Thursday 1 December 2016

Bahasa Tuhan

Apakah Tuhan Memiliki Bahasa?


          Ketika kopi diseruput, rokok dihisap, dan mata memandang kepada suatu sisi buku yang berjudul Tapak Sabda. Terlintaslah dalam benak penulis tentang istilah bahasa Tuhan. Apakah Tuhan memiliki bahasa? Sementara ulama, bahkan semua ulama sepakat dengan satu suara mengatakan bahwa, “al-Qur’an adalah bahasa Tuhan (Allah). Benarkah bahasa al-Qur’an itu adalah bahasa Allah? Dan apa dalil mereka semua (Ulama) mengatakan “bahasa al-Qur’an adalah bahasa Tuhan? Mungkin kalau memang ada, hanya sebagai alasan mereka semua agar memadukan antara bahasa Arab dengan bahasa al-Qur’an. Atau mungkin kalau bahasa al-Qur’an itu adalah bahasa Arab hanya sebagai simbolik bahwa Nabi diturunkan di Arab. Bagaiman jikala Nabi Muhammad hidup ditengah-tengah orang Madura? Mungkinkah Allah menurunkan wahyunya dengan memakai bahasa Madura? Disinilah, kemumetan penulis tertuang dengan secara saksama akan hakikat bahasa Tuhan (Allah).

            Penulis ingin menjawab satu-persatu dari pertannyaan di atas. Mulai dari bahasa yang digunakan oleh Tuhan itu menggunakan bahasa apa ? namun alangkah baiknya, sebelum menjawab pertanyaan ini. Penulis ingin memberi pemahaman tentang apa itu bahasa? Menurut beberapa ahli dalam buku-buku yang pernah penulis baca.

            Dalam kitab Jamiuddurus, karya Syaikh Mustofa al-Ghulayaini, beliau berstetmen bahwa yang dimaksud dengan bahasa adalah lafad-lafad di mana dengan lafad-lafad tersebut, para kaum mengekspresikan maksud dan tujuanya. Spertinya, definisi yang dikemukakan oleh Syaikh Mustofa al-Ghulayaini ini merujuk ke pada bab kalam dalam ilmu gramatika arab. Di mana ilmu nahwu mengartikan lafad sebagai suara yang tersusun dari sebagian huruf hijaiyyah. Oleh sebeb itu, pengertian lafad disini bisa diartikan sebagai “Suara”. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan oleh pakar bahasa (linguis arab) Ibnu Jinni (w. 392 H) menurutnya bahasa adalah Bunyi/suara yang digunakan setiap komunitas untuk mengungkapkan maksud dan tujuanya. Definisi lain dari salah satu pakar bahasa Arab, Ibnu Khaldun (w. 808 H) menyatakan bahasa adalah ekspresi penutur atas apa yang diinginkanya.

            Dari tiga pakar bahasa ini, agaknya pembaca bisa menyimpulkan. Bahwa yang dimaksud dengan bahasa adalah suatu bunyi yang di dalamnya terdapat sebuah ekspresi, tujuan, dan keinginan dari setiap komunitas. Definisi di atas, dikemukakan dari pakar linguis Arab klasik. Dan jika melihat kembali definisi dari pakar Linguis Arab modern. Maka, ditemukan berbagai macam definisi yang sedikit berbeda dengan pakar Linguis Arab Klasik. Kendati, adanya kepanjang tangan dari definisi yang ditemukan pada khzanah literatur Barat.

            Semisal, Al-Khuli (1993: 12) menyatakan bahasa adalah sistem yang arbitrer yang mewakili simbol bunyi yang dipergunakan untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaan antar individu yang menggunakan bahasa yang sama. Begitu juga Al-Aiziz (1988: 10) menyatakan bahasa adalah sistem lambang bunyi yang diperoleh dan dipergunakan oleh sekelompok orang tertentu untuk kepentingan komunikasi dan berkerja sama.

            Dari dua definisi yang dikemukakan oleh pakar Linguis Arab Modren ini tidak jauh beda dengan definisi yang telah dikemukakan oleh pakar Linguis Arab klasik. Hanya saja, bahasa dan istilahnya saja yang agak jauh berbeda ditimbang pakar Linguis Arab Klasik dalam mendefinisikan bahasa.

            Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer yang mewakili simbol bunyi yang dipergunakan untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaan antar individu yang menggunakan bahasa yang sama. Dari deifinisi ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa Tuhan memiliki bahasa. Mengapa demikian? Mari dikaji bersama atas dasar definisi yang dikemukakan oleh pakar Lingusi Arab Klasik dan Linguis Arab Modren.

            Pengertian bahasa dari sudut pandang linguis klasik memiliki beberapa ciri khas. Diantaranya sebagai berikut :
·         Bahasa Itu Bunyi
·         Bahas Itu Ekspresi

Dari dua ciri khas yang dijadikan sebagai definisi bahasa, tolok ukurnya pada terciptanya tujuan atau maksud dan keinginan si penutur. Sehingga, jika dipadukan dengan Istilah “bahasa Tuhan”.  Maka memiliki arti “Bunyi/suara Tuhan di mana dengan adanya suara ini, Tuhan memiliki tujuan tertentu untuk menyampaikan sebuah kehendaknya. Hal ini tertuang dan bisa diperhatikan disetiap ayat al-Qur’an yang memiliki kandungan arti sebagai “kata ajakan”.

Adapun bahasa menurut pengertian linguis modern memiliki ciri-ciri beraneka warna. Diantara warna-warna tersebut sebagiaman berikut :
·         Bahasa Itu Bunyi
·         Bahasa Itu Arbitrer
·         Bahasa Itu Sistem
·         Bahasa Itu Simbol
·         Bahasa Itu Alat Berkomunikasi

Dari lima ciri khas yang dijadikan sebagai definisi bahasa, barometernya tidak jauh beda dengan arti bahasa yang diklarafikasikan oleh pakar linguis klasik. Hanya saja ada tambahan dalam maksud dan tujuanya. Dalam pengertian bahasa menurut pakar linguis Modern ini. Bahasa dipergunakan untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaan. Sehingga, tampaklah bahwa istilah Bahasa Tuhan disini memang sebanarnya Tuhan memiliki bahasa.

Al-qur’an sebagai kalamnya di sini, memiliki arti  sebagai sistem simbol bunyi untuk berkomunikasi kepada hambanya. Sehingga, al-Qur’an yang diimani sebagai kitab juga wahyu ini dijadikan sumber informasi mengenai pelbagi aspek kebutuhan bagi umat islam dan manusia seluruh alam.

Bahasa Tuhan terbagi menjadi dua bagian. Adakalanya yang tersurat, dan ada juga yang tersirat. Yang tersurat adalah al-Qur’an. Sedangkan yang tersirat adalah alam dan seisinya. Sekarang, jika sudah ditemui bahwa Allah memiliki bahasa. Dan bahasa Allah adalah al-Qur’an. Maka pertanyaan selanjutnya, Apakah benar, bahwa al-Qur’an berbahasa Arab? Jika ia, berarti Allah memiliki bahasa. Dan bahsa Allah adalah Bahasa Arab. Benarkah pandangan ini?

Dalam buku Gramatika Bahasa Arab, Prof. Dr. Aziz Fahrurrozi., M.A. berstetmen “Bahasa Arab tergolong sebagai bahasa Inflektif, artinya bahasa yang mempunyai sejumlah perubahan bentuk, baik bertalian dengan aturan pembentukan kata baru maupun bertalian dengan fungsi sintaksis setiap kata”. Dalam setetmnya, bahasa Arab bersifat dinamis. Hal ini sesuai dengan sifat bahasa yang dikemukakan oleh Coam Comsky. Bahasa itu dinamis. Baik dari segi berubahnya bentuk maupun berubahnya makna disebabkan perkembangan zaman.

Karena bahasa Arab itu dinamis, mungkinkan bahasa Allah dinamis juga? Jika bahasa Tuhan adalah Bahasa Qur’an. Maka, tidak boleh tidak firman Tuhan akan berubah maknanya dengan seringnya waktu dan berkembangnya zaman. Mungkinkah ? menurut penulis spertinya tidak. Meskipun bahasa Tuhan adalah bahasa Al-Qur’an dan bahasa Al-qur’an adalah bahasa Arab. Tapi, dalam dunia keilmuan, pakar sastra Arab membedakan Antar bahasa orang Arab dengan bahasa Tuhan yang menggunakan bahasa Arab ini. Menagapa demikain? Semisal, Prof. Dr. Qurais Shihab, beliau salah satu pakar tafsir terkemuka yang mengatakan bahwa perbedaan bahasanya Orang Arab dengan bahasa Tuhan yang menggunakan bahasa Arab. Sangtalah jauh berbeda. Hal ini bisa dilihat dari segi ilmu balaghanya. Kalam baligh dan kalam fasih tidak ada yang bisa memnandingi bahasa Al-Qur’an meskipun sastrawan ulungpun dalam membuat suatu syi’ir. Bisa kunjungi link di bawah ini penyi’ir ulung yang ingin menandingi al-Qur’an. Namun dengan segala upayanya ia tidak memuai hasil sedikitpun. Bahkan hasil karyanya yang membuat semisal al-Qur’an unsur balaghanya sangatlah rendah.

Dalam buku Al-qur’an Menakjubkan, Prof. Dr. Issa, sebelumnya penulis ingin katakan, beliau adalah kaum orientalis dari agama kristen, beliau sebagai guru besar dalam stady Sastra Arab di Belanda. Dalam bukunya, beliau mengakui bahwa “Hanya Al-Qur’anlah kitab yang nilai Balaghanya tidak bisa tertandingi dengan karya-karya penyair arab ulung terdahulu”. Beliau mengatakan hal demikian atas dasar penelitian beliau terhadap al-Qur’an dari sudut pandang ilmu Balghanya. Lebih jelasnya bisa dibaca dalam bukunya beliau.

Dari perkatan dua pakar tersebut bisa disimpulkan bahwa, al-Qur’an meskipun menggunakan bahasa Arab. Hanya saja, nilai balaghnya yg terkadung di dalamnya tidak sama apalagi untuk menandinginya. Pada intinya, bahasa Arab dalam Al-Qur’an dengan bahasa arabnya orang Arab. Beda dari sisi balaghanya. Lebih jelasnya bisa dibaca dalam buku “Mukjizat Al-Qur’an”.

Untuk masalah mengapa Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab? Pertanyaan ini akan dijawab di artikel selajutnya. Selamat membaca dan menikmati hidangan Tuhan (Ilmu).

           
           
           
         
.


No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...