Saturday, 10 December 2016

Rekonstruksi Sejarah Perayaan Maulid Nabi

Rekonstruksi Sejarah Perayaan Maulid Nabi


            Sejarah ibarat awan yang menggantung di langit biru. Akan tampak indah menggumpal jika dilihat dari kejauhan, namun mengempis-menghilang jika didekati dan dipegang. Begitu juga dengan penulisan sejarah, di mana peristiwa yang konon telah benar-benar terjadi menguap begitu saja. Tugas para sejarawan untuk merekonstruksi peristiwa sejarah itu dan menyusun fragmen-fragmennya menjadi bagian yang utuh, logis, dan kronologis sesuai dengan urutan fakta-fakta sejarah masa lalu.
            Berbicara kelahiran nabi atau sering disebut dengan kata “Maulid Nabi” ternyata memiliki sejarah yang apik untuk diperbincangkan. Lebih-lebih kontradiktif tentang memperingatinya. Kendati demikian, hanya segelintir orang yang melarang untuk memperingati ulang tahun Nabi ini. Hanya dengan dalil yang tidak asing lagi ditelinga umat. Namun, bukan disini penulis membahas secara lebar. Hanya ingin memberi satu kata untuk yang melarang hal ini. Mereka, belum pernah belajar ilmu balagha khususnya dan ilmu alat umumnya untuk memahami hadis yang sering mereka utarakan dalam mengharamkan ulang tahun Nabi.
            Nabi dilahirkan pada tahun gajah, 12, Robiul Awal. Bertepatan tahun 569 M. Untuk penetapan tahun masehinya masih ada perbedaan. Ada yang mengatakan 5, Mei, tahun 570. Namun, menurut Dr. Khalid Shaukat, tanggal kelahiran Nabi Muhammad dalam kalender Masehi adalah 15 April 569 M. Pendapat beliau diperoleh atas hasil analisisnya setelah menelaah beberapa hal terkait kebiasaan penentuan kalender di massa sebelum Nabi lahir.
            Berbeda dengan pendapatnya sejarawan ternama, al-Mas’udi. Beliau menilai bahwa kelahiran Nabi terjadi 50 hari setelah kehadiran pasukan bergajah yang kehadiran mereka ketika itu bertepatan dengan hari senin, 13 Muharram dan mendekati ke Mekkah 17 Muharram, sehingga dengan demikian, masih menurut al-Mas’udi, kelahiran Nabi Muhammad SAW. Terjadi pada tanggal 8 Rabi’ul Awwal.
            Sedangkan menurut Qurais Shihab, Kelahiran Nabi yang sangat populer adalah tanggal 12 Rabi’ul Awwal, yang ketika itu jatuh pada hari senin malam bertepatan dengan tanggal 29 Agustus 580 M. Perbedaan mengenai kelahiran Nabi, semuanya memiliki dasar/argumentasi yang kuat. Hanya saja, jika mengambil yang mayoritas, bisa ditelek kembali apa yang telah dikemukakan oleh Quraish Shihab dalam bukunya “Membaca Sirah Nabi”.
            Adapun orang yang pertama kali merayakan ulang tahun Nabi ada tiga pendapat dalam perbedaan pendapat tersebut penulis berusaha untuk mempetak-petakkan sebagaimana berikut:
·         Ada yang berpendapat, orang yang pertama kali merayakan hari ulang tahun Nabi adalah Raja Ibril (Wilayah Irak sekarang), bernama Muzhaffaruddin al-Kaukabri, pada awal abad 7 Hijriyah. Hal ini termuat dalam kitabnya Ibnu Katsir, beliau berkata : “Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal. Dia merayakannya secara besar-besaran. Dia adalah seorang yang berani, pahlawan, alim dan seorang yang adil – semoga Allahmerahmatinya”. Pendapat ini didukung oleh  Al-Hafzih Ibn Dihyah dalam kitabnya Al-Tanwir Fi Maulid Al-Basyir An-Nadzir”. Dan Al-Imam Al-Suyuthi dalam kitabnya “Husn Al-Maqsid Fi Amal Al-Maulid”.
·         Ada yang berpendapat, orang yang pertama kali merayakan hari ulang tahun Nabi adalah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi. Sultan Salahuddin pada kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat islam yang telah padam untuk kembali berjihad dalam membela islam pada masa Perang Salib. Pendapat ini didukung oleh Ahmad bin ‘Abdul Halim Al-Haroni.
·         Ada yang berpendapat, orang yang pertama kali merayakan hari ulang tahun Nabi adalah Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti Fatimiyyun) pada tahun 362 H. Pendapat ini dekemukakan oleh ahli sejarawan diantaranya adalah Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy, Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh, Al Ustaz ‘Ali Fikriy, dan Al-Maqriziy.

Dikutip dalam kitab :
Membaca Sirah Nabi Muhammad
Dalam Sorotan Al-Qur’an Dan Hadist-Hadist Shohih.
Karya Quraish Shihab.
Al-Tanwir Fi Maulid Al-Basyir An-Nadzir
Karya Al-Hafidzh Ibn Dihyah, Tokoh Ulama Maroko Terkemuka. Yang menghadiahkan kitab kepada raja Ibril.
Husn Al-Maqsid Fi Amal Al-Maulid
Karya Imam Syuti.
Al Ibda’ fi Madhoril Ibtida’
Karya Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh.
Al-Muhadhorot Al Fikriyah
Karya Al-Ustaz ‘Ali Fikriy.




No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...