Hasil Penelitian
Pada
tahun, 2015. Kelas A semester 1 dipimpin oleh saudara Mahsus Ali. Sosok
pemimpin yang sangat bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan dari berbagai
macam warna-warni permasalahan. Beliau selalu menjadi barometer utama dalam
mengetuk palu keputusan di tengah-tengah rakyat yang berbeda cara berfikirnya.
Sistem kinerjanya dalam 6 bulan
melahirkan satu karya dalam bidang setady “Maharotul kalam” atas bimbingan Ibu
Cahya Buana. Tidak lepas dengan rekan-rekan yang membantunya. Semisal, sekum
(Skertaris Umum) Diah Ayu Agustina, beliau bukan hanya dipercayai sebagai sekum
kelas, bendahara kelas pun diserahkan kepadanya. Dua sosok penggerak semangat
teman-teman kelas ini, mengatarkan kelas a yang dikenal sebagai kelas yang
terkemuka dan handal dalam setiap disiplin ilmu.
Di masa kepemipinan dua orang ini,
kelas a belum juga tampak garis horizontalnya sesama rekan satu dengan rekan
yang lainya. Namun, tidak bisa dipungkiri lagi. Bahwa kelas a meskipun tidak
sejalan dalam garis sesamanya katakan rasa sosialismenya masih jauh untuk
dibilang sempurna. Tapi, untuk hubungan kepada vertikal, nomer satu dari pada
kelas-kelas lainya.
Agenda-agenda atas hasil rapat
ketum, sekum, bersama para rekan kelas A. Menghasilkan kajian demi kajian.
Hanya saja, kajian itu tidak berumur 3 hari. Setelahnya, hanya sisa nama dan
ocehan belaka. Dalam pandangan banyak orang yang ada di kelas ini, 80 persen
dari mereka mementingkan dirinya sendiri. Dari pada hasil keputusan rapat
bersama. Kendati demikian, kajian di kelas ini, tidak berjalan mulus. Hingga,
dipenghujung ujian.
Dalam kepemimpinan beliau, saudara
Mahsus kurang memperhatikan para rekannya. Hanya saja, beliau aktif dalam
menginformasikan hadir tidaknya dosen ke dalam kelas. Kinerja bisa dikatakan
sempurna. Meskipun didalam kesempurnaan itu akan tampak kekuranganya.
Jika penulis goreskan tinta ini
untuk menulis kritik dari kinerja ketum Mahsus, maka akan terurai sebagaimana
berikut :
1.
Kurangnya
rasa gereget terhadap ilmu pengetahuan
Hal ini bisa dilihat dari jiwa dan kemauanya dalam membangun citra
rasa yang ada di kelas a. Beliau lebih senang menghabiskan waktunya dengan
organisasi ekstra kampus dari pada memikirkan organ tubuh yang ia lupakan.
2.
Baperan
(Sering Bermain Perasaan)
Hal ini bisa dilihat dari segi kesehariannya dalam menghadapi
teman-teman kelas a. Setaip ada masukan yang dengan kata-kata kurang baik
baginya, padahal terlontar dari orang yang sering bercanda, semisal, Ali
Thahir, Firman, Fahrizal, dan teman yang lain. Tidak jarang dia bermain rasa
kepada teman-teman yang ia tahu sebagai teman yang tidak pernah serius.
3.
Rasa
Rangsang Tanggap
Hal ini bisa dilihat dari memberikan informasi terhadap paran
rekan-rekanya. Beliau masih butuh teguran dalam menyikpai persoalan yang sangat
vital dalam organisasi kelas. Karena, layaknya Ketum adalah sebagai sumber
informasi dari atasan, agar bawahan tidak ada rasa “tidak diperhatikan”. Rasa
acuh dalam diri Ketum ini, sangat tinggi dibandingkan keterbukaanya dalam
menyikpai sebuah persoalan.
Ketum Mahsus Ali, merupakan sosok pemimpin yang intektualnya sangat
mempuni di banding dengan teman-teman yang lain. Lebih-lebih di segi ilmu
alatnya. Kendati, beliau sejak kecil sudah ditanami dengan dunia pesantren yang
notabenenya adalah salafi. Maka sudah tidak diragukan lagi akan samudra
keilmuanya dalam bidang ilmu agama khususnya. Untuknya, berkat dan ridhoNya
selalu tercurah limpahkan. Amin
Di masa lengsernya Ketum Mahsus, diganti alih oleh Fahrizal. Dengan
nama lengkap, Ahmad Fahrizal. Dalam kepemimpinan beliau, semua agenda yang
sempat dibangun di masa kepemimpinan ketum mahsus sirna dan pudar. Struktur
kelas dan kondisi kelas sangat memprihatinkan. Kendati banyaknya permasahalan,
diantara permasalahan yang signifikan adalah perkubuan di dalam kelas. Adanya
kubu depan, kubu belakang, dan kubu tengah ini. Sebagai simbolis. Bahwa dalam
kepemimpinan beliau sangat miris dan tampak ketidak solidan antar sesama rekan
atau teman. Sekan teman menjadi lawan dan lawan menjadi teman.
Dalam masa jabatanya, beliau didampingi oleh rekan Firman
Syahwitri, di mana beliau sebagai Sekum Kelas, dan masih pada Diah Ayu
Agustina, sebagai Bendahara Umum Kelas. Dari tiga rekan ini. Meskipun, mereka
semua sudah berupaya untuk membangun kesolidan di dalam rumah tangga kelas A.
Sampai-sampi membuat grop Khusus untuk Ketum, Sekum, Dan Bendum. Dalam tujuan
membahas masa depan kelas A. Namun, lagi-lagi kurangnya dukungan dari para
bawahanya. Sehingga, di masa kepemimpinan beliau-beliau ini. Kelas A dikatakan
kelas yang mandul dari segi ilmu pengetahuannya, kelas yang terpecah-pecah
sehingga membuat oknum satu ke oknum yang lain. Yang diedentikan dengan sebutan
Best camp saya di sini, dan dia disana. Dan juga dalam masa kepemimpinanya
rentangnya komunikasi antar pihak.
Jika penulis goreskan tinta
ini untuk menulis kritik dari kinerja ketum Fahrizal, maka akan terurai
sebagaimana berikut :
·
Hilangnya
Giroh Mahasiswa
Dalam hal ini, Ketum sering sekali mewujudkan nilai-nilai yang
condong terhadap kebercandan. Dalam hal apapun itu. Sehingga, membuat para rekan-rekanya
merasa rugi jika bersama dalam suatu perkumpulan.
·
Runtuhnya
Sosialisme
Dalam hal ini, Ketum tidak mampu mengemban tugas sebagai ketua.
Yang seharusnya menyatukan malah dilontar begitu saja. Meskipun memang ada
sifat intruksi dari beliau akan ajakan untuk memabnagun rasa sosialisme antar
pihak. Namun, hal ini hanya sebatas ucapan. Tidak adanya tindak lanjut dalam
tindak tutur dilapangan.
·
Matinya
Kajian Ilmiah
Dalam hal ini, Ketum hanya mengadakan sebuah kajian diwaktu mepet
dengan ujian. Sehingga, kajian ilmiah identik dengan dekatnya ujian akhir
smester. Dihari-hari yang lain. Hanya ada canda tawa dan tawa lepas bersama
teman sekubunya.
Ketum Fahrizal, merupakan sosok
pemimpin yang sangat disiplin waktu. Dalam memberikan informasi terutama.
Beliau tidak pernah lambat untuk hal ini. Waktu baginya adalah tolok ukur dalam
merajaut benang masa depan kelas A umumnya dan beliau khusunya. Tidak hanya
disitu saja, beliau meskipun tidak ahli dalam bidang urusan yang ada di
jurusan. Tetapi, dari segi bisnis dan mengembangkan keahlian. Beliau adalah
orang nomer satu yang penulis kenal dalam menenun masa depan dalam keahlianya.
Untuknya, berkat dan ridhoNya selalu tercurah limpahkan. Amin.
Pada tahun, 2016, semester III.
Kepemimpinan di ambil alih oleh Muhammad Ali Thahir, selaku Ketum Kelas A.
Fadli Yuliyansah, selaku Sekum. Diah Ayu Agustina, selaku Bendum. Tiga sosok
pemimpin yang menggerakan laju alur cerita untuk masa depan kelas ini. Ternyta
tidak jauh beda dengan Ketum-ketum sebelumnya. Masih banyak kekurangan. Bahkan
enggan untuk dibilang adanya kelebihan dan kesempurnaan dalam proses
kepemimpinanya yang sedang berlangsung ini.
Dalam kepemimpinannya, ia selaku
Ketum di atas kertas memiliki banyak agenda untuk secara serentak
mengamplikasikanya. Hanya saja, rasa acuh yang sempat ditanam di masa
kepemimpinan Ketum Mahasus masih saja tertanam bahakan mengakar kesel organ
kelas. Dalam keperorangan yang ada di kelas A, Ia (Ali Thahir) yakin bahwa
rekan-rekanya merupakan teman yang haus akan ilmu Allah. Hanya saja, kehausan
ilmunya masih dikalahkan dengan kepentingan pribadinya masing-masing. Ini
agaknya, yang menjadi persoalan mendasar. Sehingga, kelas A dikatakan kelas
yang tidak pernah Solid dan tidak akan SOLID. Ali Thahir mengajak teman-teman
dari lubuk hati yang terdalam :
“Mari
Bulatkan Tekad, Lepas Semua Urusan Pribadi Kalian. Pentingkan Kebersamaan.
Asalkan Kita Bersatu Padu Dalam Suatu Perkumpulan. Ali Thahir Siap
Menggoncangkan Jurusan Atas Nama Semangat Kalian”.
Dalam agendanya, ia ingin
sekali menutuputi kekurangan dari ketum-ketum sebelumnya. Karena bagaimanapun, kejadian dimasa lalu merupakan gamabaran
dimasa kini untuk diambil hikmahnya. Kendati demikian, maka ia (Ali Thahir)
sangat semangat mengadakan kajian terutama, mewjudkan rasa sosilaisme, dan juga
menghilangkan anggapan bahawa kelas A adalah kelas yang dari zaman batu lembut
hinggan batu keras tidak akan kenla yang namanya solid. Mereka semua akan
selalu memiliki pandangan “Bahwa inidividualis merupakan harga mati baginya”
hal ini bisa dilihat dari setiap teman-teman diajak kumpul. Pasti diantara
kalian memiliki alasan yang tak logis, bahkan ada yang meninggalkan kesepakatan
awal demi kepentingan pribadi.
Inilah gambaran kelas A. Yang
katanya kelas lain, kelas A merupakan kelas yang pintar-pintar. Namun, jika
dilihat ke dalam mereka semua akan terkejut dengan nilai-nilai kebiasannya
dalam berintraksi dan berkomunikasi.
Misi kepemimpinan kelas A sekarang
adalah
Menuju
Kelas Yang Terkemuka, Berintegrasi, Berintlektual, Dan Istiqomah.
No comments:
Post a Comment