Apakah
Tuhan Memiliki Bahasa?
Ketika kopi
diseruput, rokok dihisap, dan mata memandang kepada suatu sisi buku yang
berjudul Tapak Sabda. Terlintaslah dalam benak penulis tentang istilah bahasa
Tuhan. Apakah Tuhan memiliki bahasa? Sementara ulama, bahkan semua ulama
sepakat dengan satu suara mengatakan bahwa, “al-Qur’an adalah bahasa Tuhan
(Allah). Benarkah bahasa al-Qur’an itu adalah bahasa Allah? Dan apa dalil
mereka semua (Ulama) mengatakan “bahasa al-Qur’an adalah bahasa Tuhan? Mungkin
kalau memang ada, hanya sebagai alasan mereka semua agar memadukan antara
bahasa Arab dengan bahasa al-Qur’an. Atau mungkin kalau bahasa al-Qur’an itu
adalah bahasa Arab hanya sebagai simbolik bahwa Nabi diturunkan di Arab.
Bagaiman jikala Nabi Muhammad hidup ditengah-tengah orang Madura? Mungkinkah
Allah menurunkan wahyunya dengan memakai bahasa Madura? Disinilah, kemumetan
penulis tertuang dengan secara saksama akan hakikat bahasa Tuhan (Allah).
Penulis ingin menjawab satu-persatu
dari pertannyaan di atas. Mulai dari bahasa yang digunakan oleh Tuhan itu
menggunakan bahasa apa ? namun alangkah baiknya, sebelum menjawab pertanyaan
ini. Penulis ingin memberi pemahaman tentang apa itu bahasa? Menurut beberapa
ahli dalam buku-buku yang pernah penulis baca.
Dalam kitab Jamiuddurus, karya
Syaikh Mustofa al-Ghulayaini, beliau berstetmen bahwa yang dimaksud dengan
bahasa adalah lafad-lafad di mana dengan lafad-lafad tersebut, para kaum
mengekspresikan maksud dan tujuanya. Spertinya, definisi yang dikemukakan oleh
Syaikh Mustofa al-Ghulayaini ini merujuk ke pada bab kalam dalam ilmu gramatika
arab. Di mana ilmu nahwu mengartikan lafad sebagai suara yang tersusun dari
sebagian huruf hijaiyyah. Oleh sebeb itu, pengertian lafad disini bisa
diartikan sebagai “Suara”. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan oleh
pakar bahasa (linguis arab) Ibnu Jinni (w. 392 H) menurutnya bahasa adalah
Bunyi/suara yang digunakan setiap komunitas untuk mengungkapkan maksud dan
tujuanya. Definisi lain dari salah satu pakar bahasa Arab, Ibnu Khaldun (w. 808
H) menyatakan bahasa adalah ekspresi penutur atas apa yang diinginkanya.
Dari tiga pakar bahasa ini, agaknya
pembaca bisa menyimpulkan. Bahwa yang dimaksud dengan bahasa adalah suatu bunyi
yang di dalamnya terdapat sebuah ekspresi, tujuan, dan keinginan dari setiap
komunitas. Definisi di atas, dikemukakan dari pakar linguis Arab klasik. Dan
jika melihat kembali definisi dari pakar Linguis Arab modern. Maka, ditemukan
berbagai macam definisi yang sedikit berbeda dengan pakar Linguis Arab Klasik.
Kendati, adanya kepanjang tangan dari definisi yang ditemukan pada khzanah
literatur Barat.
Semisal, Al-Khuli (1993: 12)
menyatakan bahasa adalah sistem yang arbitrer yang mewakili simbol bunyi yang
dipergunakan untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaan antar individu yang
menggunakan bahasa yang sama. Begitu juga Al-Aiziz (1988: 10) menyatakan bahasa
adalah sistem lambang bunyi yang diperoleh dan dipergunakan oleh sekelompok
orang tertentu untuk kepentingan komunikasi dan berkerja sama.
Dari dua definisi yang dikemukakan
oleh pakar Linguis Arab Modren ini tidak jauh beda dengan definisi yang telah
dikemukakan oleh pakar Linguis Arab klasik. Hanya saja, bahasa dan istilahnya
saja yang agak jauh berbeda ditimbang pakar Linguis Arab Klasik dalam
mendefinisikan bahasa.
Bahasa sebagai sistem lambang bunyi
yang arbitrer yang mewakili simbol bunyi yang dipergunakan untuk mengungkapkan
pemikiran dan perasaan antar individu yang menggunakan bahasa yang sama. Dari
deifinisi ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa Tuhan memiliki bahasa. Mengapa
demikian? Mari dikaji bersama atas dasar definisi yang dikemukakan oleh pakar
Lingusi Arab Klasik dan Linguis Arab Modren.
Pengertian bahasa dari sudut pandang
linguis klasik memiliki beberapa ciri khas. Diantaranya sebagai berikut :
·
Bahasa Itu
Bunyi
·
Bahas Itu
Ekspresi
Dari dua ciri khas yang dijadikan sebagai definisi bahasa, tolok
ukurnya pada terciptanya tujuan atau maksud dan keinginan si penutur. Sehingga,
jika dipadukan dengan Istilah “bahasa Tuhan”. Maka memiliki arti “Bunyi/suara Tuhan di mana
dengan adanya suara ini, Tuhan memiliki tujuan tertentu untuk menyampaikan
sebuah kehendaknya. Hal ini tertuang dan bisa diperhatikan disetiap ayat al-Qur’an
yang memiliki kandungan arti sebagai “kata ajakan”.
Adapun bahasa menurut pengertian linguis modern memiliki ciri-ciri
beraneka warna. Diantara warna-warna tersebut sebagiaman berikut :
·
Bahasa Itu
Bunyi
·
Bahasa Itu
Arbitrer
·
Bahasa Itu
Sistem
·
Bahasa Itu
Simbol
·
Bahasa Itu Alat
Berkomunikasi
Dari lima ciri khas yang dijadikan sebagai definisi bahasa, barometernya
tidak jauh beda dengan arti bahasa yang diklarafikasikan oleh pakar linguis
klasik. Hanya saja ada tambahan dalam maksud dan tujuanya. Dalam pengertian
bahasa menurut pakar linguis Modern ini. Bahasa dipergunakan untuk mengungkapkan
pemikiran dan perasaan. Sehingga, tampaklah bahwa istilah Bahasa Tuhan disini
memang sebanarnya Tuhan memiliki bahasa.
Al-qur’an sebagai kalamnya di sini, memiliki arti sebagai sistem simbol bunyi untuk
berkomunikasi kepada hambanya. Sehingga, al-Qur’an yang diimani sebagai kitab
juga wahyu ini dijadikan sumber informasi mengenai pelbagi aspek kebutuhan bagi
umat islam dan manusia seluruh alam.
Bahasa Tuhan terbagi menjadi dua bagian. Adakalanya yang tersurat,
dan ada juga yang tersirat. Yang tersurat adalah al-Qur’an. Sedangkan yang
tersirat adalah alam dan seisinya. Sekarang, jika sudah ditemui bahwa Allah
memiliki bahasa. Dan bahasa Allah adalah al-Qur’an. Maka pertanyaan
selanjutnya, Apakah benar, bahwa al-Qur’an berbahasa Arab? Jika ia, berarti
Allah memiliki bahasa. Dan bahsa Allah adalah Bahasa Arab. Benarkah pandangan
ini?
Dalam buku Gramatika Bahasa Arab, Prof. Dr. Aziz Fahrurrozi.,
M.A. berstetmen “Bahasa Arab tergolong sebagai bahasa Inflektif, artinya bahasa
yang mempunyai sejumlah perubahan bentuk, baik bertalian dengan aturan
pembentukan kata baru maupun bertalian dengan fungsi sintaksis setiap kata”. Dalam
setetmnya, bahasa Arab bersifat dinamis. Hal ini sesuai dengan sifat bahasa
yang dikemukakan oleh Coam Comsky. Bahasa itu dinamis. Baik dari segi
berubahnya bentuk maupun berubahnya makna disebabkan perkembangan zaman.
Karena bahasa Arab itu dinamis, mungkinkan bahasa Allah dinamis
juga? Jika bahasa Tuhan adalah Bahasa Qur’an. Maka, tidak boleh tidak firman
Tuhan akan berubah maknanya dengan seringnya waktu dan berkembangnya zaman. Mungkinkah
? menurut penulis spertinya tidak. Meskipun bahasa Tuhan adalah bahasa Al-Qur’an
dan bahasa Al-qur’an adalah bahasa Arab. Tapi, dalam dunia keilmuan, pakar
sastra Arab membedakan Antar bahasa orang Arab dengan bahasa Tuhan yang
menggunakan bahasa Arab ini. Menagapa demikain? Semisal, Prof. Dr. Qurais
Shihab, beliau salah satu pakar tafsir terkemuka yang mengatakan bahwa
perbedaan bahasanya Orang Arab dengan bahasa Tuhan yang menggunakan bahasa
Arab. Sangtalah jauh berbeda. Hal ini bisa dilihat dari segi ilmu balaghanya. Kalam
baligh dan kalam fasih tidak ada yang bisa memnandingi bahasa Al-Qur’an
meskipun sastrawan ulungpun dalam membuat suatu syi’ir. Bisa kunjungi link di
bawah ini penyi’ir ulung yang ingin menandingi al-Qur’an. Namun dengan segala
upayanya ia tidak memuai hasil sedikitpun. Bahkan hasil karyanya yang membuat
semisal al-Qur’an unsur balaghanya sangatlah rendah.
Dalam buku Al-qur’an Menakjubkan, Prof. Dr. Issa, sebelumnya
penulis ingin katakan, beliau adalah kaum orientalis dari agama kristen, beliau
sebagai guru besar dalam stady Sastra Arab di Belanda. Dalam bukunya, beliau
mengakui bahwa “Hanya Al-Qur’anlah kitab yang nilai Balaghanya tidak bisa
tertandingi dengan karya-karya penyair arab ulung terdahulu”. Beliau mengatakan
hal demikian atas dasar penelitian beliau terhadap al-Qur’an dari sudut pandang
ilmu Balghanya. Lebih jelasnya bisa dibaca dalam bukunya beliau.
Dari perkatan dua pakar tersebut bisa disimpulkan bahwa, al-Qur’an
meskipun menggunakan bahasa Arab. Hanya saja, nilai balaghnya yg terkadung di
dalamnya tidak sama apalagi untuk menandinginya. Pada intinya, bahasa Arab
dalam Al-Qur’an dengan bahasa arabnya orang Arab. Beda dari sisi balaghanya. Lebih
jelasnya bisa dibaca dalam buku “Mukjizat Al-Qur’an”.
Untuk masalah mengapa Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab? Pertanyaan
ini akan dijawab di artikel selajutnya. Selamat membaca dan menikmati hidangan
Tuhan (Ilmu).
.
No comments:
Post a Comment