Tuesday, 24 January 2017

Puasa Dalam Kancah Sosial

Puasa Dengan Cita-cita Sosial


          Menjaga diri dari sesuatu yang menjadikan seseorang tersebut “berbuka” (makan/minum) adalah puasa. Definisi ini sering kali didengar bahkan sebagai patokan dan landasan hukum ketika seseorang berpuasa, lalu mengatrakan dirinya untuk makan dan minum, maka puasanya seseorang tersebut dikatakan “batal” dalam pandangan konstitusi islam. Hal ini, meskipun dikatakan benar dalam sayariat. Namun, tidak menutup kemungkinan, hal yang demikian itu, hanya dapat mengatarkan orang yang berpuasa hanya merasakan haus dan dahaga. Oleh sebab itu, sebenarnya, islam mengajarkan kepada pemeluknya ada yang  jauh lebih penting dari pada itu adalah mengetahui dan memahami “hakikat puasa dalam mewujudkan cita-cita sosial”. Di sinilah, penulis berusaha untuk membahas sekelumit tujuan berpuasa dalam mewujudkan cita-cita sosial.
            Mewujudkan cita-cita sosial, sama persis dengan mewujudkan masyarakat ideal. Baca lebih lanjut ke link ini, http://muhammadaly234.blogspot.co.id/2016/12/masyarakat-ideal-dalam-al-quran.html Dalam hal ini, puasa yang sempat dijadikan pilar agama (rukun islam) sangat memiliki peran untuk mewujudkan cita-cita sosial tersebut. Tentunya, bukan melihat puasa tinjauan sisi definisi di atas. Kendati puasa bukan hanya menahan rasa haus dan dahaga, ada yang lebih penting dari pada itu adalah menahan nafsu yang sempat orang banyak lupakan ini menjadi bumerang dalam diri sendiri. Tak heran jika dikatakan bahwa “banyak orang puasa, namun dari puasanya itu hanya mendapatkan lapar dan dahaga”. Tidak ingin tahu-menau akan pentingnya untuk apa berpuasa? Mengapa harus berpuasa? Apa tujuan utama dalam berpuasa? Dan bagaimana layakanya orang berpuasa dalam pandangan al-Qur’an dan hadist? Di sinilah, penulis berusaha untuk membahas sekelumit tujuan berpuasa dalam mewujudkan cita-cita sosial atau yang lebih dikenal dengan istilah masyarakat ideal.
            Puasa dalam pandangan penulis memiliki tiga tingkatan. Yang pertama adalah kelas super eksekutif, yang kedua kelas eksekutif biasa, yang ketiga adalah kelas ekonomi. Dalam tiga tingkatan tersebut, kiranya perlu dijelaskan secara gambalang agar pembaca yang budiman mengarti dan faham tujuan hakikat puasa Allah syariatkan kepada hambanya.


·         Puasa Kelas Eksekutif Plus adalah Puasa yang menjaga dirinya dari hal-hal yang bisa membatalkan puasanya, mengurangi ganjaran (pahala) puasa, dan menjaga dirinya dari perbuatan keji dan mungkara, juga agar tidak lupa sedetik pun kepada Allah dalam menjalani puasa tersebut. Kiranya, puasa kelas ini hanya dapat dilakukan bagi orang-orang yang beriman tingkatan Nabi. Hal ini tertuang dalam al-qur’an, tujuannya adalah mencegah perbuatan keji dan mungkar. (QS al-Ankabuut ayat 45). Dalam istilah hadistnya, puasa ini ada dalam tingkatan khawasul khawas.
·         Puasa Kelas Eksekutif Biasa adalah puasa yang menahan makan dan minum serta semua perbuatan yang membatalkannya. Misalnya mulutnya ikut berpuasa dengan tidak berkata kotor, mencaci, mengumpat, atau mencela orang lain. Demikian juga dengan tangan dan kakinya, dipergunakan untuk perbuatan yang baik dan terpuji. Kiranya, puasa kelas ini hanya dapat dilakukan bagi orang-orang yang beriman tingkatan manusia biasa. Dalam Istilah Hadsinya dikenal dengan sebutan khawas”.
·         Puasa Kelas Ekonomi adalah puasa yang hanya sekadar menahan haus dan lapar dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Dalam Istilah Hadsinya dikenal dengan sebutan “Awam”.
Dalam urain di atas, puasa eksekutis plus merupakan kelas puasa tertinggi dan tersluit untuk dirasakan dan di jalani. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi manusia seperti kita untuk bisa melakukan hal yang demikian. Puasa kelas ini, teramat banyak Allah singgung dalam kitab-Nya. Puasa yang mampu mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar inilah yang mampu membentuk pribadi Muslim yang bertakwa, sebagaimana penjelasan (QS Al-Baqarah [2] ayat 183).
Kiranya dapat disimpulkan bahwa, tujuan puasa yang sebanarnya adalah untuk berhamba secara totalitas kepada Allah, dengan mewujudkan perilaku yang baik kepada sesamanya, juga tidak kalah pentingnya memuasakan manusia. Inilah, tujuan berhamba kepada dat yang layak dan patut disembah. Bisa lajut baca tentang untuk apa beribadah? di link di bawah ini:

            

No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...