Drama Cinta
Drama cinta manusia memang terdengar seru, karena tidak jarang
dari mereka yang mengatasnamakan cinta akan mengalirkan energi-energi yang luar
bisa. Yang awalnya lemah menjadi kuat atau yang awalnya malas menjadi semangat
bahkan dengan sendirinya menjadi lebih dewasa. Kedewasaan ini menjadi salah
satu pertahanan agar hubungan kasih bisa terjaga dengan baik, sebab tidak
menutup kemungkinan akan terjadi badai yang berakar pada kesalahpahaman atau
kekeliruan dalam menyikapi sesuatu dan lain sebagainya.
Berangkat dari realita kebanyakan, kadang cinta dipahami secara
sempit, bahwa cinta harus memiliki, sebaliknya akan sedih bila cinta tidak
harus dimiliki. Jadi, lamanya ikatan yang terjalin bukanlah sebuah ukuran akan
utuhnya hubungan. Tidak jarang terdengar dari seruan beberapa pasangan yang
awalnya mereka terjalin dengan cinta namun akhirnya juga berpisah. Seruan
tersebut seolah menjastifikasi bahwa dirinya sakit karena cinta, lantas apa
yang salah dengan cinta?
Secara garis besar, setiap orang mampu merasakan cinta, namun
mustahil untuk mendefinisikannya, sebab akan menjadi subjektif setelah menjadi
sebuah pengertian, melainkan cinta hanya dapat dihayati dan tidak dapat
disifati. Namun tidak ada salahnya bila istilah cinta mengantarkan sebuah
pemahaman sebagai upaya mengasihi dan menyayangi.
Berhubung hanya mengantarkan pemahaman, cinta sejati akan
memancarkan keindahan-keindahan. Tidak cukup hanya mencintai pada lawan jenis,
namun cinta akan mampu mengecilkan egoisitas sebab kecintaan manusia pada
semesta. Cinta tidak mengenal kesedihan, cinta tidak mengenal kemarahan dan
segala macam perasaan negatif.
Kembali pada realitas, banyak hal yang mempengaruhi seseorang
dalam mengaplikasikan cinta. Salah satu pengaruh tersebut adalah perfilman, di
mana dalam kisah-kisahnya kadang mencampur-adukan antara cinta dan amarah.
Rasanya memang kurang tetap karena cinta adalah cinta dan amarah adalah amarah.
Salah satunya sinetron remaja yang mengisahkan kisah cinta anak
sekolah dengan kehidupan yang serba glamour dan modern. Namun nyatanya,
tontonan ini justru sangat digandrungi oleh remaja, bahkan juga anak-anak yang
semestinya belum mengerti tentang apa itu cinta.
Anggap saja saat cinta itu hadir dan melamar si gadis atau
sebaliknya namun akhirnya ditolak, apakah harus merasa sedih dengan keadaan
tersebut. Mungkin iya, namun akankah berlarut dalam kekecewaan itu. Sebab kalau
kemudian bersikukuh berharap padanya, secara tidak langsung akan menutup diri
untuk tidak mencintai pada orang lain. Karena, bagaimanapun juga akan tidak
baik bila itu memaksa. Oleh itu, sebaiknya memang meridhoi dan harus mampu
menyikapi dengan keyakinan yang paling dalam bahwa Tuhan akan memberikan jodoh
yang lebih baik daripada apa yang kita pikirkan.
Lain lagi saat seseorang sedang merindu. Mungkin rindu akan
terobati saat tibanya bertemu. Lalu bagaimana saat rindu tidak tersampaikan?
Seolah hati akan bergemuruh sebab tidak bisa melepas rindu itu. Akankah juga
rindu hanya milik seseorang saja, bisa jadi orang lain juga merasa rindu pada
objek yang sama. Namun apakah seseorang tersebut memiliki hak untuk melarang
untuk merindu terhadap objek yang sama? Oleh karenanya kerinduan ini merupakan
sesuatu yang tidak hanya dalam hubungan sesama hamba, melainkan rasa tersebut
mampu menebus segalanya. Hanya rindu yang kuat, yang membuat waktu dilumat dan
ruang dilipat.
Ruang dan waktu juga meliputi semesta alam. Semesta akan
senantiasa mengikuti apa yang menjadi pikiran dan perasaan manusia. Saat
manusia menganggap hidup itu keras maka alam akan menyambut dengan keras. Namun
sebaiknya bila manusia menyambut hidup dengan totalitas kecintaan, maka semesta
juga akan menyambut dengan hal yang sama, bunga akan menyambut dengan caranya
memekar, burung menyambut dengan kicauan, pohon dengan oksigennya, sahabat
dengan senyumnya dan segala macam yang ada di dalamnya.
Representasi cinta pada semesta juga terdapat pada kecintaan
hamba kepada Tuhan (habblum minAllah), apakan akan kecewa bila doa-doa yang
dipanjatkan tidak pernah terkabul? Kalau pun kemudian benar-benar kecewa itu
bukanlah wujud cinta, melainkan hasrat egoisitas yang mendominasi. Implikasi
cinta mestinya tetap akan menerima apa yang ditetapkan-Nya, sebab manusia
kadang tidak sadar apa yang menjadi kebutuhannya. Justru dengan keimanan dan
keyakinannya akan mengantarkan pada suatu hal yang tidak terduga di luar doa
yang diinginkan. Implikasi cinta ini bukan tentang apa yang terjadi melainkan
bagaimana menyikapi.
Sebagai telaah berikutnya adalah hamba yang mencintai Allah,
apakah seorang hamba akan menjadi masalah atau cemburu saat hamba yang lain
juga mencintai-Nya? Mungkin ini yang sesungguhnya, cinta tidak sesempit
perasaan manusia, bahkan cinta berlaku pada semua pencinta, cinta berlaku
disegala hal, cinta tidak butuh berbalas cinta, dan cinta itu ikhlas.
Maka kemudian, cinta memang
benar-benar anugerah dari Tuhan. Cinta tidak mengenal hukum, hanya saja cinta
akan memiliki aturan bila telah terikat oleh sebab. Cinta memiliki hukum saat
sudah dipinang sebagai pranikah, cinta memiliki aturan saat terikat pernikahan
dan cinta terikat hukum setelah hamba bersaksi tiada Tuhan selain Tuhan yang
diyakini.
No comments:
Post a Comment