Wednesday, 28 December 2016

Linguistik, Makro Hingga Mikro

Rangkuman Kajian Linguistik
Dari Makro Hingga Mikro


            Linguistik adalah sub disiplin ilmu yang mempelajari bahasa sebagai objek kajiannya. Begitulah kesepakatan pakar linguistik mendefinisikannya, mulai dari aliran tradisional hingga aliran transformasi. Dalam kajian linguistik terdapat berbagai sub-sub di dalamnya. Di antaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, wacana, pragmatik, psikolingustik, sosiolinguistik, antropolingustik, semiotik dan lain-lain. Dalam hal ini, penulis hanya membahas sebagian dari apa yang sudah penulis sebutkan di atas. Di antaranya adalah semantik, wacana, pragmatik, psikolinguistik, dan sosiolinguistik-lah yang penulis bahas pada lembaran kertas putih ini.
            Semantik dilihat dari segi terminologi memiliki arti cabang linguistik yang menjelaskan tentang makna bahasa. Dalam kajian semantik dikenal adanya teori jenis makna. Namun, sebelum melompat lebih jauh kepada jenis makna, alangkah baiknya, jika membicarakan hakikat makna terlebih dahulu.
            Hakikat makna adalah asli kandungan yang ada di dalam kalimat atau kata. Dalam pengertian lain, hakikat makna dikatakan sebagai “ketergantungan dalam suatu pembahasan”. Dalam arti, jika yang dibahas adalah morfologi, maka hakikat maknanya adalah terletak pada morfem itu sendiri. Sama halnya jika yang dibicarakan adalah sintaksis, maka yang menjadi hakikat maknanya adalah struktur kalimat.
            Jenis makna dalam semantik  ditinjau dari segi jenis semantiknya memiliki tiga bagian :
·         Makna leksikal adalah makna yang sesuai observasi panca indra (sesuai dengan perumusan dan gambaran). Semisal, kata الدخان dalam bahasa arab pada mulanya dirumuskan dan digambarkan sebagai asap yang berwarna putih. Berbeda dengan البخور yang digambarkan sebagai asap yang berwarna hitam (atau asap sisa-sisa membakar sesuatu yang membuat asap itu hitam), dalam hal ini, itulah sebabnya, mengapa rokok bisa dikatan sebagai الدخان. Sedangkan sisa mebakar ban bisa dikatakan sebagai البخور. Lihat lebih lanjut dalam kitab-kitab fiqhi.
·         Makna geramatikal adalah makna yang terjadi atas hasil proses afiksasi, kalimatisasi, reduplikasi, dan komposisi. Semisal, dalam bahasa Arab “جاء الزيدون” lafad الزيدون mengalami proses afiksasi yang awalnya berbunyi زيد diimbuhi waw dan nun sebagai makna jama dan imbuhan al sebagai makna ziyadah. Hal ini, mengalami afiksasi. Dalam contoh كتب , yang memiliki arti kitab-kitab. Yang pada mulanya كتاب , proses penggantian kata tersebut merupakan hasil proses reduplikasi.
·         Makna Kontekstual adalah makna kata yang berada di dalam satu konteks. Misalnya, kata القتال  yang artinya “pembunuhan” bisa diartikan sebagai “fitnah”. Hal ini bisa dilihat dalam tafsir al-Misbah. Kendati, makna kontekstual ini bergantung kepada situasi da kondisi. Sudah sewajarnya, jikala suatu kata yang dianggap sudah kaprah diartikan sebagai “ini” mislanya, lalu diartikan sebagai “itu”. Contoh di atas karena situasi dan kondisinya. Sehingga, bisa merubah makna القتال menjadi “فتنة”.
Ditinjau dari segi ada atau tidaknya referen pada sebuah kata dibagi menjadi 2 bagian:
·         Makna referensial adalah sebuah kata yang memiliki referen. Semisal, kata الدخان di atas. Referen adalah acuan kata dalam konteks tertentu.
·         Makna non referensial adalah kebalikan dari referensial. Semisal, setiap kata konjungsi dan preposisi. (ke, di, dan, karena)
Ditinjau dari segi tidak adanya nilai rasa terhadap kata dibagi menjadi 2 bagian:
·         Denotatif adalah makna yang menyangkut informasi-informasi faktual objektif atau makna dasar yang sebenarnya. Semisal, bisa dilihat ketika penulis memberikan contoh dalam konsep makna leksikal dan referen.
·         Konotatif adalah makna yang sesuai dengan pandangan hidup, norma-norma, dan penilain suatu kelompok. Semisal, kata babi dikalangan umat islam dan kata babi dikalangan umat non muslim memiliki konotasi yang berbeda. Negatif untuk umat muslim dan sebaliknya.
Ditinjau dari segi ketepatan maknanya dibagi menjadi 2 bagian:
·         Makna kata adalah makna yang tergantung pada konteks kalimat dan kontek situasi. Semisal, kata yang penulis contohkan dalam konsep makna kontekstual
·         Makna istilah adalah makna yang bebas konteks. Semisal, kata lengan dengan tangan. Dalam bahasa kedokteran dua kata ini tidak memiliki kandungan makna yang bersinonim.
Ditinjau dari sudut lain atau pandangan lain terbagi menjadi 4 bagian :
·         Makna konseptual adalah makna yang bebas dari asosiasi. Semisal, kata yang penulis contohkan dalam konsep makna referensial, denotatif, dan leksikal.
·         Makna asosiasi adalah makna yang memiliki hubungan dengan kata lain diluar bahasa. Misalnya, kata tikus yang memiliki arti korupsi. Dan makna asosiasi ini dibagi menjadi 3 bagian; 1. Stilistika adalah gaya pemilihan kata sehubungan dengan perbedaan sosial dan bidang kegiatan dalam suatu klompok (masyarakat). Semisal, kata guru, dosen, pengajar, dan instruktur. 2. Makna kolokatif adalah makna kata dalam kaitannya dengan makna kata lain yang mempunayi “tempat” yang sama dalm sebuah frase. Semisal, kata indah, cantik, tampan, dan molek. Tidak pantas ketika dibilang “wanita tampan” “laki-laki cantik” dan “buang molek”. 3. Makna denotatif, seperti penulis terangkan di atas. Bisa dilihat kembali. 4. Makna afektif adalah makan kata yang berkenaan dengan perasaan si penutur. Baik kepada lawan tutur maupun objek yang dituturkan. Semisal, kalimat “tutplah mulut kalian” bentaknya kepada kami. Dengan kalimat “coba, mohon diam sebentar” ucapnya kepada anak TK.
·         Makna ediometik adalah makan satuan bahasa yang tidak bisa diramal dari makna leksikalnya. Semisal, membanting tulang. Hal ini contoh dari ediom totalitas sedangkan contoh “kitab kuning” ediom dari segi minoritas.
·         Makna peribahasa adalah makna yang masih mengandung unsur-unsur gramatikal. Semisal, kata “bertengkar” sering dipribahasakan sebagai “bagai anjing dengan kucing”.
Yang terakhir adalah relasi makna, relasi makna adalah hubungan semantik dengan satuan bahasa dengan satuan bahasa lainnya. Hal ini dibagai menjadi 3 bagian, di antaranya adalah :
·         Kesamaan makna (sinonim) semisal, benar dan betul.
·         Pertentangan makna (antonim) semisal, benar dan salah.
·         Kelebihan makna (polisemi) semisal, kepala kantor dengan kepala surat dalam suatu kalimat yang memiliki lebih dari satu makna.


الله أعلم بالصواب


            

No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...