Friday, 17 July 2020

Kaulah Perempuan Bercadar dan Bercela

Makna Puisi “Seakan-akan Dirinya”
 Karya Khudaifah El-Irjy


 (كأنها)

جلست أمامي لا أرى منها سوى
عينين ساحرتين تحت نقاب

رمشان ذباحان، كحل ساحر
وبقية من بسمة وعتاب

نظراتها مجنونة، وكأنها
عثرت على درب بوسط ضباب

وكأنها وجدت بوجهي حلمها
ووجودها مخضوضر الأعشاب

وبحثت عني، أين عقلي وأين روحي
والفوأد وأين صوابي

كيف الطفولة في الثلاثينية
تغتال عمدا زاهيات شبابي؟

طفلا رجعت وكنت أكبر عاشق
كيف اقتحمت بنظرة أبوابي؟

وفتحت صدري، حيث ألف صيبة
عجزت تكون وكنت لي أحبابي

أنا ما حكمت من الملوك لمرة
وحكمت من رمش ومن أهداب

إن أنت بالعينين طلت سريرتي
لا ريب إن كشفت طلت رقابي

Seolah-olah ia duduk di depanku hanya kedua mata
yang mempesona di balik cadar yang ku lihat

Seolah-olah kedua matanya berkedip mematikan, 
celak yang indah kini tinggal senyuman dan celaan

Memandangnya suatu kegilaan, seakan-akan dirinya 
berjalan di tengah jalan yang berkabut

Seolah-olah dirinya menemuiku dalam mimpi
keberadaannya sangat jelas di ilalang

Sempat ku berfikir, di mana pikiranku. Ruhku, 
sanubariku dan akal sehatku?

Bagaimana  di usia tiga puluhan
dengan sengaja, hasrat masa mudaku dirampas?

Ingin ku kembali ke masa muda, masa-masa cinta yang membara
bagaimana kau bisa menembus hatiku hanya dengan sekali memandang?

Dirimu telah membuka hatiku, yang tidak ada seribu 
gadis pun mampu menjadi dirimu sebagai kekasihku

Cukup kali ini saja, aku bukanlah seorang raja
aku hanyalah bulu mata saja

Jika dengan kedua matamu perasaanku melulu
tak bisa dipungkiri, kau biarkan setatus budaku selalu

            Menarik sekali puisi ini, puisi yang ingin menyampaikan pesan seorang laki-laki yang jatuh cinta pada perempuan yang bercadar, yang pada kedua matanya terdapat celak dianggap dapat menjerat hati laki-laki yang memandangnya, namun sayangnya, cela itu menjadi celaan/cemohan, kendati demikian setiap memandang kedua matanya adalah suatu kegilaan tersendiri. Hal ini disebabkan ada yang misteri dalam diri wanita itu (terlukis pada bait ke 3 tentang kabut).

            Pada bait ke empat penyair dengan lantang membuka keadaan wanita bercadar dan bercelak itu tampak di rerumputan. Artinya wanita itu tengah bahagia melihat keadaan penyair. Namun sperti mana para penyair lainya, penyair ini merasa kebingungan dengan keberadaanya yang diklaim oleh wanita pernah bermimpi bertemu dengan di ilalang. Dan sampai pada bait seterusnya penyair seantiasa mengajukan pertanyaan kepada wanita bercadaar dan bercela itu.

Di sini penyair menjelaskan usia mudanya, sekaligus bertanya kenapa harus dirampas hasrat/kenginan mencintai wanita tersebut? Dikarenakan wanita yang membuat diri penyair tergila-gila itu hanya sebatas angan dan menjadi beban yang tak terpikulkan. Sementara sang perempuan itu senantiasa dapat mencurahkan dan bahkan mengelabuhi hati sang penyair. Kemudian penyair berharap masa mudanya kembali, masa di mana rindu membuatnya membabibuta oleh sang perempuan. Tapi dengan lantangnya, penyair mengajukan pertanyaan lagi, dengan maksud untuk menyatakan , kalau hanya wanita bercadar dan bercela lah yang mudah meluluhkan hatinya seumpama lilin yang terlahap oleh api yang menjadikanya meleleh habis.

Bukan seorang raja hanya sebata bulu mata saja, bulu mata yang senantiasa menempel pada ke dua mata wanita itu sebagai tanda, jika dengan ke dua matanya diri perasaan seorang penyair itu melulu, maka bisa dipastikan setatus seorang hamba (bucin) akan senantiasa kekal dan abadi dalam diri sang penyair.


No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...