Monday 17 October 2016

Jenis-jenis Sastra Arab

Jenis-Jenis  Sastra Arab
          Setalah penulis rangkum pengertian adab dan perkembangan maknanya di dalam bukunya Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A. Sekarang penulis ingin sekali merangkum kembali “Jenis-jenis sastra arab”. Tentunya masih dalam buku yang sama.

            Dalam literatur kesusastraan, adab (sastra) mempunyai dua bagian :

1.      الأدب الوصفي \ العلوم الأدبية adalah sastra yang bersifat deskriptif/nonimajinatif.
2.      الأدب الإنشائي adalah sastra yang bersifat kreatif/fiksi.

Adapun adab al-wasfy dibagi menjadi tiga bagian :

1.      تاريخ الأدب  adalah sejarah sastra yang memperlihatkan perkembangan karya sastra (komunitas dan perubahan sastra sepanjang sjarah) tokoh-tokoh, dan ciri-ciri dari masing-masing tahap perkembangan tersebut.
2.      نقد الأدب  adalah keritik sastra yang memperbincangkan pemahaman, penghayatan, penafsiran, dan penilaian terhadap karya sastra.
3.      نظرية الأدب  adalah teori sastra yang membincarakan pengertian-pengertian dasar tentang sastra, unsur-unsur yang membangun karya sastra, jenis-jenis sastra, dan perkembangan serta kerangka pemikiran para pakar tentang apa yang mereka namakan sastra dan cara mengkajinya.

Adapun adab al-insya’i terbagi menjadi tiga pembahsan:
·         الشعر  yang artinya puisi
·         النثر   yang artinya prosa
·         المصراحية  yang artinya drama

Setelah mengetahui sebagian besar akan pembagian jenis-jenis sastra arab. Mungkin, Di benak pembaca terbersit pertanyaan yang menjanggal akan perbedaan adab al-wasfy dengan adab al-insya’i. Kendati kedua-duanya merupakan sastra. Maka, di mana letak perbedaanya?

Adapun perbedaan di antara dua jenis sastra arab ini sebagai berikut:

1.      Dalam membaca dan memproduksi karya sastra dibutuhkan unsur rasa dan imajinasi. Ke dua hal ini lebih menonjol kepada jenis sastra (adab al-wasfyi) ketimbang (adab al-insya’i).
2.      Adab al-insya’i menjelaskan realitas secara langsung dan bersifat subjektif. Sementara adab al-wasfy menjelaskan realitas secara tidak langsung.

Yang dimaksud dengan realitas secara langsung dan objektif adalah karya sastra yang bersifat postivistik. Meski dalam karya sastra yang bukan fantastik (tidak logis). Kendati, karya yang bersifat ini adalah karya adab al-insya’i. Maka, sudah barang pasti karya sastra ini membutuhkan objek kajian yang sifarnya objektif dan berlangsung. Krena, jika kita lihat kembali pembahasan yang ada dalam adab al-insya’i. Di mana di dalamnya terdapat tiga pembahsan yang memang butuh kepada dua sifat tersebut.


1 comment:

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...