Sudah sedemikan maraknya, pembahasan tentang perbedaan dalam antara
laki-laki dan perempuan. kalau boleh dikatakan, mungkin penulis lahir terlambat
jika masih mengulas sisi perbedaan antar dua kaum tersebut. Kendati, sudah banyak pengarang
buku yang menyinggung judul ini, namun, tiada salah, kata-kata bijak mengatakan,
“Jangan pernah berhenti untuk menggali kebenaran. Karena, di atas kebenaran
masih ada yang lebih benar”. Itulah sebabnya, penulis terdorong untuk
memberikan sebuah rangkuman atas hasil baca penulis dari berbagai macam buku.
Terutama, buku yang dianggap penulis sangat penting dihadirkan dalam mengulas
hal ini adalah “Perempuan” karya, Quraish Shihab, yang sempat cetar membahana
di kalangan civitas akademika kampus.
Berbicara perbedaan laki-laki,
tentunya tidak akan lepas dengan sesuatu yang dibedakan dengan laki-laki
tesebut, katakanlah (perempuan) . Dalam hal ini, Allah sempat singgung ke
fitrahan manusia yaitu Allah ciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan, dalam Al
Quran dikatakan “hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”[Qs. Al Hujuraat (49):13].
Laki-laki yang diciptakan secara berpasang-pasangan itu,
tidak akan jauh dengan adanya perbedaan. Kendati, pasangan yang disinggung di
ayat di atas adalah perempuan. Maka, sudah sepantasnya, Dalam berpasangan
memiliki sisi perbedaan dan persamaan, dalam persamaan dan perbedaan inilah, laki-laki
dan perempuan dituntut untuk mengetahui dan memahaminya agar satu sama lain
dapat berkerja sama menuju cita-cita kemanusiaan, yang sering dikenal dengan sebutan “Insan kamil”.
Perbedaan dan persamaan antar keduanya, hanya bisa
dilihat ketika antar satu dan yang lain saling menujukkan sifat bathiniyahnya.
Kendati, sesuatu yang dhohir sudah tampak perbedaanya. Kiranya, penulis
tidak perlu untuk menyebut satu persatu dalam lembaran artikel ini. Untuk
membahas perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi dhohirnya. Meskipun, masih
saja ada, sementra kaum cendikiwan muslim mengupas hal itu.
Semisal, Filosof
dan sastrawan Mesir kenamaan, Anis Manshur, menguraikan dalam bukunya Min Awwal Nazhrah fi al-Jins wa al-Hubb wa
az-Zawaj, “laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan dalam jasmani, jiwa,
sosial, dan sejarah. Seperti perempuan misalnya senang diatur laki-laki, tetapi
dia juga senang mengatur, dan laki-laki senang diperlakukan sebagai anak oleh
perempuan tetapi laki-laki juga senang menjadi ayah. Kiranya, tampak jelas di
alam dunia ini. Seperti mana yang dijelaskan di atas. Laki-laki dari segi
dhohir teramat jelas dikatakan jauh berbeda. Bahkan jarang dijumpai sisi
persamaanya. Namun, beda halnya ketika yang dibahas adalah hal bathin.
Sementara pakar mengatakan, bahwa laki-laki dalam menjalin hubungan sering kali
mendahulukan siasat (pikiran/otak), berbeda dengan perempuan, yang sering
menggunakan perasaan. Itulah sebabnya, tidak
jarang dijumpai, perempuan yang sedang dirundung cinta, diselimuti
dengan sejuta rasa kasmaran, melakukan hal-hal yang mengatarkan dirinya sulit
untuk melupakan kekasihnya. Berbeda halnya kaum laki-laki, sifat konsisten
dalam menjalani hubungan jauh lebih rendah dari pada kaum perempuan. Agaknya,
hal inilah yang menjadi problematika dalam merajut benang percintaan. Dalam
bahasa puitisnya “berlayar dalam samudra asmara”. Kendati, dua watak yang
saling bertolak belakang antara satu dengan yang lainya. Maka, sulit untuk
disatukan, kecuali di anatar keduanya ada yang mengalah.
Di dalam diri laki-laki sering kali memperoleh kesempatan
dalam segala hal dibandingkan perempuan, dan
yang perempuan inginkan adalah ikut serta membangun masyarakat sebagai khalifah
dan hamba Allah. Kendatinya selama ini perempuan slalu dibebankan untuk
memelihara dan mendidik anak. Laki-laki dan perempuan berkewajiban menciptakan situasi
harmonis dalam masyarakat. Laki-laki dan perempuan mempunyai persamaan keduanya
bersumber dari ayah dan ibu yang sama keduanya berhak memperoleh penghormatan
sebagai manusia. Dalam pandangan islam tentang persamaan antara laki-laki dan
perempuan, almarhum Syaikh Mahmud Syaltut menulis, “tabiat kemanusiaan
laki-laki dan perempuan hampir dapat dikatakan dalam batas yang sama. Allah
menganugrahkan kepada perempuan, sebagaimana menganugrahkan laki-laki potensi
yang cukup untuk memikul aneka tanggung jawab yang menjadikan kedua jenis itu
mampu melaksanakan aneka kegiatan kemanusiaan yang umum dan khusus.”
Perbedaan-perbedaan
laki-laki dan perempuan itu dirancang oleh Allah swt. agar terciptanya kesempurnaan
kedua belah pihak karena masing-masing pihak tidak dapat berdiri sendiri dalam
mencapai kesempurnaan tanpa keterlibatan. Dapat kita lihat sendiri perbedaan
antara laki-laki dan perempuan dari segi fisik contohnya rambut kepala
perempuan lebih tumbuh subur, akan tetapi laki-laki ketika usia dewasa tumbuh
rambut pada dagu, diatas bibir, dan pada dadanya, laki-laki secara umum lebih
besar dan lebih tinggi daripada perempuan tetapi pertumbuhan perempuan lebih
cepat dari laki-laki, hormon laki-laki dan perempuan pun berbeda, biologisnya
pun berbeda. Laki-laki secara umum lebih kepada tantangan dan perkelahian,
sedangkan perempuan lebih tenang dan tentram.
Jika ditarik kepada wujud aslinya, laki-laki dan
perempuan di mata
Allah tidak ada
perbedaan, baik itu dhohir maupun bathin, bahkan kalau tidak enggan dikatakan
“lebih banyak persamaanya dari pada perbedaaanya. Hanya saja, ada satu
perbedaan yang vital dalam pandangan Allah
adalah kualitas nilai keimanan dan kapasitas ketaqwaanya. Hal ini sejalan dengan
apa yang termatub dalam al-Qur’an (baca: QS al-Hujuraat {49}: 13).
Demikian selayang pandang penulis dalam menguraikan
sebagian kecil perbedan antara laki-laki dan perempuan. Dan perlu diketahui
bahwa tulisan ini berusah untuk memaparkan wawasan
al-Qu’an tentang hal tersebut, meskipun harus diakui bahwa tulisan ini tidak
mungkin dapat menjangkau keseluruhannya. Oleh sebab itu, kembali kepada kata
pepatah “Tiada Gading Yang Tak Retak” tidak ada manusia yang sempurna, No Body Is
Perfect.
Lanjut baca ke halaman berikutnya:
Artikel ini bisa difahami secara utuh
apabila pembaca, membacanya secara utuh dan berurut sesuai
dengan Link di atas.
Buah Karya : Intan Lestari
No comments:
Post a Comment