Tuesday 1 August 2017

Hati Yang Terluka

Aku Pergi


            Entah apa yang membuat saya ngarang karya ini. Tapi yang jelas, karangan ini sebagai wujud kesadaran saya ketika masuk ke dalam lorong-lorong hitam. Lorong yang penuh dengan kotoran dan lumut berserakan itu membuat saya sadar, setiap kepingan harapan walau sekadar saja akan membuahkan kekecewaan yang teramat dalam. Itulah yang saya alami siang ini. Di mana Allah menghadirkan sosok wanita cantik, sholeha, dan teramat baik sekali kepada saya. Namun sayangnya, wanita yang Allah kirimkan itu hanya bisa memberikan harapan hampa kepada saya. Apapun yang ia katakan. Awalanya, diri saya mengamini. Tapi, semakin saya dekat dengan wanita itu, semakin tahu pula kelicikannya. Itu saya sadari ketika lisan yang saya anggap suci awalnya, mengatakan “perhatian ini hanya untuk mas” kata ini, kalimat ini, lafad inilah yang membuat saya tersenyum sangat. Seiring dirinya mengatakan hal itu, dirinya ingkari sendiri ucapanya. Tapi, saya maklumi hal itu. Karena saya sudah terbiasa diperlakukan seperti itu denganya. Hingga pada waktunya, Allah berikan aku sebuah jalan, jalan yang Allah berikan adalah jalan karunia dan rahmat yang tak bisa saya duga hingga detik ini.

            Saya pun tidak boleh bohong dengan perasaan saya sendiri, kalau saya masih cinta dia. Tapi, berat sekali untuk langkahkan kaki ini ke dahapan cinta dan rasa kangen itu. Mungkin ini yang dinamakan ketraumaan dalam menjalin hubungan? Entahlah, aku tak tahu pasti apa mungkin semua akan kembali sperti semula lagi? Yang perlu ditekankan dari pihak saya adalah {menjaga jarak darinya, menjaga hubungan apapun bentuknya untuk menyelamati diri sendiri} kalaupun suatu saat nanti saya tak kuat nahan perasaan ini, nisacaya akan saya paksa diri sya untuk menguburkanya hidup-hidup.
            Sudah diketahui orang banyak, “hati yang telah luka oleh goresan kata dan tingkah orang lain (terlebih kekasih sendiri) tidak akan ditemukan obat penawarnya, sekalipun bisa, hati tak akan dapat kembali utuh seperti semua lagi”. Demikian kata pepatah tersampaikan. Sama halanya, piring yang jatuh ke tanah, kalaupun ingin di lem kembali itu bisa-bisa saja. Namun, tak akan kembali utuh seperti piringnya yang baru. Karena luka sudah mencabik-cabik isi yang ada dalam hati itu.
            Itulah yang saya rasakan sekarang Yunda, rasa sakit ini saya terus pendam, hingga akhirnya saya jatuh sakit (mah) untngnya pda waktu itu tidak terlalu lama saya berbaring di kamar. Apakah itu karena saya tidak makan? Tidak. Karena saya terlalu sering memikirkan hubungan ini mau dibawah kemana? Hubungan ini kenapa menajdi seperti ini? Hubungan ini sebenarnya milikn siapa? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang mebuat saya jatuh sakit karena terlau sering memikirkanya.
            Tapi sayang, apakah ketika saya jatuh sakit kamu selalu ada untukku? Tidak. Bahkan dirimu masih sempat mengecewakan diriku sampai air mata saya jatuh tak sengaja melihat sifat buruk mu itu. Asal kamu tahu, Yunda. Hidup tak selamanya ada di atas, bumi akan senantias berputar pada porosnya. Begiut juga dengan manusia sperti kita akan mencicipi manis dan pahitnya kehiduapan ini. Mungkin, sekaranglah saat dimana saya harus mencicipi pahitnya mencintaimu, dan semoga Allah masih mengampuni dosa-dosaku kepadamu agar diri saya dapat mencium baunya surga, kalau bisa lebih, harapan terbesar saya adalah masuk surga agar bisa melihat ummi dan keluarga saya disana. Karena anggapan saya skarang adalah saya adalah anak yang paling kurang ajar, paling tidak bermoral, bahkan bisa diktakan seringkai membohongi oarang lain terlebih keluarga sendiri demi menjalin hubungan cinta ini.


            Nah, inilah saaatnya...
Aku mengatakan “maaf” untuk kesekian kalinya kepadamu atas kepergianku tampa pamit dengan sopan dan dengan akhlak keapadamu. Tapi yakinlah, banyak laki-laki hebat, ganteng, bahkan yang sesuai dengan sleleramu menunggu mu diluar sana.

Aku pergi, biarkan aku mengembara...

Karena diriku butuh diriku sendiri... 

No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...