Wednesday, 30 November 2016

Observasi Terhadap Nilai Solidaritas Kelas A

Hasil Penelitian


          Pada tahun, 2015. Kelas A semester 1 dipimpin oleh saudara Mahsus Ali. Sosok pemimpin yang sangat bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan dari berbagai macam warna-warni permasalahan. Beliau selalu menjadi barometer utama dalam mengetuk palu keputusan di tengah-tengah rakyat yang berbeda cara berfikirnya.

            Sistem kinerjanya dalam 6 bulan melahirkan satu karya dalam bidang setady “Maharotul kalam” atas bimbingan Ibu Cahya Buana. Tidak lepas dengan rekan-rekan yang membantunya. Semisal, sekum (Skertaris Umum) Diah Ayu Agustina, beliau bukan hanya dipercayai sebagai sekum kelas, bendahara kelas pun diserahkan kepadanya. Dua sosok penggerak semangat teman-teman kelas ini, mengatarkan kelas a yang dikenal sebagai kelas yang terkemuka dan handal dalam setiap disiplin ilmu.
            Di masa kepemipinan dua orang ini, kelas a belum juga tampak garis horizontalnya sesama rekan satu dengan rekan yang lainya. Namun, tidak bisa dipungkiri lagi. Bahwa kelas a meskipun tidak sejalan dalam garis sesamanya katakan rasa sosialismenya masih jauh untuk dibilang sempurna. Tapi, untuk hubungan kepada vertikal, nomer satu dari pada kelas-kelas lainya.

            Agenda-agenda atas hasil rapat ketum, sekum, bersama para rekan kelas A. Menghasilkan kajian demi kajian. Hanya saja, kajian itu tidak berumur 3 hari. Setelahnya, hanya sisa nama dan ocehan belaka. Dalam pandangan banyak orang yang ada di kelas ini, 80 persen dari mereka mementingkan dirinya sendiri. Dari pada hasil keputusan rapat bersama. Kendati demikian, kajian di kelas ini, tidak berjalan mulus. Hingga, dipenghujung ujian.

            Dalam kepemimpinan beliau, saudara Mahsus kurang memperhatikan para rekannya. Hanya saja, beliau aktif dalam menginformasikan hadir tidaknya dosen ke dalam kelas. Kinerja bisa dikatakan sempurna. Meskipun didalam kesempurnaan itu akan tampak kekuranganya.
            Jika penulis goreskan tinta ini untuk menulis kritik dari kinerja ketum Mahsus, maka akan terurai sebagaimana berikut :

1.      Kurangnya rasa gereget terhadap ilmu pengetahuan

Hal ini bisa dilihat dari jiwa dan kemauanya dalam membangun citra rasa yang ada di kelas a. Beliau lebih senang menghabiskan waktunya dengan organisasi ekstra kampus dari pada memikirkan organ tubuh yang ia lupakan.

2.      Baperan (Sering Bermain Perasaan)

Hal ini bisa dilihat dari segi kesehariannya dalam menghadapi teman-teman kelas a. Setaip ada masukan yang dengan kata-kata kurang baik baginya, padahal terlontar dari orang yang sering bercanda, semisal, Ali Thahir, Firman, Fahrizal, dan teman yang lain. Tidak jarang dia bermain rasa kepada teman-teman yang ia tahu sebagai teman yang tidak pernah serius.

3.      Rasa Rangsang Tanggap

Hal ini bisa dilihat dari memberikan informasi terhadap paran rekan-rekanya. Beliau masih butuh teguran dalam menyikpai persoalan yang sangat vital dalam organisasi kelas. Karena, layaknya Ketum adalah sebagai sumber informasi dari atasan, agar bawahan tidak ada rasa “tidak diperhatikan”. Rasa acuh dalam diri Ketum ini, sangat tinggi dibandingkan keterbukaanya dalam menyikpai sebuah persoalan.

Ketum Mahsus Ali, merupakan sosok pemimpin yang intektualnya sangat mempuni di banding dengan teman-teman yang lain. Lebih-lebih di segi ilmu alatnya. Kendati, beliau sejak kecil sudah ditanami dengan dunia pesantren yang notabenenya adalah salafi. Maka sudah tidak diragukan lagi akan samudra keilmuanya dalam bidang ilmu agama khususnya. Untuknya, berkat dan ridhoNya selalu tercurah limpahkan. Amin

Di masa lengsernya Ketum Mahsus, diganti alih oleh Fahrizal. Dengan nama lengkap, Ahmad Fahrizal. Dalam kepemimpinan beliau, semua agenda yang sempat dibangun di masa kepemimpinan ketum mahsus sirna dan pudar. Struktur kelas dan kondisi kelas sangat memprihatinkan. Kendati banyaknya permasahalan, diantara permasalahan yang signifikan adalah perkubuan di dalam kelas. Adanya kubu depan, kubu belakang, dan kubu tengah ini. Sebagai simbolis. Bahwa dalam kepemimpinan beliau sangat miris dan tampak ketidak solidan antar sesama rekan atau teman. Sekan teman menjadi lawan dan lawan menjadi teman.

Dalam masa jabatanya, beliau didampingi oleh rekan Firman Syahwitri, di mana beliau sebagai Sekum Kelas, dan masih pada Diah Ayu Agustina, sebagai Bendahara Umum Kelas. Dari tiga rekan ini. Meskipun, mereka semua sudah berupaya untuk membangun kesolidan di dalam rumah tangga kelas A. Sampai-sampi membuat grop Khusus untuk Ketum, Sekum, Dan Bendum. Dalam tujuan membahas masa depan kelas A. Namun, lagi-lagi kurangnya dukungan dari para bawahanya. Sehingga, di masa kepemimpinan beliau-beliau ini. Kelas A dikatakan kelas yang mandul dari segi ilmu pengetahuannya, kelas yang terpecah-pecah sehingga membuat oknum satu ke oknum yang lain. Yang diedentikan dengan sebutan Best camp saya di sini, dan dia disana. Dan juga dalam masa kepemimpinanya rentangnya komunikasi antar pihak.

 Jika penulis goreskan tinta ini untuk menulis kritik dari kinerja ketum Fahrizal, maka akan terurai sebagaimana berikut :
·         Hilangnya Giroh Mahasiswa
Dalam hal ini, Ketum sering sekali mewujudkan nilai-nilai yang condong terhadap kebercandan. Dalam hal apapun itu. Sehingga, membuat para rekan-rekanya merasa rugi jika bersama dalam suatu perkumpulan.
·         Runtuhnya Sosialisme
Dalam hal ini, Ketum tidak mampu mengemban tugas sebagai ketua. Yang seharusnya menyatukan malah dilontar begitu saja. Meskipun memang ada sifat intruksi dari beliau akan ajakan untuk memabnagun rasa sosialisme antar pihak. Namun, hal ini hanya sebatas ucapan. Tidak adanya tindak lanjut dalam tindak tutur dilapangan.
·         Matinya Kajian Ilmiah
Dalam hal ini, Ketum hanya mengadakan sebuah kajian diwaktu mepet dengan ujian. Sehingga, kajian ilmiah identik dengan dekatnya ujian akhir smester. Dihari-hari yang lain. Hanya ada canda tawa dan tawa lepas bersama teman sekubunya.

            Ketum Fahrizal, merupakan sosok pemimpin yang sangat disiplin waktu. Dalam memberikan informasi terutama. Beliau tidak pernah lambat untuk hal ini. Waktu baginya adalah tolok ukur dalam merajaut benang masa depan kelas A umumnya dan beliau khusunya. Tidak hanya disitu saja, beliau meskipun tidak ahli dalam bidang urusan yang ada di jurusan. Tetapi, dari segi bisnis dan mengembangkan keahlian. Beliau adalah orang nomer satu yang penulis kenal dalam menenun masa depan dalam keahlianya. Untuknya, berkat dan ridhoNya selalu tercurah limpahkan. Amin.

            Pada tahun, 2016, semester III. Kepemimpinan di ambil alih oleh Muhammad Ali Thahir, selaku Ketum Kelas A. Fadli Yuliyansah, selaku Sekum. Diah Ayu Agustina, selaku Bendum. Tiga sosok pemimpin yang menggerakan laju alur cerita untuk masa depan kelas ini. Ternyta tidak jauh beda dengan Ketum-ketum sebelumnya. Masih banyak kekurangan. Bahkan enggan untuk dibilang adanya kelebihan dan kesempurnaan dalam proses kepemimpinanya yang sedang berlangsung ini.

            Dalam kepemimpinannya, ia selaku Ketum di atas kertas memiliki banyak agenda untuk secara serentak mengamplikasikanya. Hanya saja, rasa acuh yang sempat ditanam di masa kepemimpinan Ketum Mahasus masih saja tertanam bahakan mengakar kesel organ kelas. Dalam keperorangan yang ada di kelas A, Ia (Ali Thahir) yakin bahwa rekan-rekanya merupakan teman yang haus akan ilmu Allah. Hanya saja, kehausan ilmunya masih dikalahkan dengan kepentingan pribadinya masing-masing. Ini agaknya, yang menjadi persoalan mendasar. Sehingga, kelas A dikatakan kelas yang tidak pernah Solid dan tidak akan SOLID. Ali Thahir mengajak teman-teman dari lubuk hati yang terdalam :
“Mari Bulatkan Tekad, Lepas Semua Urusan Pribadi Kalian. Pentingkan Kebersamaan. Asalkan Kita Bersatu Padu Dalam Suatu Perkumpulan. Ali Thahir Siap Menggoncangkan Jurusan Atas Nama Semangat Kalian”.

            Dalam agendanya, ia ingin sekali menutuputi kekurangan dari ketum-ketum sebelumnya. Karena bagaimanapun, kejadian dimasa lalu merupakan gamabaran dimasa kini untuk diambil hikmahnya. Kendati demikian, maka ia (Ali Thahir) sangat semangat mengadakan kajian terutama, mewjudkan rasa sosilaisme, dan juga menghilangkan anggapan bahawa kelas A adalah kelas yang dari zaman batu lembut hinggan batu keras tidak akan kenla yang namanya solid. Mereka semua akan selalu memiliki pandangan “Bahwa inidividualis merupakan harga mati baginya” hal ini bisa dilihat dari setiap teman-teman diajak kumpul. Pasti diantara kalian memiliki alasan yang tak logis, bahkan ada yang meninggalkan kesepakatan awal demi kepentingan pribadi.

            Inilah gambaran kelas A. Yang katanya kelas lain, kelas A merupakan kelas yang pintar-pintar. Namun, jika dilihat ke dalam mereka semua akan terkejut dengan nilai-nilai kebiasannya dalam berintraksi dan berkomunikasi.

            Misi kepemimpinan kelas A sekarang adalah

Menuju Kelas Yang Terkemuka, Berintegrasi, Berintlektual, Dan Istiqomah.

No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...