Puasa Dengan Cita-cita Sosial
Menjaga
diri dari sesuatu yang menjadikan seseorang tersebut “berbuka” (makan/minum)
adalah puasa. Definisi ini sering kali didengar bahkan sebagai patokan dan
landasan hukum ketika seseorang berpuasa, lalu mengatrakan dirinya untuk makan
dan minum, maka puasanya seseorang tersebut dikatakan “batal” dalam pandangan
konstitusi islam. Hal ini, meskipun dikatakan benar dalam sayariat. Namun,
tidak menutup kemungkinan, hal yang demikian itu, hanya dapat mengatarkan orang
yang berpuasa hanya merasakan haus dan dahaga. Oleh sebab itu, sebenarnya,
islam mengajarkan kepada pemeluknya ada yang jauh lebih penting dari pada itu adalah
mengetahui dan memahami “hakikat puasa dalam mewujudkan cita-cita sosial”. Di sinilah, penulis berusaha untuk membahas sekelumit tujuan
berpuasa dalam mewujudkan cita-cita sosial.
Mewujudkan cita-cita sosial, sama
persis dengan mewujudkan masyarakat ideal. Baca lebih lanjut ke link ini, http://muhammadaly234.blogspot.co.id/2016/12/masyarakat-ideal-dalam-al-quran.html
Dalam hal ini, puasa yang sempat dijadikan pilar agama (rukun islam) sangat
memiliki peran untuk mewujudkan cita-cita sosial tersebut. Tentunya, bukan
melihat puasa tinjauan sisi definisi di atas. Kendati puasa bukan hanya menahan
rasa haus dan dahaga, ada yang lebih penting dari pada itu adalah menahan nafsu
yang sempat orang banyak lupakan ini menjadi bumerang dalam diri sendiri. Tak
heran jika dikatakan bahwa “banyak orang puasa, namun dari puasanya itu hanya
mendapatkan lapar dan dahaga”. Tidak ingin tahu-menau akan pentingnya untuk apa
berpuasa? Mengapa harus berpuasa? Apa tujuan utama dalam berpuasa? Dan bagaimana
layakanya orang berpuasa dalam pandangan al-Qur’an dan hadist? Di sinilah,
penulis berusaha untuk membahas sekelumit tujuan berpuasa dalam mewujudkan
cita-cita sosial atau yang lebih dikenal dengan istilah masyarakat ideal.
Puasa dalam pandangan penulis
memiliki tiga tingkatan. Yang pertama adalah kelas super eksekutif, yang kedua
kelas eksekutif biasa, yang ketiga adalah kelas ekonomi. Dalam tiga tingkatan
tersebut, kiranya perlu dijelaskan secara gambalang agar pembaca yang budiman
mengarti dan faham tujuan hakikat puasa Allah syariatkan kepada hambanya.
·
Puasa
Kelas Eksekutif Plus adalah Puasa yang menjaga dirinya dari hal-hal yang bisa
membatalkan puasanya, mengurangi ganjaran (pahala) puasa, dan menjaga dirinya dari
perbuatan keji dan mungkara, juga agar tidak lupa sedetik pun kepada Allah
dalam menjalani puasa tersebut. Kiranya, puasa kelas ini hanya dapat dilakukan
bagi orang-orang yang beriman tingkatan Nabi. Hal ini tertuang dalam al-qur’an, tujuannya adalah mencegah
perbuatan keji dan mungkar. (QS al-Ankabuut ayat 45). Dalam istilah
hadistnya, puasa ini ada dalam tingkatan khawasul khawas.
·
Puasa
Kelas Eksekutif Biasa adalah puasa yang menahan makan dan minum serta semua perbuatan yang
membatalkannya. Misalnya mulutnya ikut berpuasa dengan tidak berkata kotor,
mencaci, mengumpat, atau mencela orang lain. Demikian juga dengan tangan dan
kakinya, dipergunakan untuk perbuatan yang baik dan terpuji. Kiranya,
puasa kelas ini hanya dapat dilakukan bagi orang-orang yang beriman tingkatan
manusia biasa. Dalam Istilah Hadsinya dikenal dengan sebutan “khawas”.
·
Puasa Kelas Ekonomi adalah puasa yang
hanya sekadar menahan haus dan lapar dari terbit fajar sampai terbenamnya
matahari. Dalam
Istilah Hadsinya dikenal dengan sebutan “Awam”.
Dalam urain di atas, puasa eksekutis plus merupakan kelas puasa
tertinggi dan tersluit untuk dirasakan dan di jalani. Namun, tidak menutup
kemungkinan bagi manusia seperti kita untuk bisa melakukan hal yang demikian. Puasa
kelas ini, teramat banyak Allah singgung dalam kitab-Nya. Puasa yang mampu mencegah
dirinya dari perbuatan keji dan munkar inilah yang mampu membentuk pribadi
Muslim yang bertakwa, sebagaimana penjelasan (QS Al-Baqarah [2] ayat 183).
Kiranya dapat disimpulkan
bahwa, tujuan puasa yang sebanarnya adalah untuk berhamba secara totalitas
kepada Allah, dengan mewujudkan perilaku yang baik kepada sesamanya, juga tidak
kalah pentingnya memuasakan manusia. Inilah, tujuan berhamba kepada dat yang
layak dan patut disembah. Bisa lajut baca tentang untuk apa beribadah? di link
di bawah ini:
No comments:
Post a Comment