Sunday, 1 January 2017

Antara Cinta Dan Kecemburuan

Cinta Dan Cemburu


          Berbicara cinta dan cemburu sepertinya tidak lagi bisa dipungkiri keterkaitan antar dua rasa ini dalam percintaan. Di mana ada cinta, maka ada kecemburuan. Begitu juga sebaliknya. Bahkan, acapkali dikatakan "Cemburu Tanda Cinta". Cinta sering sekali dilukiskan sebagai “Gabungan antara harapan dan kecemasan”. Cinta mirip dengan iman, yang merupakan upaya untuk menyikap tabir kebenaran. Begitulah kata yang pernah disampaikan oleh Pakar Tafsir Indonesia, Prof. Dr. Quraish Shihab., M.A.

            Pengertian cinta dalam sebagian pakar acapkali berbeda. Kendati, hati manusia tidak sama. Maka, tidak jarang dijumpai definisi mengenai cinta ini sangat beragam dan berbeda. Cinta dalam pandangan penulis adalah sifat rahman dan rahimNya Allah, dimana tak bisa dilihat namun bisa dirasakan, itulah cinta. Cinta adalah dialog dan pertemuan dua “aku” serta hubungantimbal balik yang melahirkan tanggung jawab kedua “aku” itu. Tutur quraish shihab. Dalam pandangan lain dikatakan, cinta sejati antara manusia terjalin bila ada sifat-sifat yang didambakan oleh si pecinta melekat pada sosok yang dicintainya dan yang terasa olehnya. Tutur Ibn Qoyyim al-Jauziyah. Berbeda dengan pendapatnya Ulama Besar, Ibn Hazam al-Andalusy dalam kitabnya “Thauq al-Hamamah (Kalung Merpati), yang menggambarkan pengalaman pribadinya dan pengalaman orang lain dalam memahami cinta. Ulama itu menulis:

“cinta, awalnya permainan dan akhirnya kesungguhan. Ia tidak dapat dilukiskan, tetapi harus dialami agar diketahui. Agama tidak menolaknya dan syariat pun tidak melarangnya, karena hati di tangan Allah, Dia yang membolak-balikannya”.
                Karena cinta tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, maka sementara pakar berkata: “keteranagan tentang cinta, bukanlah cinta”.

            Keterangan tentang cinta, bukanlah cinta. Demikianlah yang diucapkan sementara pakar. Karena, berbedanya sudut pandang dalam mengartikan cinta, maka sering kalai terjadi perbedaan antar satu dengan yang lain. Semisal, orang yang mendefiniskan cinta tinjaun sisi bahsa moral, bahasa sosilogi, dengan bahasa biologi akan berbeda hasilnya. Hal ini, sangat berpengaruh terhadap arti cinta. Oleh sebab itulah, dikatakan bahwa “keteranagan tentang cinta, bukanlah cinta”.

            Dalam percintaan, dikenal yang namanya “cemburu buta”. Dalam pandangan Quraish Shihab, cemburu buta adalah bercampurnya rasa harap dan cemas dalam diri seseorang yang tidak seimbang. Dalam hal ini, dikarenakan rasa takut kehilangan cinta dan keihksalan kekasih. Rasa cemas dan harap adalah bagian dari subtansi cinta, dari keduanya sepasang kekasih acapkali mersakan kecemburuan yang sangat mendalam. Tetapi, tidak juga harus berlebihan, jangan pula tidak seimbang. Karena kalau rasa cemas melibihi harapan, maka akan lahir, antara lain, rasa cemburu berlebihan yang membuat cinta terkubur dalam sejuta kekhwatiran, sedang bila harap melebihi kecemasan, maka akan lahir, rasa kekecewaan yang sangat mendalam. Karena, sebaik-baiknya harapan dan kecemasan adalah diletakkan dalam kondisi seimbang antar satu dengan yang lain. Dari sini, muncullah kehangatan cinta, kententraman hubungan, dan keikhlasan kekasih.

            Upaya untuk mebedakan antara cinta dan cemburu sangatlah sulit. Kendati dua kata ini adalah satu-kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Hanya saja, penulis disini hanya bisa memberikan macam-macam cemburu dalam pandang salah satu Pakar Tafsir Indonesia, Prof. Dr. Quraish Shihab., M.A. Beliau dalam bukunya, “Pengantin al-Qur’an” mengatakan bahwa;

            Ada dua macam kecemburuan dalam hubungan percintaan :
·         Cemburu yang melahirkan upaya memelihara keutuhan hubungan/rumah tangga serta membendung segala macam yang dapat menghancurkanya, dan
·         Cemburu yang lahir ulah adanya “orang ketiga”, yang berusaha merebut simpati dan kasih sayang pasangan.

Dari dua macam ini, bisa ditarik benang merahanya bahwa ada cemburu yang beralasan ada pula cemburu yang tidak beralasan. Cemburu yang tidak beralasan, tidak dapat dibenarkan. Ia adalah bukti “rasa takut yang berlebihan” sekaligus merupakan “kekalahan seseorang terhadap dirinya sendiri”. Karena cinta dan keikhlasan. Cinta tidak akan mungkin diraih dengan paksaan atau melalui kecurigaan dan pengawasan. Cinta harus diperoleh atas dasar perjuangan, yang diliputi oleh kebebasan yang bernafaskan kendali. Karena cinta adalah  kendali Agama dan Budaya. Dengan kendali itulah, pecinta akan merasa dirinya “Ada”.




Daftar Rujukan:
Pengantian al-Qur’an
Lentera al-Qur’an
Pengarang: Prof. Dr. Quraish Shihab., M.A.
Terbitan: Mizan, Cetakan I, Muharram 1429 H/ Januari 2008. (Lentera al-Qur’an)
Terbitan: Mizan, Cetakan IX, Mei 2013/Rajab 1434 H. (Pengantian al-Qur’an)



             
             
         


          

No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...