Cinta Pandangan Pertama
Mengapa setiap mahluk memiliki
perasaan cinta? Salah satu jawabanya adalah karena ada sesuatu dalam diri
setiap mahluk yang tidak kecil peranannya dalam wujud ini. Ia adalah rasa, asa,
dan angan, yang melahirkan cinta dan kerinduan. Mendorong setiap insan untuk
saling berpasangan, berdamba, mengisi waktu kosong dengan buah hatinya. Hal ini,
kirananya sangat jelas keberadaannya di negri ini khsusnya. Kendati cinta,
merupakan bukan hal yang baru-baru ini muncul dipermukaan dunia, akan tetapi,
bau, nama, dan aromanya sudah catar membahana sejak dulu kala. Bisa dilihat
kembali filsuf ternama yang memperdebatkan cinta antar guru dan muridnya (Plato
vs Aristoteles).
Ungkapan sementara orang akan “Cinta
bermula pada pandangan pertama?” mungkinkah? Benarkah? Atu mungkin anggapan ini
hanya hipotesis belaka? Nah, di sinilah, pembaca budiaman diajak untuk
bercengkrama seiring bersamanya waktu, sembari menyeruput kopi hitam pekat, dan
jangan lupa, nyalakan tembakaumu dengan lapisan-lapisan kertas membungkusnya. Penulis
tunggu, setelah usai pembaca melakukannya.
Tidak jarang kita temukan,
teman-teman kita sendiri jatuh cinta pada pandangan pertama ini. Hanya saja,
ketika ditanya, jawabnya adalah “Aku Melihat Tuhan Dalam Dirimu Pada Pandangan
pertamaku waktu Itu”. Kiranya, meskipun tidak semua laki-laki maupun perempuan
mengatakan kata-kata ini. Namun, untuk tidak jauh bedanya sepertinya agak
menyerempet sedikit.
Ungkapan di atas, meski kata sosok
wanita yang ditembaknya (dinyatakan cinta kepadanya) itu sukar sekali diterima.
Namun, perlu diingatkan, bahwa tidak setiap manusia akan jatuh hati kepada
manusia lain dengan pelantara “Melihat dengan mata kepala”. Kendati, orang buta
mampu melakukan percintaan merasakan hangatnya cinta dan aroma wanginya cinta
nan kerinduanya. Sudah barang pasti, pernyataan di atas dibantah oleh pernytaan
yang sudah penulis katakan barusan.
Kalau boleh meminjam bahsanya Qurais
Shihab, beliau berkata bahwa, “cinta adalah kecenderungan hati yang mendalam
terhadap sifat-sifat lahir dan bathin kekasih”. Dalam artian, orang yang
merasakan kehadiran cinta itu adalah orang-orang yang memiliki kecenderungan
hati kepada kekasihnya, baik itu terhadap sifat-sifatnya yang berupa batin
maupun lahir. Hal ini, sepertinya sejalan dengan apa yang ada dalam kenyataan
hidup. Pertama, manusia atau mahluk di muka bumi ini bisa merasakan kehadiran
cintanya kepada Allah, kendati bathinnya. Dan mengamplikasikanya menjadi wujud
nyata (lahir) melalui aktifitas-aktifitas yang bisa dilihat dengan mata kepala.
Semisal, dikir, sholat, dan banyak lagi lainya.
Jadi, mencintai dan dicintai itu,
tidak harus dan tidak bisa dijastifikasi bahwa cinta bermula pada pandangan
pertama. Kendati, cinta yang hakiki adalah cinta yang tidak melihat rupa. Sedangkan
rupa (material) hanya bisa dilihat dengan panca indra (mata). Akan lenyap
ditelan waktu, seiring berajalan pupusnya masa. Berbeda dengan orang yang
mencintai sesuatu tidak melihat melalui (lahir), cintanya tidak akan lekang
oleh waktu, pula tidak akan pupus ditelan zaman.
No comments:
Post a Comment