Aku Pergi
Entah apa yang membuat saya ngarang
karya ini. Tapi yang jelas, karangan ini sebagai wujud kesadaran saya ketika
masuk ke dalam lorong-lorong hitam. Lorong yang penuh dengan kotoran dan lumut
berserakan itu membuat saya sadar, setiap kepingan harapan walau sekadar saja
akan membuahkan kekecewaan yang teramat dalam. Itulah yang saya alami siang
ini. Di mana Allah menghadirkan sosok wanita cantik, sholeha, dan teramat baik
sekali kepada saya. Namun sayangnya, wanita yang Allah kirimkan itu hanya bisa
memberikan harapan hampa kepada saya. Apapun yang ia katakan. Awalanya, diri
saya mengamini. Tapi, semakin saya dekat dengan wanita itu, semakin tahu pula
kelicikannya. Itu saya sadari ketika lisan yang saya anggap suci awalnya,
mengatakan “perhatian ini hanya untuk mas” kata ini, kalimat ini, lafad inilah
yang membuat saya tersenyum sangat. Seiring dirinya mengatakan hal itu, dirinya
ingkari sendiri ucapanya. Tapi, saya maklumi hal itu. Karena saya sudah
terbiasa diperlakukan seperti itu denganya. Hingga pada waktunya, Allah berikan
aku sebuah jalan, jalan yang Allah berikan adalah jalan karunia dan rahmat yang
tak bisa saya duga hingga detik ini.
Saya pun tidak boleh bohong dengan
perasaan saya sendiri, kalau saya masih cinta dia. Tapi, berat sekali untuk
langkahkan kaki ini ke dahapan cinta dan rasa kangen itu. Mungkin ini yang
dinamakan ketraumaan dalam menjalin hubungan? Entahlah, aku tak tahu pasti apa
mungkin semua akan kembali sperti semula lagi? Yang perlu ditekankan dari pihak
saya adalah {menjaga jarak darinya, menjaga hubungan apapun bentuknya untuk
menyelamati diri sendiri} kalaupun suatu saat nanti saya tak kuat nahan
perasaan ini, nisacaya akan saya paksa diri sya untuk menguburkanya
hidup-hidup.
Sudah diketahui orang banyak, “hati
yang telah luka oleh goresan kata dan tingkah orang lain (terlebih kekasih
sendiri) tidak akan ditemukan obat penawarnya, sekalipun bisa, hati tak akan
dapat kembali utuh seperti semua lagi”. Demikian kata pepatah tersampaikan. Sama
halanya, piring yang jatuh ke tanah, kalaupun ingin di lem kembali itu
bisa-bisa saja. Namun, tak akan kembali utuh seperti piringnya yang baru. Karena
luka sudah mencabik-cabik isi yang ada dalam hati itu.
Itulah yang saya rasakan sekarang
Yunda, rasa sakit ini saya terus pendam, hingga akhirnya saya jatuh sakit (mah)
untngnya pda waktu itu tidak terlalu lama saya berbaring di kamar. Apakah itu
karena saya tidak makan? Tidak. Karena saya terlalu sering memikirkan hubungan
ini mau dibawah kemana? Hubungan ini kenapa menajdi seperti ini? Hubungan ini
sebenarnya milikn siapa? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang mebuat saya
jatuh sakit karena terlau sering memikirkanya.
Tapi sayang, apakah ketika saya
jatuh sakit kamu selalu ada untukku? Tidak. Bahkan dirimu masih sempat
mengecewakan diriku sampai air mata saya jatuh tak sengaja melihat sifat buruk
mu itu. Asal kamu tahu, Yunda. Hidup tak selamanya ada di atas, bumi akan
senantias berputar pada porosnya. Begiut juga dengan manusia sperti kita akan
mencicipi manis dan pahitnya kehiduapan ini. Mungkin, sekaranglah saat dimana
saya harus mencicipi pahitnya mencintaimu, dan semoga Allah masih mengampuni
dosa-dosaku kepadamu agar diri saya dapat mencium baunya surga, kalau bisa
lebih, harapan terbesar saya adalah masuk surga agar bisa melihat ummi dan
keluarga saya disana. Karena anggapan saya skarang adalah saya adalah anak yang
paling kurang ajar, paling tidak bermoral, bahkan bisa diktakan seringkai
membohongi oarang lain terlebih keluarga sendiri demi menjalin hubungan cinta
ini.
Nah, inilah saaatnya...
Aku mengatakan
“maaf” untuk kesekian kalinya kepadamu atas kepergianku tampa pamit dengan sopan
dan dengan akhlak keapadamu. Tapi yakinlah, banyak laki-laki hebat, ganteng,
bahkan yang sesuai dengan sleleramu menunggu mu diluar sana.
Aku pergi,
biarkan aku mengembara...
Karena
diriku butuh diriku sendiri...
No comments:
Post a Comment