Monday, 13 March 2017

Time Is Money

Waktu Adalah Uang


            Waktu adalah uang. Demikian bunyi peribahasa yang banyak menyedot perhatian rakyat. Baik itu rakyat bawahan terlebih lagi rakyat elit. Waktu yang didevinisakan sebagai uang ini memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan daya pikir manusia. Mengapa tidak? Manusia yang awalnya bekerja karena ingin tahu pengalaman, manusia yang awalnya berusaha untuk mencari keilmuan, kini sudah terkikis dengan kesalah fahaman sebuah peribahasa yang di salah artikan oleh sementara orang yang gila kepada dunia semata. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemikir-pemikir keritis, dalam mewujudkan pemahaman yang sekiranya dapat mengantarkan kepada si pembaca untuk lebih memhami kembali apa yang terkandung di dalam peribahasa tersebut.

Peribahasa yang sering disalah artikan ini, seringkali di maknai sebagai “setiap pekerjaan harus menghasilkan uang”. Pemaknaan ini menurut penulis tidak releven. Mengapa demikian? Bagaimana tidak?  Waktu yang dijadikan simbol “uang” ini dalam pandangan penulis bermaksud untuk memberikan sebuah wacana bahwa bagiamana manusia di muka bumi ini menghormati waktu dengan kata lain mengatur waktu dengan semaksimal mungkin. Karena kalau mengaca kepada pengertian al-Qur’an. Kata “waktu” dijadikan sebagai sumpah oleh Allah dalam surat “al-Ashar” yang memang arti kata surat tersebut berati “waktu” pula. Dari sini saja bisa di ketahui maksud Allah menamakan surat tersebut dengan kata “al-Ashar”. Karena betapa berharganya waktu bagi manusia. Sama halnya, betapa pentingnya uang bagi keberlangsungan hidup mereka.



Begitu juga, ketika berbicara waktu tentunya akan ada kata “jangan kau sia-siakan kesempatan ini”, karena kesempatan tidak akan datang kedua kalinya. Sama halnya ketika seseorang menyinyiakan waktu. Pastinya, akan dikatakan sebagai orang yang “tidak tepat waktu”. Dalam hal ini, sangatlah benar adanya. Hanya saja, kerapkali orang memutar balikan maknanya. Seperti peribahasa di atas. jikala manusia sudah menganggap waktu adalah uang. Maka konsekuensi logisnya akan mengakibatkan kepada dirinya sendiri. Menagapa tidak? Memang benar waktu adalah uang, dalam artian, manusia harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin bukan untuk di sia-siakan. Karena waktu tak akan terulang kembali. Itulah sebabnya, ketika manusia yang sudah melampaui batas dalam mengejar kekayaan, maka dirinya tidak akan pernah menghormati waktu.

Penulis berikan contoh yang sederhana saja, ketika ada seorang pedagang yang dagang dari pagi hingga siang, terkadang masih menambah waktu untuk melanjutkan perdagangannya. Padahal, jelas-jelas pemsukannya dari pagi hingga siang sudah mencukupi dirinya untuk makan dan lain sebagainya. Maka sejatinya, kalau memang dirinya tahu bahwa betapa pentingnya waktu, dia tidak akan tamak dalam hal perdagangan. Begitu juga ketika berbicara orang miskin ingin kaya. Dalam hal ini, meskipun beda konteks namun masih tetap terpukul rata dalam pandangan peribahsa di atas. karena, orang yang miskin, ketika berusah semaksimal mungkin sedangkan masih miskin saja. Maka jalan satu-satunya adalah menyadari bahwa takaran rezekinya memang segitu yang Allah berikan. Bukan malah ditambah untuk kerja pagi hingga malam. Walaupun ditambah, tak jarang dijumpai masih banyak adanya keluh-kesah dalam melakukan keingin tersebut. Mungkin ini rahasia taqdir yang tidak bisa dirubah dan sudah ditetapkan di lauhil mahfud.


Contoh yang penulis berikan di atas, kiranya dapat difahami bahwa peribahasa yang selama ini dijadikan semboyan bagi orang yang ingin kaya itu memliki pemahaman yang sangat jauh berbeda dengan apa yang mereka duga. Karena bagaimanapun, ketika waktu dikatakan sebagai uang dalam pengertian leksikalnya memberikan isyarat bahwa betapa pentingnya waktu dalam kehidupan manusia. Laykanya uang yang sempat dikatakan “Tuhan” oleh sementara orang yang gila akan harta kekayaan. Bukankah uang adalah kebutuhan? Bukankah kalau memang uang adalah Tuhan dalam pengertian orang yang gila harta itu adalah tempat untuk disembah? Bukankah uang adalah segalanya? Ke sana, butuh uang. Ke sini, butuh uang. Dan kemana-mana butuh uang. Kalau memang demikian, penulis pasrahkan jawabanya kepada pembaca budiaman. Bagaiaman uang dalam pandangan anda? Maka lebih berharga waktu dalam kehidupan anda..!


Sebelum mengakhiri tulisan ini. Penulsi titip pesan untuk pembaca, agar senantisa tidak melupkan SDW (sumber daya waktu). Bukan hanya (SDA) juga (SDM) yang dikedepankan. Tanpa waktu apakah kedua sumber ini akan berjalan? “Tidak”. Bukankah Tuhan sudah menyindir kita semua? Kalau kita sudah banyak lupa untuk bersyukur kepadanya? Nikmat Tuhan yang manakah, yang kamu dustakan? Kata-kata ini menunjukkan bahwa manusia sudah lupa dengan waktu ketika Allah memberikan nikmatnya. Sering mengisi gizi keilmuan. merawat alam. Namun lupa akan kepentingan waktu. 

No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...