Kapan Nikah?
Berbicara
pernikahan memang sedikit ada yang mengganjal dalam benak penulis. Kendati
penulis sendiri belum sempat memikirkan sejauh itu untuk merajut benang ikatan
suci. Terlebih kata “Nikah” ini, disampaikan kepada orang yang memang belum
menemukan jodohnya, serasa dunia ini hampa dengan kesendirian. Karena
bagaimanapun, pernikahan tidak akan pernah luput untuk ditanyakan kepada
sabjeknya.
Sudah barang pasti, manusia di dunia
memiliki hasrat untuk menikah. Karena menikah sendiri merupakan sunnatullah, di
mana semua yang terkait dengan nikah ini, baik sebelum dan sesudahnya sudah
diatur oleh-Nya. Tapi sayangnya, Kenapa
manusia masih takut tidak menemukan pasangan hidupnya? Kenapa manusia masih
khawatir kepada jodoh yang sudah dicatat di lauhil mahfud? Satu jawaban dari
dua pertannya di atas adalah “Belum percaya kepada-Nya secara totalitas”.
kalaupun sudah, namun masih saja belum
menemukannya. Maka, yang harus diperhatikan adalah “bentuk ikhtiyar” seorang
hambanya. Karena, meskipun sudah di atur jodohnya, Allah selalu memberikan
peluang kepada hambanya dalam memilih selera dan sesukanya.
Jika kedua-duanya sudah diamalkan,
namun masih saja belum menuai hasil. Maka jalan satu-satunya adalah tawakkal
kepada Allah selaku Tuhan yang mengatur segalanya. Hal ini sebenarnya sudah
disampaikan dalam al-Quran, bahwa sesungguhnya Allah menciptakan mahluknya
secara berpasang-pasangan. Dalam pengertian lain, kita dapat fahami bahwa Allah
bukan hanya memberikan “kabar baik” di dalam ayat-Nya, ada yang lebih penting
dari itu adalah ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah sudah berjanji kepada
mahkluknya, semua ciptannya pasti memiliki pasangan masing-masing.
Seperti yang sudah dijelaskan dalam
bukunya M. Quraish Shihab yang berjudul “Pengantin al-Quran” demikian
kutipanya: “Mengapa setiap mahluk melaksanakan perkawinan? Salah satu jawabanya
adalah karena ada sesuatu dalam diri setiap mahluk yang tidak kecil peranannya
dalam wujud ini. Ia adalah naluri yang melahirkan dorongan seksual.” Dan kalau
kita mengaca kepada apa yang telah Allah ciptakan, katakanlah seekor “Ikan”.
Ikan saja mengarungi samudra yang sangat luas menuju ke tempat yang terpencil,
untuk memenuhi hasrat itu guna membentuk generasinya, dan setelah itu kembali
lagi ke samudra.
Begitu
juga dengan sepasang burung merpati yang bercumbu mesrah sembari merangkai
sarangnya. Tidakkah bunga-bunga yang mekar nan indah, merayu burung dan lebah
agar mengantarkan benihnya ke kembang lain untuk dibuahi? Hal yang
berpasang-pasangan tersebut bukan hanya berlaku pada tumbuh-tumbuhan dan
binatang, sama halnya dengan atom, proton, dan elektron. Kesemuanya ada yang
positif juga ada yang negatif jika dipertemukan antara satu sama lain akan ada
tarikan untuk memelihara eksistensinya.
Demikian naluri mahluk,
masing-masing memiliki pasangan dan berupaya dengan pasanganya. Agaknya tidak
ada satu naluri yang lebih dalam dan lebih kuat doronganya melebihi naluri
dorongan pertemuan dua lawan jenis; pria dan wanita, jantan dan betina, positif
dan negatif. Itulah yang digambarkan dalam al-Quran.
ومن كل شيئ خلقنا زوجين لعلكم تذكرون
“Segala sesuatu Kami
cipatakan berpasang-pasangan agar kamu menyadari (kebesaran Alah)”. (QS.
adz-Dzariyat (51): 49).
Oleh sebab itu, yang masih jomblo,
bersabarlah. Semua mahluk Tuhan baik yang melatah, maupun yang tidak sudah
diatur secara rata oleh Allah.
No comments:
Post a Comment