Jenis-Jenis Sastra Arab
Setalah
penulis rangkum pengertian adab dan perkembangan maknanya di dalam bukunya
Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A. Sekarang penulis ingin sekali merangkum kembali “Jenis-jenis
sastra arab”. Tentunya masih dalam buku yang sama.
Dalam literatur kesusastraan, adab
(sastra) mempunyai dua bagian :
1.
الأدب الوصفي \ العلوم الأدبية adalah
sastra yang bersifat deskriptif/nonimajinatif.
2.
الأدب الإنشائي adalah sastra yang bersifat kreatif/fiksi.
Adapun adab al-wasfy dibagi menjadi tiga bagian :
1.
تاريخ الأدب adalah
sejarah sastra yang memperlihatkan perkembangan karya sastra (komunitas dan
perubahan sastra sepanjang sjarah) tokoh-tokoh, dan ciri-ciri dari
masing-masing tahap perkembangan tersebut.
2.
نقد الأدب adalah keritik sastra yang
memperbincangkan pemahaman, penghayatan, penafsiran, dan penilaian terhadap karya
sastra.
3.
نظرية الأدب adalah
teori sastra yang membincarakan pengertian-pengertian dasar tentang sastra,
unsur-unsur yang membangun karya sastra, jenis-jenis sastra, dan perkembangan
serta kerangka pemikiran para pakar tentang apa yang mereka namakan sastra dan
cara mengkajinya.
Adapun
adab al-insya’i terbagi menjadi tiga pembahsan:
·
الشعر yang artinya puisi
·
النثر yang artinya prosa
·
المصراحية yang artinya drama
Setelah mengetahui sebagian besar akan pembagian jenis-jenis sastra
arab. Mungkin, Di benak pembaca terbersit pertanyaan yang menjanggal akan perbedaan adab
al-wasfy dengan adab al-insya’i. Kendati kedua-duanya merupakan sastra. Maka,
di mana letak perbedaanya?
Adapun perbedaan di antara dua jenis sastra arab ini sebagai
berikut:
1.
Dalam
membaca dan memproduksi karya sastra dibutuhkan unsur rasa dan imajinasi. Ke
dua hal ini lebih menonjol kepada jenis sastra (adab al-wasfyi) ketimbang (adab
al-insya’i).
2.
Adab
al-insya’i menjelaskan realitas secara langsung dan bersifat subjektif.
Sementara adab al-wasfy menjelaskan realitas secara tidak langsung.
Yang dimaksud dengan realitas secara langsung dan objektif adalah karya
sastra yang bersifat postivistik. Meski dalam karya sastra yang bukan fantastik
(tidak logis). Kendati, karya yang bersifat ini adalah karya adab al-insya’i. Maka,
sudah barang pasti karya sastra ini membutuhkan objek kajian yang sifarnya
objektif dan berlangsung. Krena, jika kita lihat kembali pembahasan yang ada
dalam adab al-insya’i. Di mana di dalamnya terdapat tiga pembahsan yang memang
butuh kepada dua sifat tersebut.
punten,ini referensi dari kitab mana ya ka
ReplyDelete