Saturday 19 November 2016

Bukti Nyata Al-Qur'an Kallam Allah

Keontentik Al-Qur’an


          Tidak bisa dipungkiri lagi akan nilai keontentikan al-Qur’an. Di mana al-Qur’an hadir sebagai bukti kerja nyata bagi manusia yang memang butuh petunjukNya. Semua petunjuk yang dibutuhkan oleh manusia itu tertuang  dalam al-Qur’an. Apapun bentuk dan rupanya. Kendati al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dalam bahasa al-Qur’anya (Huda linas) ini tidak serta-merta atau bin-salabin kehadiran petunjukNya bagi manusia. Karena, petunjuk Allah hanya untuk orang-orang yang sudah bertaqwa kepadaNya. Hal ini tersurat dalam sekian banyak ayatNya.
            Sudah barang pasti, manusia tidak akan bisa mempercayai sesuatu yang tidak tampak dan tidak jelas keberadaanya. Bahkan kepada yang tampakpun kadang manusia tidak mempercayainya. Seperti dalam kajian keontentikan al-Qur’an ini. Meskipun al-Qur’an tampak dan jelas dipandang mata. Namun, masih ada saja bagi agama lain meragukannya. Kendati, al-Qur’an apa memang benar kalam Allah atau mungkin hanya bias dari ucapan Muhammad saja? Nah, di sinilah penulis ingin sekali mengajak pembaca untuk mengenal nilai-nilai keontentikan al-Qur’an dengan beberapa bukti yang memang sudah diabadikan dalam al-Qur’an.
            Berbicara keontentikan maka sudah semestinya membicarakan Anti-Plagiat. Al-qur’an yang sempat dikatakan sebagai kallam Muhammad ini ternyata belum bisa memahami nilai-nilai keontentikan al-Qur’an. Karena bagaimapun dalil yang dikatakan oleh kaum orientalis Theodor Noldeke salah satu kaum orientalis yang mengkaji al-Qur’an dari sudut pandang sejarahnya. Di dalam bukunya yang berjudul “Geschichte des Qorans” dia berpendapat “bahwa al-Qur’an bukanlah kitab orsinil agama islam. Namun, hasil duplikat dari kitab agama terdahulu. Dan Muhammad sebagai Impostor bukan sebagai Nabi.” Pendapat  akan al-Qur’an tidak orsinil dan Muhammad sebagai impostor ini adalah dusta. Hanya bisa berstetmen dengan argumentasi kebodohanya. Mengapa demikian? Karena ia  tidak bisa membuktikan dan mempertanggung jawabkan pendapatnya dan di sisi lain ia menggunkan motif pembelaan agamanya. Bahwa hanya kitab agamanyalah yang benar dan masih orsinil. Di sinilah, penulis ingin mengatakan pada pembaca hasil baca penulis dari berbagai macam buku yang mengenai keontentikan al-Qur’an ini.            
Kemurnian al-Qur’an atau al-Qur’an bisa dibilang ada atau tidaknya campur tangan Muhammad atau orang lain bisa dilihat dari al-Qur’an sebagi Mukjizat Nabi Muhammad. Jika berbicara dalam ranah al-Qur’an sebagi mukjizat. Maka, membuka peluang lebar-lebar sebenarnya bagi kaum muslim khususnya dan kaum selain muslim umumnya. Karena, dari kata mukjizat inilah al-Qur’an bisa dikatakan asli karya tangan Tuhan (Allah) tidak ada campur tangan Muhammad atau orang lain. Sedangkan Muhammad sebagai penadah wahyu Allah. Itupun terbukti kalau dia (Muhammad) tidak mampu pada awal turunya wahyu. Dengan berbagai bukti ketidakmampuannya dalam menerima wahyu Allah adalah rasa khawatiranya, kegelisahanya dan sempat meriang pada awal-awal menerima wahyu.
Kata "mukjizat merupakan bentuk isim fail dari kata a’jaza – yu’jizu yang berarti “melemahkan”, dan jika dilihat dari faidah muzun yang mengikuti wazan a’fala – yu’filu memiliki faidah “soyrurah” yang berarti “menjadikan”. Sehingga, kata a’jaza – yu’jizu bisa memiliki arti “menjadikan sesuatu tidak mampu/lemah”. Sedangkan, subjeknya (isim fa’ilnya) dinamai dengan mu’jiz yang memiliki arti “orang yang menjadikan lemah/tidak kuasa” dan apabila kemampuanya untuk melemahkan pihak lain lebih menonjol sehingga mampu membungkamkan lawan, kata ini bisa dinamai dengan “mu’jizat” dengan mengimbuhi “Ta marbutah” diakhirnya. Maka, mengandung makna mubalagha (superlatif).
Karena definisi secara etimologi ini kerap melahirkan definisi yang secara terminologi, maka bisa ditarik kesimpulan “Bahwa yang dimaksud dengan mukjizat secara terminologi adalah suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang diberikan kemampuan berbeda dengan orang lain pada biasanya, sebagai bukti bahwa tidak ada yang mampu atau kuasa membuat semisal al-Qur’an”. Definisi ini hanya menaungkan al-Qur’an sebagai bukti nyata kallam Allah. Berbeda halnya jika ingin membicarakan al-Qur’an sebagai salah satu bukti bahwa nabi Muhammad sebagai Nabi.
Sebagai bantahan kaum orientalis barat yang mengatakan al-Qur’an adalah kallam Muhammad bisa dilihat dari berbagai macam ayat berikut :
ذلك الكتب لاريب فيه هدى للمتقين
Itulah Kitab (yang sempurna dan tidak disempurnakan). Tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”. (QS, al-Baqarah, 2:2).
                Ayat di atas mengisyaratkan bahwa al-Qur’an sempurna dari berbagai macam aspek di dalamnya dan tidak perlu disempurnakan. Sehingga, tidak ada lagi satu keraguanpun di dalamnya. Dan kebenaran akan kesempurnaan al-Qur’an ini salah satunya al-Qur’an sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Bisa dikatakan, adakah karya manusia yang sempurna seperti karya Tuhan? Lalu bukan berarti Muhammad tidak sempurna. Kesempurnaan Muhammad karena disempurnakan oleh Allah. Sedangkan Allah, tidak disempurnakan oleh siapapun. Berbeda dengan manusia ketika mengarang sebuah karya. Tidak akan luput dari kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Hal ini salah satu bukti untuk membantah pendapat kaum orientalis.
أفلا يتدبرون القرأن ولو كان من عندغير الله لوجدوا فيه إختلافا كثيرا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an? Seandainya (al-Qur’an) dari sisi manusia, sungguh mereka semua akan menemukan di dalamnya problematika teramat banyak.” (QS, An-Nisa {4} : 82)
                Di ayat yang berbeda sangat tegas sekali untuk membantah stetmen yang dikemukakan kaum orientalis tersebut. Bahwa al-Qur’an jika memang bukan karya Allah akan ditemui berbagai macam masalah didalamnya. Namun, sampai detik ini tida ada satupun cela di dalamnya. Meskipun banyak berbagai macam orang ingin membantah dan mencari cela di dalam al-Qur’an. Semisal, Musailimah al-Kadzdzab yang ingin menandingi al-Qur’an namun, tidak berhasil. Begitu juga dengan Ibnu Rawandi, yang mengatakan bahwa seseorang mampu membuat seperti al-Qur’an. Namun kenyataanya Allah tantang ucapannya. Hal ini tersurat dalam al-Qur’an dan termasuk dari salah satu ayat yang menunjukkan bahwa al-Qur’an tida ada campur tangan orang lain.
            Masih banyak lagi ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang membantah pendapat sementara orang akan keraguan bahwa al-Qur’an adalah kallam Allah. Namun, penulis hanya bisa memberikan 1/2  ayat. Mungkin ayat ini sudah cukup bahkan bisa lebih untuk mematahkan pendapat sementara orang. Sehingga, kesimpulan dari pemaparan di atas adalah al-Qur’an memang benar-benar asli hasil karya tangan Tuhan (Allah) Muhammad tidak ikut campur akan keontentikan atau kemurnian al-Qur’an. Kendati, al-Qur’an merupakan karya yang sempurna dan tidak perlu disempurnakan. Maka sudah jelas, al-Qur’an tidak ada campur tangan orang lain ataupun Muhammad.  




            

No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...