Rangkuman
Kajian Linguistik
Dari Makro Hingga Mikro
Dari Makro Hingga Mikro
Linguistik adalah sub disiplin ilmu
yang mempelajari bahasa sebagai objek kajiannya. Begitulah kesepakatan pakar
linguistik mendefinisikannya, mulai dari aliran tradisional hingga aliran
transformasi. Dalam kajian linguistik terdapat berbagai sub-sub di dalamnya. Di
antaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, wacana, pragmatik,
psikolingustik, sosiolinguistik, antropolingustik, semiotik dan lain-lain. Dalam
hal ini, penulis hanya membahas sebagian dari apa yang sudah penulis sebutkan
di atas. Di antaranya adalah semantik, wacana, pragmatik,
psikolinguistik, dan sosiolinguistik-lah yang penulis bahas pada
lembaran kertas putih ini.
Semantik dilihat dari segi
terminologi memiliki arti cabang linguistik yang menjelaskan tentang makna
bahasa. Dalam kajian semantik dikenal adanya teori jenis makna. Namun, sebelum
melompat lebih jauh kepada jenis makna, alangkah baiknya, jika membicarakan
hakikat makna terlebih dahulu.
Hakikat makna adalah asli kandungan
yang ada di dalam kalimat atau kata. Dalam pengertian lain, hakikat makna
dikatakan sebagai “ketergantungan dalam suatu pembahasan”. Dalam arti, jika
yang dibahas adalah morfologi, maka hakikat maknanya adalah terletak pada
morfem itu sendiri. Sama halnya jika yang dibicarakan adalah sintaksis, maka
yang menjadi hakikat maknanya adalah struktur kalimat.
Jenis makna dalam semantik ditinjau dari segi jenis semantiknya memiliki
tiga bagian :
·
Makna
leksikal adalah makna yang sesuai observasi panca indra (sesuai dengan
perumusan dan gambaran). Semisal, kata الدخان
dalam bahasa arab pada mulanya dirumuskan dan digambarkan sebagai asap yang
berwarna putih. Berbeda dengan البخور
yang digambarkan sebagai asap yang berwarna hitam (atau asap sisa-sisa membakar
sesuatu yang membuat asap itu hitam), dalam hal ini, itulah sebabnya, mengapa
rokok bisa dikatan sebagai الدخان. Sedangkan sisa
mebakar ban bisa dikatakan sebagai البخور.
Lihat lebih lanjut dalam kitab-kitab fiqhi.
·
Makna
geramatikal adalah makna yang terjadi atas hasil proses afiksasi, kalimatisasi,
reduplikasi, dan komposisi. Semisal, dalam bahasa Arab “جاء الزيدون” lafad الزيدون
mengalami proses afiksasi yang awalnya berbunyi زيد
diimbuhi waw dan nun sebagai makna jama dan imbuhan al sebagai makna ziyadah. Hal
ini, mengalami afiksasi. Dalam contoh كتب
, yang memiliki arti kitab-kitab. Yang pada mulanya كتاب
, proses penggantian kata tersebut merupakan hasil proses reduplikasi.
·
Makna
Kontekstual adalah makna kata yang berada di dalam satu konteks. Misalnya, kata
القتال
yang artinya “pembunuhan” bisa diartikan sebagai “fitnah”. Hal ini bisa
dilihat dalam tafsir al-Misbah. Kendati, makna kontekstual ini bergantung
kepada situasi da kondisi. Sudah sewajarnya, jikala suatu kata yang dianggap
sudah kaprah diartikan sebagai “ini” mislanya, lalu diartikan sebagai “itu”. Contoh
di atas karena situasi dan kondisinya. Sehingga, bisa merubah makna القتال menjadi “فتنة”.
Ditinjau dari segi ada atau tidaknya referen pada sebuah kata
dibagi menjadi 2 bagian:
·
Makna
referensial adalah sebuah kata yang memiliki referen. Semisal, kata الدخان di atas. Referen adalah acuan kata dalam
konteks tertentu.
·
Makna
non referensial adalah kebalikan dari referensial. Semisal, setiap kata
konjungsi dan preposisi. (ke, di, dan, karena)
Ditinjau dari segi tidak adanya nilai rasa terhadap kata dibagi
menjadi 2 bagian:
·
Denotatif
adalah makna yang menyangkut informasi-informasi faktual objektif atau makna
dasar yang sebenarnya. Semisal, bisa dilihat ketika penulis memberikan contoh
dalam konsep makna leksikal dan referen.
·
Konotatif
adalah makna yang sesuai dengan pandangan hidup, norma-norma, dan penilain
suatu kelompok. Semisal, kata babi dikalangan umat islam dan kata babi
dikalangan umat non muslim memiliki konotasi yang berbeda. Negatif untuk umat
muslim dan sebaliknya.
Ditinjau dari segi ketepatan maknanya dibagi menjadi 2 bagian:
·
Makna
kata adalah makna yang tergantung pada konteks kalimat dan kontek situasi. Semisal,
kata yang penulis contohkan dalam konsep makna kontekstual
·
Makna
istilah adalah makna yang bebas konteks. Semisal, kata lengan dengan tangan. Dalam
bahasa kedokteran dua kata ini tidak memiliki kandungan makna yang bersinonim.
Ditinjau dari sudut lain atau pandangan lain terbagi menjadi 4
bagian :
·
Makna
konseptual adalah makna yang bebas dari asosiasi. Semisal, kata yang penulis
contohkan dalam konsep makna referensial, denotatif, dan leksikal.
·
Makna
asosiasi adalah makna yang memiliki hubungan dengan kata lain diluar bahasa. Misalnya,
kata tikus yang memiliki arti korupsi. Dan makna asosiasi ini dibagi menjadi 3
bagian; 1. Stilistika adalah gaya pemilihan kata sehubungan dengan perbedaan
sosial dan bidang kegiatan dalam suatu klompok (masyarakat). Semisal, kata
guru, dosen, pengajar, dan instruktur. 2. Makna kolokatif adalah makna kata
dalam kaitannya dengan makna kata lain yang mempunayi “tempat” yang sama dalm
sebuah frase. Semisal, kata indah, cantik, tampan, dan molek. Tidak pantas
ketika dibilang “wanita tampan” “laki-laki cantik” dan “buang molek”. 3. Makna denotatif,
seperti penulis terangkan di atas. Bisa dilihat kembali. 4. Makna afektif
adalah makan kata yang berkenaan dengan perasaan si penutur. Baik kepada lawan
tutur maupun objek yang dituturkan. Semisal, kalimat “tutplah mulut kalian”
bentaknya kepada kami. Dengan kalimat “coba, mohon diam sebentar” ucapnya
kepada anak TK.
·
Makna
ediometik adalah makan satuan bahasa yang tidak bisa diramal dari makna
leksikalnya. Semisal, membanting tulang. Hal ini contoh dari ediom totalitas sedangkan
contoh “kitab kuning” ediom dari segi minoritas.
·
Makna
peribahasa adalah makna yang masih mengandung unsur-unsur gramatikal. Semisal,
kata “bertengkar” sering dipribahasakan sebagai “bagai anjing dengan kucing”.
Yang terakhir adalah relasi makna, relasi makna adalah hubungan
semantik dengan satuan bahasa dengan satuan bahasa lainnya. Hal ini dibagai
menjadi 3 bagian, di antaranya adalah :
·
Kesamaan
makna (sinonim) semisal, benar dan betul.
·
Pertentangan
makna (antonim) semisal, benar dan salah.
·
Kelebihan
makna (polisemi) semisal, kepala kantor dengan kepala surat dalam suatu kalimat
yang memiliki lebih dari satu makna.
الله
أعلم بالصواب
No comments:
Post a Comment