Tuesday, 18 July 2017

Benarkah Terdapat Kerancuan Dalam Al-Quran?

Tuhan Maha Mengetahui


          Al-kisah, ketika penulis hadir dalam suatu kajian ilmu ma’ani di kampus. Penulis menjumpai narasumber pada waktu itu sangat lantang berbicara perihal al-Quran beserta asbabun nuzulnya. Sebut saja si “A”, dia yang pada waktu membawakan sebuah materi yang sangat apik sekali untuk diperbincangkan hingga akhirnya, sang narasumber memberikan peluang kepada para mustamiin untuk bertanya kepadanya. Namun sayangnya, tidak ada satupun yang ingin bertanya kepadanya. Entah kenapa? Apa mungkin sudah sangat lugas dan jelas keterangan yang disampaikannya atau memang tidak ada yang mengerti  sama sekali? Tapi, untuk penulis pribadi ketika mendengarkan keterangan narasumber bagi penulis sangat jelas. Sehingga, tak perlu kiranya penulis bertanya kepadanya.
            Mungkin dari jenuhnya menanti pertanyaan dari para mustamiin, sang narasumber memberikan pertannyaan kepada forum pada waktu itu. Demikian pertannyaanya, “Ternyata Tuhan tidak tahu ilmu nahwu! Sampai-sampai dirinya berfirman dalam al-Qur’an keliru. Hal ini bisa kalian cek di surat yang menjelaskan tentang kewajiban wudhu dalamal-Qur’an. Percayakah kalian tentang pernyataan saya?”.
            Sangat tidak setuju, bahkan di dalam satu forum diskusi tersebut tidak ada satupun yang mengamini pernyataan narasumber pada waktu itu. Tentunya, dengan berbagai macam logika dan rujukan yang dilontarkan oleh kawan-kawan. Namun, tidak membuat narasumber goyah dalam mempertahankan pernyataanya. Hingga akhirnya, penulis menymabung lidah dengan suara lantang. Demikian penjelasanya:
            Kiranya sukar sekali saya katakan kalau apa-apa yang ada dalam al-Qur’an itu saling pro-kontra. Bahkan, jika tidak keliru saya pernah membaca karyanya Syaikh Said Ramdhani al-Buty’i dalam buku yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Tak akan datang kebatilan dalam al-Quran” yang mana di dalamnya terdapat sub-pembahasan yang menjelaskan tentang kontradiksi al-Qur’an. Dengan lantang sekali beliau menjawabnya kalau dalam al-Quran tersebut tidak ada sama sekali kontradiksi. Hal ini dapat dibuktikan ketika ayat demi ayat, surat demi surat, hingga juz satu ke juz yang lain memiliki makna korelasi antar satu dengan yang lain jika dibahasakan dengan istilah biologi, semuanya memiliki hubungan simbiosismutualisme. Begitu juga, bisa kita lihat dalam doa hatmil Qur’an, yang mana huruf dari sekian banyak huruf dalam al-Qura memiliki makna tersendiri. Lantas, dimanakah letak kontradiksinya?

            Kalaupun anda

No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...