kapan Nikah?


          Berbicara pernikahan memang sedikit ada yang mengganjal dalam benak penulis. Kendati penulis sendiri belum sempat memikirkan sejauh itu untuk merajut benang ikatan suci. Terlebih kata “Nikah” ini, disampaikan kepada orang yang memang belum menemukan jodohnya, serasa dunia ini hampa dengan kesendirian. Karena bagaimanapun, pernikahan tidak akan pernah luput untuk ditanyakan kepada sabjeknya.
            Sudah barang pasti, manusia di dunia memiliki hasrat untuk menikah. Karena menikah sendiri merupakan sunnatullah, di mana semua yang terkait dengan nikah ini, baik sebelum dan sesudahnya sudah diatur oleh-Nya. Tapi sayangnya,  Kenapa manusia masih takut tidak menemukan pasangan hidupnya? Kenapa manusia masih khawatir kepada jodoh yang sudah dicatat di lauhil mahfud? Satu jawaban dari dua pertannya di atas adalah “Belum percaya kepada-Nya secara totalitas”. kalaupun  sudah, namun masih saja belum menemukannya. Maka, yang harus diperhatikan adalah “bentuk ikhtiyar” seorang hambanya. Karena, meskipun sudah di atur jodohnya, Allah selalu memberikan peluang kepada hambanya dalam memilih selera dan sesukanya.
            Jika kedua-duanya sudah diamalkan, namun masih saja belum menuai hasil. Maka jalan satu-satunya adalah tawakkal kepada Allah selaku Tuhan yang mengatur segalanya. Hal ini sebenarnya sudah disampaikan dalam al-Quran, bahwa sesungguhnya Allah menciptakan mahluknya secara berpasang-pasangan. Dalam pengertian lain, kita dapat fahami bahwa Allah bukan hanya memberikan “kabar baik” di dalam ayat-Nya, ada yang lebih penting dari itu adalah ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah sudah berjanji kepada mahkluknya, semua ciptannya pasti memiliki pasangan masing-masing.
            Seperti yang sudah dijelaskan dalam bukunya M. Quraish Shihab yang berjudul “Pengantin al-Quran” demikian kutipanya: “Mengapa setiap mahluk melaksanakan perkawinan? Salah satu jawabanya adalah karena ada sesuatu dalam diri setiap mahluk yang tidak kecil peranannya dalam wujud ini. Ia adalah naluri yang melahirkan dorongan seksual.” Dan kalau kita mengaca kepada apa yang telah Allah ciptakan, katakanlah seekor “Ikan”. Ikan saja mengarungi samudra yang sangat luas menuju ke tempat yang terpencil, untuk memenuhi hasrat itu guna membentuk generasinya, dan setelah itu kembali lagi ke samudra.
          Begitu juga dengan sepasang burung merpati yang bercumbu mesrah sembari merangkai sarangnya. Tidakkah bunga-bunga yang mekar nan indah, merayu burung dan lebah agar mengantarkan benihnya ke kembang lain untuk dibuahi? Hal yang berpasang-pasangan tersebut bukan hanya berlaku pada tumbuh-tumbuhan dan binatang, sama halnya dengan atom, proton, dan elektron. Kesemuanya ada yang positif juga ada yang negatif jika dipertemukan antara satu sama lain akan ada tarikan untuk memelihara eksistensinya.
            Demikian naluri mahluk, masing-masing memiliki pasangan dan berupaya dengan pasanganya. Agaknya tidak ada satu naluri yang lebih dalam dan lebih kuat doronganya melebihi naluri dorongan pertemuan dua lawan jenis; pria dan wanita, jantan dan betina, positif dan negatif. Itulah yang digambarkan dalam al-Quran.
ومن كل شيئ خلقنا زوجين لعلكم تذكرون
“Segala sesuatu Kami cipatakan berpasang-pasangan agar kamu menyadari (kebesaran Alah)”. (QS. adz-Dzariyat (51): 49).

            Oleh sebab itu, yang masih jomblo, bersabarlah. Semua mahluk Tuhan baik yang melatah, maupun yang tidak sudah diatur secara rata oleh Allah. 

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...