Sunday, 7 May 2017

Ilmu Adalah Penyakit

Ilmu Adalah Penyakit


Memungkinkan untuk kita berbicara kalau ilmu adalah penyakit. Menagapa tidak? Mengaca kepada tragedi disetiap pesantren se-nusantara, acap kali terdengar di telinga kita kalau para santri menceltuskan penyakit yang ia derita tersebut dengan tanda masuknya ilmu. Anehnya, kata-kata  ini dijadikan sebagai keyakinan tetap untuk menjastifikasi dirinya kalau ilmu yang ia pelajari selama dirinya di pondok akan masuk ke dalam otaknya. Kendati adanya berbagai macam penyakit yang menimpanya. Semisal, penyakit gatal-gatal di area sebagian tubuh tertentu.
Pemahaman yang menajdi warisan turun-menurun ini, sebenarnya tidak pantas untuk dijadikan sebagian dari pada tradisi. Bahkan jauh untuk dikatakannya sebagai budaya santri yang biasanya dirasakan oleh para kaum santri yang masih baru menginjakkan kakinya ke tanah suci tersbut ditimpa oleh penyakit-penyakit yang biasanya dikenal dengan istilah “Bure” untuk santri jawa timur sekitar Madura dan dengan istilah “gatal-gatal” untuk santri jawa barat sekitar Jakarta lebih tepatnya se-Jabodetabek.
Istilah “gatal-gatal bagi kaum santri, adalah tanda masuknya ilmu” ini sebenarnya tidak releven jika mengaca kepada berbagai literasi hukum islam yang memang sudah ada tentang tanda-tanda masuknya ilmu ke dalam diri yang menuntut ilmu tersebut. Padahal, kalau istilah di atas dijadikan patokan bagi kaum santri untuk mendapatkan ilmu, tentunya para santri akan berlomba-lomba dalam mendapatkan penyakit tersebut. Buktinya dilapangan, adakah para santri ingin merasakan penyakit gatal-gatal? Bukankah dikenai sehari saja sudah berkeluh-kesah kepada teman bahkan menelpon kedua orangtuanya untuk mengirimkan obat penawar dari pada penyakit tersebut. Lebih parahnya, ada sebagian santri keluar atau berhenti dari pondok disebabkan penyakit gatal-gatal ini. Kalau memang demikian, apakah tanda masuknya ilmu membuat orang yang menuntutnya menjadi resah? Bukankah ilmu itu adalah cahaya?
Ilmu adalah cahaya, bukan penyakit. Makna penyakit disini bukan hanya memiliki makna luar saja, maksudanya adalah penyakit luar dan dalam (internal dan eskternal). Jadi, dari sini kita dapat simpulkan, bahwa pemahaman kaum santri akan penyakit yang ia rasakan semasa dirinya di pondok adalah pemahaman yang kurang tepat. Kendati, banyaknya literasi yang mendukung untuk membatalkan pemahaman tersbut untuk diturunkan kepada regenerasi kaum santri.  Semisal, kalau dilihat dari segi syarat-syarat seseorang ingin mendapatkan ilmu itu ada enam macam, diantaranya adalah;
1.      Kecerdasan. Seorang yang ingin menuntut ilmu di tuntut untuk memiliki kecerdasan yang mempuni untuk menampung berbagai macam materi agar tidak lola atau lemmot.
2.      Tamak. Seseorang yang mencari ilmu harus memiliki rasa tamak (selalu kurang) akan apa yang ia cari. Jika sudah memiliki satu disiplin ilmu, dirinya selalu saja merasa kurang, ingin tahu ilmu lainya. Rasa ini dapat juga dikatakan tekad yang kuat untuk mencapai apa yang ia cita-citakan.
3.      Penuh perjuangan dan sabar. Seorang yang ingin menuntut ilmu di tuntut untuk berjuang yang sabar akan apa yang ia harapkan.
4.      Bekal (biaya). Seorang yang ingin menuntut ilmu di tuntut untuk memiliki bekal dalam mencarinya.
5.      Patuh petunjuk guru. Seorang yang ingin menuntut ilmu di tuntut untuk sopan kepada guru bahkan lebih baiknya untuk sam’an wa’ta’atan kepada guru.
6.      Waktu yang lama. Seorang yang ingin menuntut ilmu tidak segampang memutar balikan tanganya. Ada beberapa tahap yang harus ia lewati. Diantaranya adalah: harus melewati lima syarat di atas.
Tampak jelas syarat-syarat di atas untuk membuktikan bahwa seseorang akan mendapatkan ilmu ketika dirinya memiliki ke-enam syarat di atas. Untuk tanda-tanda masuknya ilmu setelah memilikinya tidak akan lepas dengan satu symbol dari pada ilmu itu sendiri. Yaitu, cahaya. Bukan penyakit gatal-gatal ataupun sebagainya. Kalaupun itu dikatakan sebagai cobaan bagi santri yang mendalamkan suatu ilmu. Tentunya tidak sejalan dengan apa yang Nabi kata dalam salah satu hadistnya. Yang artinya adalah “Dan barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu. Maka, Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surganya. {HR.Muslim}.


No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...