Monday, 21 August 2017

Wanita Itu

Wanita Itu?

Aduhai...
Ketika kedua mata ini melihat mu
tak sedikitpun bisa berpendar
sengajaku palingkan
hasil tak sesuai dengan harapan.

Aku menyadari, cinta tak semudah itu
dapat cepat tumbuh berkembang
hanya karena pandangan pertamaku
karena cinta dipandangan pertama tidak ada bagiku

Itu dulu terjadi padaku
tapi, tetap sama sampai detik ini
aku masih saja terposan melihat mu
masih saja tunduk sipuh memandang mu


Kamu, iya kamulah wanitaku
wanita idaman janjiku
kelak, jika Tuhan mengamini doaku
akan aku pinang kau dengan basmalah

Thursday, 3 August 2017

Nabipun Telanjang

Nabipun Telanjang


Kebenaran akan selalu bernari-nari
ketika terbenamnya mentari
bulanpun kadang tersenyum
melihat pagi, siang, dan sore menjadi gelap

Bagaimana mungkin kau tahu?
sementara Nabiku saja tak tahu
bagaimana mungkin kau mengerti?
terkadang Nabiku saja diam tertunduk malu

Itulah dia, dia yang penuh dengan teka-teki
ketika diamnya menjadi kebaikan
ketika amalnya menjadi panutan
apa mungkin ini yang dinamakan kebenaran?


Telanjang dengan segala harapan
bernari-nari dengan adanya perbedaan
karena satu suara yang membuat dia telanjang
al-Quran, kalam di atas kebenaran


Maka, sudah wajar ia dinisbatkan
alur lajunya, track recotnya, dan segala yang ada didalamnya
adalah kalam-Nya.
karenanyalah, dia bernari-nari diatas kebenaran.


Baginya, benar saja belum cukup
bagai adanya mentari namun tak berembun
baginya, kebenaran saja belum sempurnaan
karena kesemuprnaan adalah di atas kebenaran.

Aku telanjang, karena Nabiku
aku diam, karena itulah cara aku telanjang dari kebenaran
aku bertindak, karena itu pula aku telanjang dari kebenaran
aku berucap, karena itu juga aku telanjang dari kebenaran

Nabiku mengajarkanku arti sebuah “ketelanjangan”.

karena dari “ketelanjangan” itu, aku mengerti arti kebenaran yang hakiki.

Tuhanpun Membisu

Tuhanpun Membisu


Bunyi air begitu deras
terdengar dari balik asbes rumah
aku bersembunyi di sana
dengan rintihan jerih dan air mata

Aku kadang bertanya
mengapa Tuhan tak mendengarnya?
apa mungkin aku yang budek?
toh aku yang berdoa...!

Tuhan...
Berapa kali aku tadahkan kedua tangan ini?
berapa air mata membasahi pipi bersama harapanku?
berapa kali pula Kau biarkanku?
hidup dengan kesedihan tiada tara.


Kau pun diam dan membisu...
aku sadar, Tuhanpun dapat diam dan membisu
kini, aku panggil Kau dengan julukan baruku
Tuhanku Membisu...

Tuesday, 1 August 2017

Hati Yang Terluka

Aku Pergi


            Entah apa yang membuat saya ngarang karya ini. Tapi yang jelas, karangan ini sebagai wujud kesadaran saya ketika masuk ke dalam lorong-lorong hitam. Lorong yang penuh dengan kotoran dan lumut berserakan itu membuat saya sadar, setiap kepingan harapan walau sekadar saja akan membuahkan kekecewaan yang teramat dalam. Itulah yang saya alami siang ini. Di mana Allah menghadirkan sosok wanita cantik, sholeha, dan teramat baik sekali kepada saya. Namun sayangnya, wanita yang Allah kirimkan itu hanya bisa memberikan harapan hampa kepada saya. Apapun yang ia katakan. Awalanya, diri saya mengamini. Tapi, semakin saya dekat dengan wanita itu, semakin tahu pula kelicikannya. Itu saya sadari ketika lisan yang saya anggap suci awalnya, mengatakan “perhatian ini hanya untuk mas” kata ini, kalimat ini, lafad inilah yang membuat saya tersenyum sangat. Seiring dirinya mengatakan hal itu, dirinya ingkari sendiri ucapanya. Tapi, saya maklumi hal itu. Karena saya sudah terbiasa diperlakukan seperti itu denganya. Hingga pada waktunya, Allah berikan aku sebuah jalan, jalan yang Allah berikan adalah jalan karunia dan rahmat yang tak bisa saya duga hingga detik ini.

            Saya pun tidak boleh bohong dengan perasaan saya sendiri, kalau saya masih cinta dia. Tapi, berat sekali untuk langkahkan kaki ini ke dahapan cinta dan rasa kangen itu. Mungkin ini yang dinamakan ketraumaan dalam menjalin hubungan? Entahlah, aku tak tahu pasti apa mungkin semua akan kembali sperti semula lagi? Yang perlu ditekankan dari pihak saya adalah {menjaga jarak darinya, menjaga hubungan apapun bentuknya untuk menyelamati diri sendiri} kalaupun suatu saat nanti saya tak kuat nahan perasaan ini, nisacaya akan saya paksa diri sya untuk menguburkanya hidup-hidup.
            Sudah diketahui orang banyak, “hati yang telah luka oleh goresan kata dan tingkah orang lain (terlebih kekasih sendiri) tidak akan ditemukan obat penawarnya, sekalipun bisa, hati tak akan dapat kembali utuh seperti semua lagi”. Demikian kata pepatah tersampaikan. Sama halanya, piring yang jatuh ke tanah, kalaupun ingin di lem kembali itu bisa-bisa saja. Namun, tak akan kembali utuh seperti piringnya yang baru. Karena luka sudah mencabik-cabik isi yang ada dalam hati itu.
            Itulah yang saya rasakan sekarang Yunda, rasa sakit ini saya terus pendam, hingga akhirnya saya jatuh sakit (mah) untngnya pda waktu itu tidak terlalu lama saya berbaring di kamar. Apakah itu karena saya tidak makan? Tidak. Karena saya terlalu sering memikirkan hubungan ini mau dibawah kemana? Hubungan ini kenapa menajdi seperti ini? Hubungan ini sebenarnya milikn siapa? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang mebuat saya jatuh sakit karena terlau sering memikirkanya.
            Tapi sayang, apakah ketika saya jatuh sakit kamu selalu ada untukku? Tidak. Bahkan dirimu masih sempat mengecewakan diriku sampai air mata saya jatuh tak sengaja melihat sifat buruk mu itu. Asal kamu tahu, Yunda. Hidup tak selamanya ada di atas, bumi akan senantias berputar pada porosnya. Begiut juga dengan manusia sperti kita akan mencicipi manis dan pahitnya kehiduapan ini. Mungkin, sekaranglah saat dimana saya harus mencicipi pahitnya mencintaimu, dan semoga Allah masih mengampuni dosa-dosaku kepadamu agar diri saya dapat mencium baunya surga, kalau bisa lebih, harapan terbesar saya adalah masuk surga agar bisa melihat ummi dan keluarga saya disana. Karena anggapan saya skarang adalah saya adalah anak yang paling kurang ajar, paling tidak bermoral, bahkan bisa diktakan seringkai membohongi oarang lain terlebih keluarga sendiri demi menjalin hubungan cinta ini.


            Nah, inilah saaatnya...
Aku mengatakan “maaf” untuk kesekian kalinya kepadamu atas kepergianku tampa pamit dengan sopan dan dengan akhlak keapadamu. Tapi yakinlah, banyak laki-laki hebat, ganteng, bahkan yang sesuai dengan sleleramu menunggu mu diluar sana.

Aku pergi, biarkan aku mengembara...

Karena diriku butuh diriku sendiri... 

Monday, 24 July 2017

Semuanya Adalah Kamu

Dunia dan Seisinya


Mengapa yang tampak dari benda-benda adalah dirimu?

Semua manusia dirimu
jalan-jalan tiada berkesudahan adalah dirimu
Dan aku disciptkan untuk perjalanan ini

Bila aku lari darimu
kepadamu pula aku kembali
Maka katakanlah pada Tuhanmu 

"Kemana lagi aku harus melarikan diri?".

Sarapan Pagiku

Luka, Duka, Lara Di Setiap Derap Langkahku



Cukup kuat bagiku menghadapimu
Sekedar membagi kesedihan sembari tertawa

Sudah berapa lama purnama ini
Kenangan mencabik hatiku

Sekedar tertawa dalam luka
Itulah sarapanku, sarapan pagi, siang, malamku

Selamat tertawa...
jangan lupa sarapan,
walaupun dengan hati berluman jantung

Selamat bahagia...
Jangan lupa sarapan
Walaupun dengan derai air mata

Selamat atas semuanya...
Tidak ada kata "balas dendam"
Kini, hanya ada kata "dendam terbalas"


Thursday, 20 July 2017

Masih Betah Jadi Jomblo?

Kapan Nikah?


          Berbicara pernikahan memang sedikit ada yang mengganjal dalam benak penulis. Kendati penulis sendiri belum sempat memikirkan sejauh itu untuk merajut benang ikatan suci. Terlebih kata “Nikah” ini, disampaikan kepada orang yang memang belum menemukan jodohnya, serasa dunia ini hampa dengan kesendirian. Karena bagaimanapun, pernikahan tidak akan pernah luput untuk ditanyakan kepada sabjeknya.
            Sudah barang pasti, manusia di dunia memiliki hasrat untuk menikah. Karena menikah sendiri merupakan sunnatullah, di mana semua yang terkait dengan nikah ini, baik sebelum dan sesudahnya sudah diatur oleh-Nya. Tapi sayangnya,  Kenapa manusia masih takut tidak menemukan pasangan hidupnya? Kenapa manusia masih khawatir kepada jodoh yang sudah dicatat di lauhil mahfud? Satu jawaban dari dua pertannya di atas adalah “Belum percaya kepada-Nya secara totalitas”. kalaupun  sudah, namun masih saja belum menemukannya. Maka, yang harus diperhatikan adalah “bentuk ikhtiyar” seorang hambanya. Karena, meskipun sudah di atur jodohnya, Allah selalu memberikan peluang kepada hambanya dalam memilih selera dan sesukanya.
            Jika kedua-duanya sudah diamalkan, namun masih saja belum menuai hasil. Maka jalan satu-satunya adalah tawakkal kepada Allah selaku Tuhan yang mengatur segalanya. Hal ini sebenarnya sudah disampaikan dalam al-Quran, bahwa sesungguhnya Allah menciptakan mahluknya secara berpasang-pasangan. Dalam pengertian lain, kita dapat fahami bahwa Allah bukan hanya memberikan “kabar baik” di dalam ayat-Nya, ada yang lebih penting dari itu adalah ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah sudah berjanji kepada mahkluknya, semua ciptannya pasti memiliki pasangan masing-masing.
            Seperti yang sudah dijelaskan dalam bukunya M. Quraish Shihab yang berjudul “Pengantin al-Quran” demikian kutipanya: “Mengapa setiap mahluk melaksanakan perkawinan? Salah satu jawabanya adalah karena ada sesuatu dalam diri setiap mahluk yang tidak kecil peranannya dalam wujud ini. Ia adalah naluri yang melahirkan dorongan seksual.” Dan kalau kita mengaca kepada apa yang telah Allah ciptakan, katakanlah seekor “Ikan”. Ikan saja mengarungi samudra yang sangat luas menuju ke tempat yang terpencil, untuk memenuhi hasrat itu guna membentuk generasinya, dan setelah itu kembali lagi ke samudra.
          Begitu juga dengan sepasang burung merpati yang bercumbu mesrah sembari merangkai sarangnya. Tidakkah bunga-bunga yang mekar nan indah, merayu burung dan lebah agar mengantarkan benihnya ke kembang lain untuk dibuahi? Hal yang berpasang-pasangan tersebut bukan hanya berlaku pada tumbuh-tumbuhan dan binatang, sama halnya dengan atom, proton, dan elektron. Kesemuanya ada yang positif juga ada yang negatif jika dipertemukan antara satu sama lain akan ada tarikan untuk memelihara eksistensinya.
            Demikian naluri mahluk, masing-masing memiliki pasangan dan berupaya dengan pasanganya. Agaknya tidak ada satu naluri yang lebih dalam dan lebih kuat doronganya melebihi naluri dorongan pertemuan dua lawan jenis; pria dan wanita, jantan dan betina, positif dan negatif. Itulah yang digambarkan dalam al-Quran.
ومن كل شيئ خلقنا زوجين لعلكم تذكرون
“Segala sesuatu Kami cipatakan berpasang-pasangan agar kamu menyadari (kebesaran Alah)”. (QS. adz-Dzariyat (51): 49).

            Oleh sebab itu, yang masih jomblo, bersabarlah. Semua mahluk Tuhan baik yang melatah, maupun yang tidak sudah diatur secara rata oleh Allah. 

Wednesday, 19 July 2017

Puisi Untuk Yunda Zakiyah Palaloi

أنت دنياي ومماتي
هل تعرفين ؟
لو أنك بعيدا عني
فأنا أشعر بالقرب
هل تعلمين ؟
لو أنك غاضبة ألف غضب
فأنا لا أسلم غضبك بغضبي
هل تعلمين ؟
إذا كنت تتركين وتنسين بصفة نفسية
فأنا أسلم تسليما على فرحتك
هل تعرفين ؟
لو المراءة جاملة كانت أو قابحة تحبني
لأردها بسببك ...
إن تسألي عني, "لما فعلت كذا؟"
لأجيب
" بأن الحب الحقيقي لا ينظر إلى الصفة النفسية أو الصفة الفردية
ولكن كيف تحب من وأنت تنظر إلى غيرهما"


هذا الشعر صنعت بالشعور المكسرة لأختي "زكية فلالوي"

Tuesday, 18 July 2017

Benarkah Terdapat Kerancuan Dalam Al-Quran?

Tuhan Maha Mengetahui


          Al-kisah, ketika penulis hadir dalam suatu kajian ilmu ma’ani di kampus. Penulis menjumpai narasumber pada waktu itu sangat lantang berbicara perihal al-Quran beserta asbabun nuzulnya. Sebut saja si “A”, dia yang pada waktu membawakan sebuah materi yang sangat apik sekali untuk diperbincangkan hingga akhirnya, sang narasumber memberikan peluang kepada para mustamiin untuk bertanya kepadanya. Namun sayangnya, tidak ada satupun yang ingin bertanya kepadanya. Entah kenapa? Apa mungkin sudah sangat lugas dan jelas keterangan yang disampaikannya atau memang tidak ada yang mengerti  sama sekali? Tapi, untuk penulis pribadi ketika mendengarkan keterangan narasumber bagi penulis sangat jelas. Sehingga, tak perlu kiranya penulis bertanya kepadanya.
            Mungkin dari jenuhnya menanti pertanyaan dari para mustamiin, sang narasumber memberikan pertannyaan kepada forum pada waktu itu. Demikian pertannyaanya, “Ternyata Tuhan tidak tahu ilmu nahwu! Sampai-sampai dirinya berfirman dalam al-Qur’an keliru. Hal ini bisa kalian cek di surat yang menjelaskan tentang kewajiban wudhu dalamal-Qur’an. Percayakah kalian tentang pernyataan saya?”.
            Sangat tidak setuju, bahkan di dalam satu forum diskusi tersebut tidak ada satupun yang mengamini pernyataan narasumber pada waktu itu. Tentunya, dengan berbagai macam logika dan rujukan yang dilontarkan oleh kawan-kawan. Namun, tidak membuat narasumber goyah dalam mempertahankan pernyataanya. Hingga akhirnya, penulis menymabung lidah dengan suara lantang. Demikian penjelasanya:
            Kiranya sukar sekali saya katakan kalau apa-apa yang ada dalam al-Qur’an itu saling pro-kontra. Bahkan, jika tidak keliru saya pernah membaca karyanya Syaikh Said Ramdhani al-Buty’i dalam buku yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Tak akan datang kebatilan dalam al-Quran” yang mana di dalamnya terdapat sub-pembahasan yang menjelaskan tentang kontradiksi al-Qur’an. Dengan lantang sekali beliau menjawabnya kalau dalam al-Quran tersebut tidak ada sama sekali kontradiksi. Hal ini dapat dibuktikan ketika ayat demi ayat, surat demi surat, hingga juz satu ke juz yang lain memiliki makna korelasi antar satu dengan yang lain jika dibahasakan dengan istilah biologi, semuanya memiliki hubungan simbiosismutualisme. Begitu juga, bisa kita lihat dalam doa hatmil Qur’an, yang mana huruf dari sekian banyak huruf dalam al-Qura memiliki makna tersendiri. Lantas, dimanakah letak kontradiksinya?

            Kalaupun anda

Saturday, 15 July 2017

Surat Terbuka

Surat Terbuka Untuk Zakiyah Palaloi


          Cinta dan amarah murka memang tidak bisa dipisahkan. Hanya saja, terdapat beberapa poin yang harus dioperalihkan ketika cinta dan amarah seseorang dalam menjalin hubungan percintaan ini datang secara tiba-tiba. Karena bagaimanapun, yang namanya cinta itu tidak akan bisa berpisah. Dimana seseorang mencintai si “A” katakanlah, kemungkinan besar akan merasakan hal yang berbalik dari pada cinta itu sendiri. Nah, disinilah hubungan kami, hubungan yang memang harus melalui lika-liku kehidupan ini pada hakikatnya tidak semudah memutar balikkan tangan kita. Kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan kepribadian yang baik. Bukan dengan cara yang biadab untuk mengasih peringatan kepada sang kekasih.
            Itu, sadar atau tidak, kami rasakan berdua. Masih memiliki rasa mau menang sendiri. Sifat kepekkan, kedewasaan, dan saling mengerti memang sangat diakui kebutuhanya dalam mewujudkan hubungan dalam lingkaran Tuhan. Bukan untuk berhamba kepada Setan. Semaunya sendiri dan berprilaku saling meng-eblok satu dengan yang lain. Hal ini, bukan untuk membasmi masalah. Akan tetapi, menimbun bahkan jika tidak berat dikatakan semakin menambah masalah. Itulah sebabnya, cinta hadir untuk membasmi sifat-sifat di atas tersebut.
            Ada secercah harapan dari saya, selaku penulis teks hati ini untuk wanita pujaan hati saya nan jauh di sana. Fahamilah... Dengarkanlah... Bacalah Puisi yang saya buat just for you may honey:



Andai kehidupan ini berjalan mulus
Niscaya, hubungan kita tidak ada lika-likunya
Andai hubungan ini anyem-anyem saja
Niscaya, Diriku dan dirimu akan selalu menampakkan senyum

Tapi, dimanakah warna-warni pelangi cinta itu?
Bukankah diciptakannya langit dan bumi sebagai bukti bagi kita?
Kalau keindahan perbedaan itu memang jelas Ada!
Sayangnya, perbedaan sebagai musuh dalam selimut
Sayangnya, perbedaan sebagai wujud untuk saling menuntut
Sayangnya, perbedaan kita bukan lagi dianggap rahmat

Hey... kau yang tak suka akan adanya perbedaan ...
Diam dan berhentilah..
Karena manusia memiliki cara dan metode masing-masing
Dan cinta, la ikraha fil hubbi...
Karena, Dirimu adalah guru bagi dirimu sndiri.



Muhammad Ali Thahir

Monday, 5 June 2017

Imsak Dalam Prespektif Linguistik Arab



  1. Imsak Dalam Prespektif Linguistik Arab




Dunia tak akan pernah buta dalam persoalan keilmuan. Karena banyak literasi dari berbagai bidang, maka sudah sewajarnya sekecil apapun persoalannya harus dipecahkan melalui penelitian dan percobaan yang berbesik akademis. Oleh sebab itu, tema yang diangkat dalam kajian ini adalah “Bagaimana pandangan linguis Arab dalam menyikapi kata imsak?”.  Yang tentunya untuk mengupas persolan di atas tak semudah apa yang kita bayangkan dan kita inginkan. Dari sini kita dapat memhami, kalaupun sesuatu itu dianggap terbiasa adanya, seharusnya tidak serta-merta untuk ditelan mentah-mentah. Perlu kiranya untuk dikunyah terlebih dahulu lalu ditelan dengan enak dan tenang.

Kata imsak seringkali diartikan sebagai “peringatan” untuk masuknya waktu subuh. Pengertian ini sesuai dan serasi dengan pemahaman orang Indonesia yang sebenarnya hal tersebut bisa dikatkan sebagai pengertian yang tidak benar dalam penggunannya namun dianggap benar. Kendati, maraknya ungkapan imsak dijadikan sebagai tanda peringatan. Hal ini juga dapat dikatakan  “Salah Kaprah”. Mengapa tidak? Mari kita kaji bersama dalam kajian lebaran kertas putih ini.

Sebenarnya, kata imsak dalam pengertian KBBI tidak sama dengan apa yang dipahami oleh orang banyak, khususnya orang indonesia yang memang notabenenya kerap melakukan kesalahkaprahan dalam memahami sesuatu. Baik itu tinjaun sisi amaliyahnya terlebih ketika dilihat dari segi penggunaan bahasa dalam kesehariannya. Hal ini, sangat merisihkan para pakar bahasa dalam memberikan pemahaman kepada orang yang awam akan hal tesebut. Sehingga timbul pertanyaan, yang salah itu sebenarnya orang yang memberikan makna leksikalnya atau memang pengguna bahasanya? Padahal, kalau boleh jujur, di era yang sangat maju ini, bohong kalau seseoran itu masih bodoh akan keilmuan yang sudah jelas-jelas tmpak didepan matanya.
Dalam pengertian KBBI, kata imsak memiliki arti “saat dimulainya tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa”. Sehingga, ketika ada seseorang, katakanlah “Ta’mir masjid” menyiarkan waktu imsak. Hal itu sudah semestinya dapat difahami bahwa seseorang yang puasa tidak diperkenankan untuk melakukan hal yang dapat membatalkan puasa. Namun demikian, masih saja banyak yang menyalahgunakan makna tersebut.

Berbeda halnya, dengan kata imsak dalam pengertian arabnya. Kendati kata “imsak” merupakan bahasa Arab. Maka, dalam hal ini, ketika dikupas tuntas sampai keakar-akarnya akan dapat ditemui kerancauan dalam mengartikan kata imsak versi KBBI dengan Versi bahasa asalnya.
Dari segi leksikalnya, kata imsak memiliki ragam makna. Diantaranya adalah menahan, memegang, menyangkal, dan masih banyak lagi lainnya. Namun, dari berbagai macam arti tersebut imsak sepadan dengan makna sau’um. Itulah sebabnya, mengapa para mushanif dalam kitab-kitabnya mengartikan kata sau’um dari segi etimologinya memiliki makna imsak. Karena memang puasa memiliki makna menahan dari sesuatu hal yang dapat membatalkan puasa itu sendiri.

Nah, dari sini dapat kiranya kita pastikan bahwa kata imsak yang sebenarnya memiliki makna “puasa”. Bukan “peringatan” sebagaiman lumrahnya pemamahan orang Indonesia. Kalau dalam bahasa Arabnya, kata yang memiliki arti “peringatan” adalah “Tanbih” bukan imsak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa “Seharusnya, ta’mir masjid atau jadwal-jadwal yang beredar di kalangan ummat muslim Indonesia bukan diartikan sebagai “imsak”, lebih tepatnya dilafalkan dengan bunyi “tanbih”.




Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...