Monday, 2 January 2017

Waktu Dalam Pandangan Al-Qur’an

Pentingnya Waktu


          Dari detik hingga ke menit, dari menit hingga ke jam, dari jam hingga ke hari, dan dari mulai terbukanya mata hingga tertutup, waktu hanya dibicarakan oleh orang banyak, cukup dibibirnya saja, tidak terealisasikan dalam bentuk amaliyah atau aktivitas mereka sepertinya halnya hembusan angin tanpa dirasakan dan dihormati kehadirannya. Tak jarang dijumpai manusia di muka bumi ini dibunuh oleh berputarnya jarum jam disela-sela aktivitasnya.  Ketika waktu hendak membunuh, tidak sedikit penghuni bumi mengeluarkan satu kata yang membuat mereka sadar bahwa betapa pentingnya “waktu” dalam kehidupan ke-sehariannya.
            “Aku Menyesal” kata inilah yang acapkali terdengar, merobek gendang telinga, membuat hati pilu, dan tidak sedikit dari mereka yang tidak sadar akan pentingnya waktu. Kendati masih saja mengulangi hal-hal yang tidak bermanfaat bagi dirinya sendiri. Inilah manusia. Yang hanya bisa mengeluh kepada Tuhan ketika susah dan lupa kepada sang pemberi kebahagiaan ketika mereka senang. Agaknya, al-Qur’an memberikan permisalan kepada seluruh umat yang menjadikan dirinya sebagi pedoman hidup. Dengan kejadian Firaun yang sangat jelas menyianyiakan waktu pengabdiannya sebagai raja, hanya dengan membuat keonaran di muka bumi ini. Ketika ajal menjemputnya, hanya satu kata yang membuat dia sadar, bahwa semua yang ia lakukan tidak ada guna meskipun bersaksi seribu kali. Jika nyawa sudah sampai ketenggorokan, apalah daya keinginan memeluk gunung namun tangan tak sampai. Demikianlah, Allah memberikan contoh kepada hambanya agar memanfaatkan waktu yang Allah berikan dengan segala hal kebaikan.
            Kata waktu dalam kamus KBBI diartikan sebagai “seluruh rangkaian pada masa lalu, sekarang, maupun yang akan datang”. Berbeda dengan al-Qur’an, kata “waktu” terulang sebanyak 3x, hanya saja konteks penggunaannya dan makna yang dikandungnya tidak sama dengan apa yang dikemukakan di atas. Kata tersebut diartikan dalam konteks pembicaraan tentang masa akhir hidup di dunia ini (baca QS 7:187: , 15:38, dan 38:81). Dari sini, setelah menelusuri seluruh bentuk kata lain yang berakar pada kata waqt, para pakar akhirnya menyimpulkan bahwa waqt adalah batas akhir dari masa yang seharusnya digunakan untuk bekerja. Demikianlah waktu yang dikaitkan dengan pekerjaan.
            Ada kata lain yang dikaitkan dengan kata waqt dalam al-Qur’an untuk menunjukkan makna “masa” adalah ‘ashr. Kata ini walaupun hanya ditemukan sekali dalam al-Qur’an tepatnya dalam surat al-'Ashr, kaitannya dengan “kerja keras” justru sangat jelas. Apalagi ia digunakan dalam konteks pembicaraan menyangkut kehidupan duniawi.
            Kata ‘ashr terambil dari akar kata yang memiliki kandungan makna “memeras atau menekan sekuat tenaga sehingga bagian yang terdalam dari sesuatu dapat keluar dan tampak di permukaan”. Al-qur’an menamainya ‘ashr, karena manusia dituntut untuk menggunakannya dengan sekuat tenaga, memeras keringat, sehingga sari pati kehidupan ini dapat diperoleh dan dirasakan.
            “Masa menjelang terbenamnya matahari” juga disebut dengan kata yang sama ‘‘ashr” (Ashar). Karena pada saat itu seseorang sudah selesai memeras tenaganya. Bukankah siang hari, pada dasarnya, dijadikan oleh Allah untuk bekerja dan malam hari untuk beristirahat? (QS 27:86). Waktu adalah modal utama manusia. Apa yang luput dari usaha Anda, masih mungkin Anda raih esok paginya, selama yang luput tersebut bukan waktu. Demikianlah tutur sapa dari Qurais Shihab.
            Rupanya, dalam surta Wal-Ashr terdapat nilai filsafatnya. Seperti mana yang sudah diketahui oleh orang banyak, bahwa surat ini mengandung sumpah Allah dengan memakai kata (Demi Waktu). Hal ini  mengandung makna bahwa “waktu sangatlah penting”. Lalu ayat selanjutnya adalah (semua manusia ada dalam wadah kerugian), kerugian disini dalam arti kerugian dalam menyianyiakan waktu dan kerugian tersebut seringkali baru disadari pada waktu ashar (Masa menjelang terbenamnya matahari). Adapun yang terhindar dari kerugian waktu dalam pandangan al-Quran adalah mereka yang memenuhi empat kriteria: pertama, yang mengenal kebenaran (amanu); kedua, yang mengamalkan sesuatu yang benar (amilu al-Shalihat); ketiga, yang ajar-mengajar menyangkut perihal kebenaran (tawashauw bi al-Haq); dan keempat, yang sabar dan tabah dalam mengamalkan serta mengajarkan kebenaran (tawashauw bi al-Shabr).
            Dari urain di atas, Allah bersumpah dengan menggunakan kata ‘‘ashr” seperti mana yang sudah dijelaskan di atas, bahwa “pentingnya memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, tentunya dalam hal kebaikan”. Oleh sebab itu, orang yang benar-benar memanfaatkan waktunya dengan sebaik mungkin sama halnya memeras keringatnya sendiri menuju penghasilan yang ia rasakan dan ia inginkan. Usaha tidak akan membohongi hasil. Meminjam bahasanya Imam Syafi’i, “waktu bagaikan pedang, jika kau tidak membunuhnya, maka dirimulah yang dibunuh oleh waktu”.
الوقت كالسيف فإن لم تقطعه قطعك
           
           

            

No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...