Mematikan atau Menghidupkan?
Sebelum dan sesudahnya, mungkin
penulis terlalu naif untuk membahas persoalan seputar rokok ini. Karena banyak
alasan tersendiri ketika penulis mengarang karya ini dengan judul tema “Rokok Mematikan
Or Menghidupkan?”. Di anatara dari sekian banyak alasan penulis adalah penulis
ikut prihatin terhadap diri penulis pribadi dan umumnya untuk teman-teman yang
merokok hanya sebagai ajang gaya-gaya atau sebagai ke laki-lakian dirinya. Hal ini,
penulis bukan hanya sering menjumpai, bahkan penulis sendiri sudah
mengobservasi terhadap dampak suatu lingkungan yang mana di dalamnya dihuni
oleh para penghisap berat, semantara hisapan dan sisa-sisa putung rokoknya
hanya sebagai ajang perlombaan untuk dikatakannya atau dinisbatkannya kepada
dirinya “Ahli Hisab”. Tentunya, tingkahlaku yang demikian kurang tepat atas
dimubahkannya merokok dalam jati diri seseorang.
Terlebih ketika maraknya judul buku
yang diterbitkan dengan judul-judul yang membuat para ahli hisab gelisah
atas kehdairan buku tersebut. Sebut saja, buku karyanya Ahmad Rifai, Merokok
Haram, Jumali, Merokok Memang Nikmat, Tapi Berhenti Dari Rokok Jauh
Lebih Nikmat, dan Pembunuh Berbahaya Itu Bersama Rokok, Muhammad
Jaya. Buku-buku beserta judulnya tersebut memberikan kegelisahan bagi sebagian
para ahli hisab ketika membaca judulnya. Itupun masih belum ke dalam akar
permasalahan satu-persatu yang ada dalam buku tersebut. Namun di sisi lain, ada
pula buku-buku yang memiliki judul untuk memberikan senyuma kecil untuk kaum
hisapawan. Salah satunya adalah; karya yang diterbitkan oleh salah satu ormas
terbesar di Indonesia (NU) dengan judul “NU Smoking Kdaulatan Islam Nusantara
dalam Fatwa Kretek” dan karya Sykah Ihsan Jampes, “Kitab Kopi dan Rokok” dari
dua karya ini, penulis mendapatkan kesmipulan dengan amat cermat bahwa setiap
sesuatu yang ada di dunia ini memiliki sisi positif dan negatif. Smntra dalam
bukunya syakh Ihsan Jampes, Memberikan beberapa rincian hukum prihal Rokok
tersebut dan salah satu manfaat juga negatifnya.
Asumsi Jumhurul Ulama lebih condong
terhadap sisi negatif yang ada dalam rokok sementara sedikit sekali Ulama yang
mengatakan ada sisi positif yang terkandung dalam zat kiamia tersebut. Namun,
sekali lagi ingin penulis sampaikan kalaupun mereka berbeda-beda dalam
berpandangan dalam suatu pengambilan hukumnya, tentunya tidak pernah lepas
dengan apa yang sudah mereka pertimbangkan secara dalam dan sesuai dengan
observasi yang mereka lakukan.
Rokok kadang diamini, kadang pula
ditolak. Karena alasan-alasa yang logis tentunya. Namun, Untuk memasuki
sub-tema di atas penulis memang sengaja menaruhnya di belakang sebagai
penjelasan akhir dari artikel ini.
Mematikan Or Memberi inspirasi bagi
penikmatnya? Untuk memnjawab pertannyaan ini sebenarnya sangat mudah. Yang peratam,
penulis menggunakan pendektan medis. Dimana medis menilai rokok adalah wabah
bencana bagi generasi selanjutnya. Karena, sudah banyak bukti kalau anak bangsa
75 % mati disebabkan perokok aktif. Baik itu berupa penyakit kangker maupun
penyakit-penyakit lainnya. Sementara kaum yang mengatakan rokok adalah
inspirasi adalah sebuah landasan yang menggunakan pendekatan “sensasi semata”
tidak ada teori logis untuk mendukung kalau merokok itu dapat memberik inpirasi
bagi pecandunya. Lalu kenapa perokok aktif memiliki asumsi demikian? Menurut pengalaman
penulis (Penulis Perokok Aktif dan Salah Satu yang Mengatakan Ungkapan di atas)
adalah karena rokok memiliki nikotin sebagai zat kimia yang dapat memberikan
para penghisapawan menjadi pecandu. Sebagaimana yang di ketahui oleh orang
banyak, bahwa setiap sesuatu yang dapat mencandukan seseorang. Maka, akan
menjadikan orang tersebut tidak pernah bisa lepas dengan rokok. Kalau pun bisa,
mungkin membutuhkan waktu yang sangat lama. Itulah sebabnya, banyak oranya
mencintai wanita tidak bisa beripisah dengan wanita yang ia cinta. Salah satu
alasannya adalah karena sang laki tersebut sudah kecanduan dengan cinta, cinta
kepada wanita yang ia cintai. Sama halnya dengan perokok aktif.
Wallahu
A’lam Bimuradih
No comments:
Post a Comment