Rekonstruksi Sejarah Perayaan Maulid Nabi
Sejarah ibarat awan yang menggantung
di langit biru. Akan tampak indah menggumpal jika dilihat dari kejauhan, namun
mengempis-menghilang jika didekati dan dipegang. Begitu juga dengan penulisan
sejarah, di mana peristiwa yang konon telah benar-benar terjadi menguap begitu
saja. Tugas para sejarawan untuk merekonstruksi peristiwa sejarah itu dan
menyusun fragmen-fragmennya menjadi bagian yang utuh, logis, dan kronologis
sesuai dengan urutan fakta-fakta sejarah masa lalu.
Berbicara kelahiran nabi atau sering
disebut dengan kata “Maulid Nabi” ternyata memiliki sejarah yang apik untuk
diperbincangkan. Lebih-lebih kontradiktif tentang memperingatinya. Kendati
demikian, hanya segelintir orang yang melarang untuk memperingati ulang tahun
Nabi ini. Hanya dengan dalil yang tidak asing lagi ditelinga umat. Namun, bukan
disini penulis membahas secara lebar. Hanya ingin memberi satu kata untuk yang
melarang hal ini. Mereka, belum pernah belajar ilmu balagha khususnya dan ilmu
alat umumnya untuk memahami hadis yang sering mereka utarakan dalam
mengharamkan ulang tahun Nabi.
Nabi dilahirkan pada tahun gajah,
12, Robiul Awal. Bertepatan tahun 569 M. Untuk penetapan tahun masehinya masih
ada perbedaan. Ada yang mengatakan 5, Mei, tahun 570. Namun, menurut Dr. Khalid
Shaukat, tanggal kelahiran Nabi Muhammad dalam kalender Masehi adalah 15 April
569 M. Pendapat beliau diperoleh atas hasil analisisnya setelah menelaah
beberapa hal terkait kebiasaan penentuan kalender di massa sebelum Nabi lahir.
Berbeda dengan pendapatnya sejarawan
ternama, al-Mas’udi. Beliau menilai bahwa kelahiran Nabi terjadi 50 hari
setelah kehadiran pasukan bergajah yang kehadiran mereka ketika itu bertepatan
dengan hari senin, 13 Muharram dan mendekati ke Mekkah 17 Muharram, sehingga
dengan demikian, masih menurut al-Mas’udi, kelahiran Nabi Muhammad SAW. Terjadi
pada tanggal 8 Rabi’ul Awwal.
Sedangkan menurut Qurais Shihab,
Kelahiran Nabi yang sangat populer adalah tanggal 12 Rabi’ul Awwal, yang ketika
itu jatuh pada hari senin malam bertepatan dengan tanggal 29 Agustus 580 M.
Perbedaan mengenai kelahiran Nabi, semuanya memiliki dasar/argumentasi yang
kuat. Hanya saja, jika mengambil yang mayoritas, bisa ditelek kembali apa yang
telah dikemukakan oleh Quraish Shihab dalam bukunya “Membaca Sirah Nabi”.
Adapun orang yang pertama kali
merayakan ulang tahun Nabi ada tiga pendapat dalam perbedaan pendapat tersebut
penulis berusaha untuk mempetak-petakkan sebagaimana berikut:
·
Ada
yang berpendapat, orang yang pertama kali merayakan hari ulang tahun Nabi adalah
Raja Ibril (Wilayah Irak sekarang), bernama Muzhaffaruddin al-Kaukabri, pada
awal abad 7 Hijriyah. Hal ini termuat dalam kitabnya Ibnu Katsir, beliau
berkata : “Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada
bulan Rabi'ul Awal. Dia merayakannya secara besar-besaran. Dia adalah
seorang yang berani, pahlawan, alim dan seorang yang adil –
semoga Allahmerahmatinya”. Pendapat
ini didukung oleh Al-Hafzih Ibn Dihyah dalam kitabnya “Al-Tanwir Fi Maulid Al-Basyir An-Nadzir”. Dan Al-Imam Al-Suyuthi dalam kitabnya “Husn
Al-Maqsid Fi Amal Al-Maulid”.
·
Ada
yang berpendapat, orang yang pertama kali merayakan hari ulang tahun Nabi
adalah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi. Sultan Salahuddin pada kala itu
membuat perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat islam yang
telah padam untuk kembali berjihad dalam membela islam pada masa Perang
Salib. Pendapat ini didukung oleh Ahmad bin ‘Abdul Halim Al-Haroni.
·
Ada
yang berpendapat, orang yang pertama kali merayakan hari ulang tahun Nabi
adalah Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti Fatimiyyun)
pada tahun 362 H. Pendapat ini dekemukakan oleh ahli sejarawan diantaranya
adalah Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy, Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh, Al Ustaz ‘Ali
Fikriy, dan Al-Maqriziy.
Dikutip
dalam kitab :
Membaca Sirah Nabi Muhammad
Dalam Sorotan Al-Qur’an Dan Hadist-Hadist Shohih.
Karya Quraish Shihab.
Dalam Sorotan Al-Qur’an Dan Hadist-Hadist Shohih.
Karya Quraish Shihab.
Al-Tanwir Fi Maulid Al-Basyir
An-Nadzir
Karya Al-Hafidzh Ibn Dihyah, Tokoh Ulama Maroko Terkemuka. Yang menghadiahkan kitab kepada raja Ibril.
Karya Al-Hafidzh Ibn Dihyah, Tokoh Ulama Maroko Terkemuka. Yang menghadiahkan kitab kepada raja Ibril.
Husn Al-Maqsid Fi Amal Al-Maulid
Karya Imam Syuti.
Karya Imam Syuti.
Al Ibda’ fi Madhoril Ibtida’
Karya Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh.
Karya Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh.
Al-Muhadhorot Al Fikriyah
Karya Al-Ustaz ‘Ali Fikriy.
Karya Al-Ustaz ‘Ali Fikriy.
No comments:
Post a Comment