Friday, 13 January 2017

Benarkah Cinta Bermula Dari Pandangan Pertama?

   Cinta Pandangan Pertama



Mengapa setiap mahluk memiliki perasaan cinta? Salah satu jawabanya adalah karena ada sesuatu dalam diri setiap mahluk yang tidak kecil peranannya dalam wujud ini. Ia adalah rasa, asa, dan angan, yang melahirkan cinta dan kerinduan. Mendorong setiap insan untuk saling berpasangan, berdamba, mengisi waktu kosong dengan buah hatinya. Hal ini, kirananya sangat jelas keberadaannya di negri ini khsusnya. Kendati cinta, merupakan bukan hal yang baru-baru ini muncul dipermukaan dunia, akan tetapi, bau, nama, dan aromanya sudah catar membahana sejak dulu kala. Bisa dilihat kembali filsuf ternama yang memperdebatkan cinta antar guru dan muridnya (Plato vs Aristoteles).
            Ungkapan sementara orang akan “Cinta bermula pada pandangan pertama?” mungkinkah? Benarkah? Atu mungkin anggapan ini hanya hipotesis belaka? Nah, di sinilah, pembaca budiaman diajak untuk bercengkrama seiring bersamanya waktu, sembari menyeruput kopi hitam pekat, dan jangan lupa, nyalakan tembakaumu dengan lapisan-lapisan kertas membungkusnya. Penulis tunggu, setelah usai pembaca melakukannya.
            Tidak jarang kita temukan, teman-teman kita sendiri jatuh cinta pada pandangan pertama ini. Hanya saja, ketika ditanya, jawabnya adalah “Aku Melihat Tuhan Dalam Dirimu Pada Pandangan pertamaku waktu Itu”. Kiranya, meskipun tidak semua laki-laki maupun perempuan mengatakan kata-kata ini. Namun, untuk tidak jauh bedanya sepertinya agak menyerempet sedikit.  
            Ungkapan di atas, meski kata sosok wanita yang ditembaknya (dinyatakan cinta kepadanya) itu sukar sekali diterima. Namun, perlu diingatkan, bahwa tidak setiap manusia akan jatuh hati kepada manusia lain dengan pelantara “Melihat dengan mata kepala”. Kendati, orang buta mampu melakukan percintaan merasakan hangatnya cinta dan aroma wanginya cinta nan kerinduanya. Sudah barang pasti, pernyataan di atas dibantah oleh pernytaan yang sudah penulis katakan barusan.
            Kalau boleh meminjam bahsanya Qurais Shihab, beliau berkata bahwa, “cinta adalah kecenderungan hati yang mendalam terhadap sifat-sifat lahir dan bathin kekasih”. Dalam artian, orang yang merasakan kehadiran cinta itu adalah orang-orang yang memiliki kecenderungan hati kepada kekasihnya, baik itu terhadap sifat-sifatnya yang berupa batin maupun lahir. Hal ini, sepertinya sejalan dengan apa yang ada dalam kenyataan hidup. Pertama, manusia atau mahluk di muka bumi ini bisa merasakan kehadiran cintanya kepada Allah, kendati bathinnya. Dan mengamplikasikanya menjadi wujud nyata (lahir) melalui aktifitas-aktifitas yang bisa dilihat dengan mata kepala. Semisal, dikir, sholat, dan banyak lagi lainya.

            Jadi, mencintai dan dicintai itu, tidak harus dan tidak bisa dijastifikasi bahwa cinta bermula pada pandangan pertama. Kendati, cinta yang hakiki adalah cinta yang tidak melihat rupa. Sedangkan rupa (material) hanya bisa dilihat dengan panca indra (mata). Akan lenyap ditelan waktu, seiring berajalan pupusnya masa. Berbeda dengan orang yang mencintai sesuatu tidak melihat melalui (lahir), cintanya tidak akan lekang oleh waktu, pula tidak akan pupus ditelan zaman.  

No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...