Cinta Dan Cemburu
Berbicara
cinta dan cemburu sepertinya tidak lagi bisa dipungkiri keterkaitan antar dua
rasa ini dalam percintaan. Di mana ada cinta, maka ada kecemburuan. Begitu juga
sebaliknya. Bahkan, acapkali dikatakan "Cemburu Tanda Cinta". Cinta sering sekali dilukiskan sebagai “Gabungan antara harapan dan
kecemasan”. Cinta mirip dengan iman, yang merupakan upaya untuk menyikap tabir
kebenaran. Begitulah kata yang pernah disampaikan oleh Pakar Tafsir Indonesia,
Prof. Dr. Quraish Shihab., M.A.
Pengertian cinta dalam sebagian
pakar acapkali berbeda. Kendati, hati manusia tidak sama. Maka, tidak jarang
dijumpai definisi mengenai cinta ini sangat beragam dan berbeda. Cinta dalam
pandangan penulis adalah sifat rahman dan rahimNya Allah, dimana tak bisa
dilihat namun bisa dirasakan, itulah cinta. Cinta adalah dialog dan pertemuan
dua “aku” serta hubungantimbal balik yang melahirkan tanggung jawab kedua “aku”
itu. Tutur quraish shihab. Dalam pandangan lain dikatakan, cinta sejati antara
manusia terjalin bila ada sifat-sifat yang didambakan oleh si pecinta melekat
pada sosok yang dicintainya dan yang terasa olehnya. Tutur Ibn Qoyyim
al-Jauziyah. Berbeda dengan pendapatnya Ulama Besar, Ibn Hazam al-Andalusy
dalam kitabnya “Thauq al-Hamamah (Kalung Merpati), yang menggambarkan
pengalaman pribadinya dan pengalaman orang lain dalam memahami cinta. Ulama itu
menulis:
“cinta,
awalnya permainan dan akhirnya kesungguhan. Ia tidak dapat dilukiskan, tetapi
harus dialami agar diketahui. Agama tidak menolaknya dan syariat pun tidak
melarangnya, karena hati di tangan Allah, Dia yang membolak-balikannya”.
Karena cinta tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, maka
sementara pakar berkata: “keteranagan tentang cinta, bukanlah cinta”.
Keterangan tentang cinta, bukanlah
cinta. Demikianlah yang diucapkan sementara pakar. Karena, berbedanya sudut
pandang dalam mengartikan cinta, maka sering kalai terjadi perbedaan antar satu
dengan yang lain. Semisal, orang yang mendefiniskan cinta tinjaun sisi bahsa
moral, bahasa sosilogi, dengan bahasa biologi akan berbeda hasilnya. Hal ini,
sangat berpengaruh terhadap arti cinta. Oleh sebab itulah, dikatakan bahwa “keteranagan
tentang cinta, bukanlah cinta”.
Dalam percintaan, dikenal yang
namanya “cemburu buta”. Dalam pandangan Quraish Shihab, cemburu buta adalah
bercampurnya rasa harap dan cemas dalam diri seseorang yang tidak seimbang.
Dalam hal ini, dikarenakan rasa takut kehilangan cinta dan keihksalan kekasih. Rasa
cemas dan harap adalah bagian dari subtansi cinta, dari keduanya sepasang
kekasih acapkali mersakan kecemburuan yang sangat mendalam. Tetapi, tidak juga
harus berlebihan, jangan pula tidak seimbang. Karena kalau rasa cemas melibihi
harapan, maka akan lahir, antara lain, rasa cemburu berlebihan yang membuat
cinta terkubur dalam sejuta kekhwatiran, sedang bila harap melebihi kecemasan,
maka akan lahir, rasa kekecewaan yang sangat mendalam. Karena, sebaik-baiknya
harapan dan kecemasan adalah diletakkan dalam kondisi seimbang antar satu
dengan yang lain. Dari sini, muncullah kehangatan cinta, kententraman hubungan,
dan keikhlasan kekasih.
Upaya untuk mebedakan antara cinta
dan cemburu sangatlah sulit. Kendati dua kata ini adalah satu-kesatuan yang tak
bisa dipisahkan. Hanya saja, penulis disini hanya bisa memberikan macam-macam
cemburu dalam pandang salah satu Pakar Tafsir Indonesia, Prof. Dr. Quraish
Shihab., M.A. Beliau dalam bukunya, “Pengantin al-Qur’an” mengatakan bahwa;
Ada dua macam kecemburuan dalam
hubungan percintaan :
·
Cemburu
yang melahirkan upaya memelihara keutuhan hubungan/rumah tangga serta
membendung segala macam yang dapat menghancurkanya, dan
·
Cemburu
yang lahir ulah adanya “orang ketiga”, yang berusaha merebut simpati dan kasih
sayang pasangan.
Dari dua macam ini, bisa ditarik benang merahanya bahwa ada cemburu
yang beralasan ada pula cemburu yang tidak beralasan. Cemburu yang tidak
beralasan, tidak dapat dibenarkan. Ia adalah bukti “rasa takut yang berlebihan”
sekaligus merupakan “kekalahan seseorang terhadap dirinya sendiri”. Karena cinta
dan keikhlasan. Cinta tidak akan mungkin diraih dengan paksaan atau melalui
kecurigaan dan pengawasan. Cinta harus diperoleh atas dasar perjuangan, yang
diliputi oleh kebebasan yang bernafaskan kendali. Karena cinta adalah kendali Agama dan Budaya. Dengan kendali
itulah, pecinta akan merasa dirinya “Ada”.
Daftar
Rujukan:
Pengantian al-Qur’an
Lentera al-Qur’an
Pengarang: Prof. Dr. Quraish Shihab., M.A.
Terbitan: Mizan, Cetakan I, Muharram 1429 H/ Januari 2008. (Lentera al-Qur’an)
Terbitan: Mizan, Cetakan IX, Mei 2013/Rajab 1434 H. (Pengantian al-Qur’an)
Lentera al-Qur’an
Pengarang: Prof. Dr. Quraish Shihab., M.A.
Terbitan: Mizan, Cetakan I, Muharram 1429 H/ Januari 2008. (Lentera al-Qur’an)
Terbitan: Mizan, Cetakan IX, Mei 2013/Rajab 1434 H. (Pengantian al-Qur’an)
No comments:
Post a Comment