Sunday, 15 January 2017

Benarkah Merindu Itu Haram?

Rindu Dalam Prespektif Ulama Salaf?



          Segala sesuatu diciptakan Allah berpasang-pasangan. Ada siang ada malam, ada dunia ada akhirat, ada surga ada neraka, ada jantan ada betina, begitu juga, ada laki ada pula  perempuan, demikian seterusnya, itulah ciri mahluk, hanya Dia yang Maha Esa, “yang tak serupa dengan apapun”. Dan tidak pula ada sesuatu yang menyerupakanNya. Hal ini, sangat jelas Allah singgung dalam KalamNya, (ليس كمثله شيئ) .

            Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan, ada laki ada pula wanita, bukan hanya untuk saling mengenal, jauh lebih penting dari itu adalah saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Jika tidak sukar dikatakan, penulis pinjam bahasanya Qurais Shihab, “Adapun  orang yang terhindar dari kerugian dari waktu dalam pandangan al-Quran adalah mereka yang memenuhi empat kriteria: pertama, yang mengenal kebenaran (amanu); kedua, yang mengamalkan sesuatu yang benar (amilu al-Shalihat); ketiga, yang ajar-mengajar menyangkut perihal kebenaran (tawashauw bi al-Haq); dan keempat, yang sabar dan tabah dalam mengamalkan serta mengajarkan kebenaran (tawashauw bi al-Shabr). Demikian kata dari pakar tafsir indonesi ketika menjelaskan “pentingnya waktu”.

            Menjalani hubungan sesama insan, sering kali dijumpai adanya konflik, baik itu bathin maupun dhohir. Dari hal dhohir, kadang sang kekasih menuntut untuk dimengerti oleh pasanganya, begitu juga sebaliknya. Dalam hal bathin, kadang sang buah hati teramat sering disakiti oleh kekasihnya. Kendati perhatian yang kurang, maka tidak bisa dipungkiri adanya kecek-cokan dalam menjalani hubungan percintaan. Tidak lepas dengan pengaturan waktu, karena menjalani hubungan itu, merupakan kata kerja, maka sudah barang pasti memiliki keterkaitan antar satu dengan lainnya. Semisal, laki-laki yang sering mengajak kekasihnya untuk semalaman “Chatingan”, tidak jarang dijumpai wanita tidak suka tidur terlarut malam hanya untuk melayani dan membicarakan hal-hal yang kurang bermanfaat bagi dirinya dan hubungnya. Hal ini jika dipaksa, akan mengakibatkan kepada alur laju hubungan mereka berdua tersendat ditengah jalan. Menagapa demikian? Karena, antar kekasih dengan yang dikasihinya kadang sering mendahulukan “ego” bukan “ilmu”.

            Jalan solusinya adalah memberikan pemahaman kepada sang lelaki, agar bisa menjaga waktu, memanfaatkan waktu, dan memilih juga memilah waktu. Tentunya, membicarakan seputar hubungan atau memberikan perhatian full kepada kekasihnya. Hal ini, akan lebih muda direspon dari pada membicarakan hal yang kurang bahkan tidak memiliki efek samping kepada orang yang dicintainya.

            Perhatian dalam menjalani hubungan merupakan wujud rasa rindu kekasih kepada orang yang dikasihinya. Dalam hal ini, banyak sekali contoh yang sebenarnya ingin penulis sebutkan. Semisal, mengucapkan kata “Sudah makan belum Ntem?”, kata-kata ini meskipun sedikit, namun memiliki daya tarik tersendiri dan juga memberikan tanda kode (kerinduan) kepada orang yang dikasihinya. Kerinduan dalam contoh ini tidak dikatakan “haram” karena, tidak mengatarkan pendengar dan penutur untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Beda halnya, dengan rindu yang menjerumuskan kepada hal-hal yang diarang oleh agama. Semisal, rindu ingin bertemu, kerindua dalam pertemuan ini, sangat memberikan dampak negatif antar dua pihak. Ketarangan ini akan diterangkan secara mendalam di paragraf selanjtnya.

 Ada pertanyaan dari sosok wanita jelita, tentang “rasa rindu kepada selain muhrimnya” demikian pertanyaanya. Apakah rasa rindu pada orang yang bukan muhrim itu termasuk dosa? Kalau memang dosa apa ada solusinya? Karena rasa rindu itu datang di luar kuasa manusia, kalaupun bisa memilih, mungkin tidak ingin merindukannya

Ibnu Hazam El-Andalusy berkata dalam kitabnya, thuqul hamamah : Cinta, Agama tidak menolaknya dan syariat pun tidak melarangnya, karena hati di tangan Allah,  atau karena hati dalam kekuasaan Alloh azza wajalla.

ﻗَﺎﻝَ ﺍﺑﻦُ ﺣَﺰﻡٍ ﻓﻲ ﻃَﻮﻕِ ﺍﻟﺤَﻤﺎﻣﺔِ  ﻭﻟﻴﺲَ ـ ﺍﻟﺤُﺐ ـ ﺑﻤُﻨﻜَﺮٍ ﻓﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﺎﻧﺔِ ﻭﻻَ ﺑِﻤﺤﻈُﻮﺭٍ ﻓِﻲ ﺍﻟﺸَّﺮﻳﻌﺔِ ، ﺇﺫِ ﺍﻟﻘُﻠﻮﺏُ ﺑﻴﺪِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻋﺰَّ ﻭﺟﻞَّ .

Adapun syahid akhirat saja dan pembagian syahid akhirat itu banyak di antaranya adalah wanita yang mati saat melahirkan meski dia hamil sebab zina. Dan orang yang mati karena rindu, meski terhadap orang yang tidak boleh diwath'i seperti (lelaki) rindu kepada amrod (mairil/cowo remaja guanteng), dengan syarat 'iffah (menjaga diri dari maksiat) bahkan sampai menjaga diri pandangan sekiranya dia berduaan dengan orang yang dicintainya maka ia tidak melewati batasan syariat & dengan syarat menyembunyikan kerinduannya bahkan terhadap yang dirindukan sekalipun. Adapun khobar : "Jika salah satu dari kalian mencintai saudaranya maka kabarkanlah kepadanya", maka diarahkan kepada selain malarindu. Betapa eloknya perkataan sebagian penyair :

Kafa Almuhibbiina Adzaabuhum*Tallohi Laa Adzdzabathum Ba'dahaa Saqor
(cukuplah bagi para pecinta adzab mereka di dunia * demi Allah neraka saqor takkan menyiksa setelah adzab dunia),


Bal Jannatul Khuldi Ma'wahum Muzakhrofah*Yun'amuna Biha Haqqon Bimaa Shobaru
(akan tetap surga khuldi yang dihias tempat mereka * mereka benar-benar mendapat nikmat di dalamnya sebab kesabaran mereka).

والميت عشقا ولو لمن لم يبح وطؤه كأمرد بشرط العفة حتى عن النظر بحيث لو اختلى بمحبوبه لم يتجاوز الشرع وبشرط الكتمان حتى عن معشوقه حاشية الباجوري على ابن قاسم الغزي جزء 1 ص 244


Aplikasi rindu yang bagaiaman yang diharmkan oleh agama ? yang haram bukan rindunya, tapi pelampiasan rindunya yang bisa ada yang haram misalnya berciuman bibir ketik hendak bertemu, seperti mana penulis jelaskan di atas, bahwa kerinduan sering kali mengatarkan pertemuan. Dari pertemuan ini, tidak jarang dijumpai muda-mudi di negri ini melampiaskan kerinduanya dengan pacarnya dalam cara-cara atau adegan-adegan ekstrim, hingga, mendekati zina dan ada yang halal seperti berciuman bibir dengan istrinya. Demikian, tutur sapah dari ulama yang menagarang kitab Bajuri. Wallahu a'lam.

No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...