Tidak
bisa dipungkiri lagi akan nilai keontentikan al-Qur’an. Di mana al-Qur’an hadir
sebagai bukti kerja nyata bagi manusia yang memang butuh petunjukNya. Semua
petunjuk yang dibutuhkan oleh manusia itu tertuang dalam al-Qur’an. Apapun bentuk dan rupanya.
Kendati al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dalam bahasa al-Qur’anya (Huda
linas) ini tidak serta-merta atau bin-salabin kehadiran petunjukNya bagi
manusia. Karena, petunjuk Allah hanya untuk orang-orang yang sudah bertaqwa
kepadaNya. Hal ini tersurat dalam sekian banyak ayatNya.
Sudah barang pasti, manusia tidak
akan bisa mempercayai sesuatu yang tidak tampak dan tidak jelas keberadaanya. Bahkan
kepada yang tampakpun kadang manusia tidak mempercayainya. Seperti dalam kajian
keontentikan al-Qur’an ini. Meskipun al-Qur’an tampak dan jelas dipandang mata.
Namun, masih ada saja bagi agama lain meragukannya. Kendati, al-Qur’an apa
memang benar kalam Allah atau mungkin hanya bias dari ucapan Muhammad saja?
Nah, di sinilah penulis ingin sekali mengajak pembaca untuk mengenal
nilai-nilai keontentikan al-Qur’an dengan beberapa bukti yang memang sudah
diabadikan dalam al-Qur’an.
Berbicara keontentikan maka sudah
semestinya membicarakan Anti-Plagiat. Al-qur’an yang sempat dikatakan sebagai
kallam Muhammad ini ternyata belum bisa memahami nilai-nilai keontentikan
al-Qur’an. Karena bagaimapun dalil yang dikatakan oleh kaum orientalis Theodor
Noldeke salah satu kaum orientalis yang mengkaji al-Qur’an dari sudut pandang
sejarahnya. Di dalam bukunya yang berjudul “Geschichte des Qorans” dia
berpendapat “bahwa al-Qur’an bukanlah kitab orsinil agama islam. Namun, hasil
duplikat dari kitab agama terdahulu. Dan Muhammad sebagai Impostor bukan
sebagai Nabi.” Pendapat akan al-Qur’an
tidak orsinil dan Muhammad sebagai impostor ini adalah dusta. Hanya bisa
berstetmen dengan argumentasi kebodohanya. Mengapa demikian? Karena ia tidak bisa membuktikan dan mempertanggung
jawabkan pendapatnya dan di sisi lain ia menggunkan motif pembelaan agamanya. Bahwa
hanya kitab agamanyalah yang benar dan masih orsinil. Di sinilah, penulis ingin
mengatakan pada pembaca hasil baca penulis dari berbagai macam buku yang
mengenai keontentikan al-Qur’an ini.
Kemurnian al-Qur’an atau al-Qur’an bisa dibilang ada atau tidaknya
campur tangan Muhammad atau orang lain bisa dilihat dari al-Qur’an sebagi Mukjizat
Nabi Muhammad. Jika berbicara dalam ranah al-Qur’an sebagi mukjizat. Maka,
membuka peluang lebar-lebar sebenarnya bagi kaum muslim khususnya dan kaum
selain muslim umumnya. Karena, dari kata mukjizat inilah al-Qur’an bisa
dikatakan asli karya tangan Tuhan (Allah) tidak ada campur tangan Muhammad atau
orang lain. Sedangkan Muhammad sebagai penadah wahyu Allah. Itupun terbukti
kalau dia (Muhammad) tidak mampu pada awal turunya wahyu. Dengan berbagai bukti
ketidakmampuannya dalam menerima wahyu Allah adalah rasa khawatiranya,
kegelisahanya dan sempat meriang pada awal-awal menerima wahyu.
Kata "mukjizat merupakan bentuk isim fail dari kata a’jaza –
yu’jizu yang berarti “melemahkan”, dan jika dilihat dari faidah muzun yang
mengikuti wazan a’fala – yu’filu memiliki faidah “soyrurah” yang berarti
“menjadikan”. Sehingga, kata a’jaza – yu’jizu bisa memiliki arti “menjadikan
sesuatu tidak mampu/lemah”. Sedangkan, subjeknya (isim fa’ilnya) dinamai dengan
mu’jiz yang memiliki arti “orang yang menjadikan lemah/tidak kuasa” dan apabila
kemampuanya untuk melemahkan pihak lain lebih menonjol sehingga mampu
membungkamkan lawan, kata ini bisa dinamai dengan “mu’jizat” dengan mengimbuhi
“Ta marbutah” diakhirnya. Maka, mengandung makna mubalagha (superlatif).
Karena definisi secara etimologi ini kerap melahirkan definisi yang
secara terminologi, maka bisa ditarik kesimpulan “Bahwa yang dimaksud dengan
mukjizat secara terminologi adalah suatu hal atau peristiwa luar biasa yang
terjadi melalui seseorang yang diberikan kemampuan berbeda dengan orang lain
pada biasanya, sebagai bukti bahwa tidak ada yang mampu atau kuasa membuat semisal
al-Qur’an”. Definisi ini hanya menaungkan al-Qur’an sebagai bukti nyata kallam
Allah. Berbeda halnya jika ingin membicarakan al-Qur’an sebagai salah satu
bukti bahwa nabi Muhammad sebagai Nabi.
Sebagai bantahan kaum orientalis barat yang mengatakan al-Qur’an
adalah kallam Muhammad bisa dilihat dari berbagai macam ayat berikut :
ذلك الكتب لاريب
فيه هدى للمتقين
“Itulah
Kitab (yang sempurna dan tidak disempurnakan). Tidak ada keraguan di dalamnya,
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”. (QS, al-Baqarah, 2:2).
Ayat di atas
mengisyaratkan bahwa al-Qur’an sempurna dari berbagai macam aspek di dalamnya
dan tidak perlu disempurnakan. Sehingga, tidak ada lagi satu keraguanpun di
dalamnya. Dan kebenaran akan kesempurnaan al-Qur’an ini salah satunya al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Bisa dikatakan, adakah karya manusia
yang sempurna seperti karya Tuhan? Lalu bukan berarti Muhammad tidak sempurna.
Kesempurnaan Muhammad karena disempurnakan oleh Allah. Sedangkan Allah, tidak
disempurnakan oleh siapapun. Berbeda dengan manusia ketika mengarang sebuah
karya. Tidak akan luput dari kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Hal ini
salah satu bukti untuk membantah pendapat kaum orientalis.
أفلا يتدبرون
القرأن ولو كان من عندغير الله لوجدوا فيه إختلافا كثيرا
“Maka apakah mereka tidak
memperhatikan al-Qur’an? Seandainya (al-Qur’an) dari sisi manusia, sungguh
mereka semua akan menemukan di dalamnya problematika teramat banyak.” (QS, An-Nisa
{4} : 82)
Di ayat yang
berbeda sangat tegas sekali untuk membantah stetmen yang dikemukakan kaum
orientalis tersebut. Bahwa al-Qur’an jika memang bukan karya Allah akan ditemui
berbagai macam masalah didalamnya. Namun, sampai detik ini tida ada satupun
cela di dalamnya. Meskipun banyak berbagai macam orang ingin membantah dan
mencari cela di dalam al-Qur’an. Semisal, Musailimah al-Kadzdzab yang ingin
menandingi al-Qur’an namun, tidak berhasil. Begitu juga dengan Ibnu Rawandi,
yang mengatakan bahwa seseorang mampu membuat seperti al-Qur’an. Namun kenyataanya
Allah tantang ucapannya. Hal ini tersurat dalam al-Qur’an dan termasuk dari
salah satu ayat yang menunjukkan bahwa al-Qur’an tida ada campur tangan orang
lain.
Masih banyak lagi ayat-ayat di dalam
al-Qur’an yang membantah pendapat sementara orang akan keraguan bahwa al-Qur’an
adalah kallam Allah. Namun, penulis hanya bisa memberikan 1/2 ayat. Mungkin ayat ini sudah cukup bahkan
bisa lebih untuk mematahkan pendapat sementara orang. Sehingga, kesimpulan dari
pemaparan di atas adalah al-Qur’an memang benar-benar asli hasil karya tangan
Tuhan (Allah) Muhammad tidak ikut campur akan keontentikan atau kemurnian
al-Qur’an. Kendati, al-Qur’an merupakan karya yang sempurna dan tidak perlu
disempurnakan. Maka sudah jelas, al-Qur’an tidak ada campur tangan orang lain
ataupun Muhammad.
No comments:
Post a Comment