Terbersit
dalam benak penulis ketika membaca suatu buku yang dikarang oleh kaum
orientalis barat dalam bukunya yang berjudul “Al-Qur’an yang menakjubkan”, di
dalam buku ini, Prof. Dr. Issa J. Boullata menjelaskan pandangan Theodor Nöldeke kaum orientalis miring
bahwa “Sebagian besar kaum
orientalis meyakini bahwa al-Qur’an adalah kitab suci yang dipengaruhi
tradisi agamaYahudi dan Kristen. Keterpengaruhan itu meliputi:
ajarankeimanan,hukum-moral, dan kisah-kisah para nabi. Tulisanini
mengkaji pandangan Theodor Nöldeke, seorang orientalis berkebangsaan
Jerman. Nöldeke berpendapat bahwa al-Qur’an adalah kitab suci yang
banyak dipengaruhi agama Yahudi dan beberapa dari unsur agama Kristen.
Melalui Bible sebagai tolok ukurnya, Nöldeke juga memandang bahwa beberapa
nama diri, term agama, dan kisah-kisah nabi
terdahulu yang dijiplak Muhammad
dalam al-Qur’an telah dipahami secara keliru.”
Penulis
berfikir sejenak, apakah mungkin al-Qur’an kitab jiplakan dari kitab-kitab
orang yahudi dan kristen? Apakah mungkin nabi Muhammad plagiat? Bukankah nabi
Muhammad tidak bisa baca dan menulis? Mungkinkah manusia seperti Muhammad mampu
mengarang seperti al-Qur’an? Pertannyaan ini semua penulis bahas dengan secara
singkat.
Jika
ingin membuktikan bahwa al-Qur’an bukan hasil plagiat sangatlah mudah. Pertama harus
melalui dari segi historis dan metodologis. In sya Allah dari dua pendekatan
ini penulis bisa uraikan secara jelas dan singkat dari berbagai buku yang
penulis pernah baca.
1.
Dari
pendekatan “Historis”
Pendekatan historis adalah salah satu upaya untuk mencari fakta
yang tidak lepas dari maksud dan kronogi sejarah yang mengiringi suatu
peristiwa. Dalam kajian orientalis terhadap Al-qur’an ini tidak akan lepas dari
hal tersebut. Seperti halnya pernyataan berikut, beberapa sebab atau alasan
para Orientalis dari zaman ke zaman yang menilai perlu adanya kajian terhadap
kitab suci Al-Qur’an.
Pada tahun 1927, Alphonse Mingana, pendeta Kristen asal Irak dan
mantan guru besar di Universitas Birmingham, Inggris, mengumumkan bahwa,”sudah
tiba saatnya sekarang untuk melakukan studi kritis terhadap teks Al-Qur’an
sebagaimana telah kita lakukan terhadapa kitab suci Yahudi yang berbahasa
Ibrani-Arami dan kitab suci Kristen yang berbahjasa Yunani. Mengapa
Orientalis-misionaris satu itu menyeru demikian? Seruan semacam ini
dilatarbelakangi oleh kekecewaan mereka dan juga disebabkan oleh kecemburuan
mereka terhadap umat Islam dan kitab suci mereka yaitu Al-Qur’an. Di satu sisi
mereka juga sudah meragukan otentitas Bible, mereka terpaksa menerima kenyataan
pahit bahwa keotentikan Bible yang ada di tangan mereka sekarang sudah berbeda
jauh dari teks aslinya. Menurut pandangan mereka bahwa kitab Injil yang mereka
yakini itu ternyata adalah bukan asli alias palsu, terlalu banyak campur tangan
manusia di dalamnya, sehingga sukar untuk dibedakan mana yang benar-benar wahyu
dan mana yang bukan wahyu.
Hal yang senada dikatakan oleh Saint Jerome yang merupakan
Orientalis pengakaji teks bible yang dikabarkan mengeluhkan fakta banyaknya penulis
Bible yang diketahui bukan menyalin perkataan yang mereka temukan, tetapi malah
menuliskan dari apa yang mereka pikir sebagai maknanya. Sehingga yang terjadi
bukan pembetulan kesalahan, tetapi justru penambahan kesalahan.
Disebabkan rasa kecewa dengan kenyataan semacam itu, maka pada
tahun 1720 Master of Trinity College, R. Bentley, menyeru umat Kristen agar
mengabaikan kitab suci mereka, yakni naskah perjanjian baru yang diterbitkan
pada tahun 1592 versi Paus Clement,…the ‘textus receptus’ [is] to be abandoned
altogether! Seruan tersebut diikuti oleh munculnya “edisi kritis” perjanjian
baru hasil suntingan Brooke Foss Westcott (1825-1903) and Fenton John Anthony
Hort (1828-1892).
Jauh sebelum Mingana dan Orientalis-Misionaris lainnya, ada yang
pertama kali jauh sebelum mereka, tepatnya pada tahun 1834 di Leipzig (Jerman)
yaitu seorang Orientalis bernama Gustav Flugel menerbitkan “mushaf” hasil
kajian filologinya. Naskah yang dibuatnya itu ia namakan Corani Textus Arabicus. Kemudian muncul
Theodor Noldeke yang ingin merekonstruksi sejarah Al-Qur’an dalam karyanya Geschichte des Qorans (1860), sebuah upaya yang belakangan
ditiru oleh segelintir kaum liberal di Indonesia.
Dari pendekatan garis historis, bisa disimpulkan bahwa para kaum
orientalis barat memang memiliki ambisi untuk mengkaji al-Qur’an. Setelah mereka
semua merasakan kekecewaan terhadap hasil kajian mereka terhadap Bibble. Mereka
semua menyatakan “kitab Bibble ini sudah tidak orsinil, kendati, banyak hasil
pikir para umat terdahulu”. Perkatan ini bisa dilihat dari pernyataan Saint
Jerome. Oleh sebab itu, dari hasil kekecewaan merekalah, mreka semua ingin
sekali mengupas dan meneliti al-Qur’an. Sehingga, tidak jarang para kaum
orientalis di zaman sekarang, lebih-lebih di zaman Theodor Noldeke, salah satu
kaum orientalis yang berani mengatkan bahwa al-Qur’an hasil plagiat dari
kitab-kitab sebelumnya.
2.
Pendekatan
Secara Metodolgis
Secara metodologi kajian al-qur’an yang dilakukan oleh para
Orientalis adalah dengan menggunakan metode hermeunetika layaknya mereka
lakukan pada kajian Bible. Hermeneutika sebenarnya adalah bentuk dari metode
keilmuan filsafat yang mendasarkan pada pemahaman teks. Teks di sini
dimaksudkan adalah teks-teks suatu naskah yang perlu dikaji secara mendalam dan
hasilnya ditemukan makna sesuai dengan konteks.
Secara harfiah hermeunetik, artinya ‘tafsir’. Secara etimologis,
istilah hermeunetika dari bahasa Yunani hermeneuin yang berarti menafsirkan. Istilah ini
merujuk kepada seorang tokoh metologis dalam mitologi Yunani yang dikenal
dengan nama hermeneutika (Mercurius). Di kalangan pendukung hermeneutika ada
yang menghubungkan sosok Hermes dengan Nabi Idris. Dalam mitologi Yunani Hermes
dikenal sebagai dewa yang bertugas menyampaikan pesan-pesan dewa kepada
manusia. Dari tradisi Yunani, Hermeneutika berkembang sebagai metodologi
penafsiran Bibel, yang di kemudian hari dikembangkan oleh para teolog dan
filsafat barat sebagai metode penafsiran secara umum dalam ilmu-ilmu sosial dan
humaniora.
Di satu sisi
banyak yang ditemui oleh para Orientalis ketika mengkaji teks Bibel yang mereka
anggap teks itu sudah direkayasa dan bersifat manusiawi, maka berangkat dari
itu Bible memungkinkan menerima berbagai metode penafsiran Hermeneutika, dan
menempatkannya sebagai bagian dari dinamika sejarah.
Sejarah
mencatat bahwa jauh sebelum gerakan ini, telah banyak penulis yang mengajukan
hermeneutika sebagai alternatif metode penafsiran Al-Qur’an, namun mereka gagal
dan tidak berhasil. Alphonse Mingana misalnya, pendeta Kristen asal Irak dan
guru besar di Universitas Birmingham-Inggris, pada tahun 1927 mengatakan,
“sudah saatnya untuk melakukan kritik terhadap teks Al-Qur’an sebagaimana telah
dilakukan terhadap kitab suci Yahudi yang berbahasa Ibrani-Arani dan kitab suci
Kristen yang berbahasa Yunani”.
Berdasarakan
pengalaman yang menimpa penganut Kristen, hermeneutika telah menimbulkan
pertikaian hingga pertumpahan darah. Pecahnya Kristen menjadi Katholik dan
Protestan adalah hasil sumbangan dari hermeneutika. Jadi, semboyan pengusung
hermeneutika “untuk menghindarkan perpecahan umat dalam penafsiran Al-Qur’an
maka dibutuhkan alternatif baru (sebenarnya sudah klasik) yaitu hermeneutika yang
masih perlu dikaji maksud dan tujuannya.
Ilmuwan barat
menjelaskan bahwa maksud dan tujuan hermeneutik adalah sebagai metode tafsir
tersendiri atau salah satu filsafat tentang penafsiran yang bisa sangat berbeda
dengan metode tafsir alqur-an. Di kalangan Kristen penggunaan hermeneutika
dalam interpretasi Bibel sudah sangat lazim digunakan walaupun tidak jarang
menimbulkan perdebatan.
Kalau kita
kembali untuk mengkaji ilmu-ilmu alqur’an seperti ilmu Asbabun nuzul, nasakh
mansukh,dll. Sebenarnya adalah suatu keniscayaan yang harus dipelajari umat
Islam terlebih dahulu sebelum mengkaji metode hermeneutika. Karena seperti apa
yang diungkapkan oleh Dr.V.Groenen salah satu pemuka Kristen yang sadar akan
perbedaan antara konsep teks al-qur’an dengan Bibel. Al-qur’an bukanlah kitab
yang mendapatkan inspirasi dari tuhan sebagaimana dalam konsep Bibel, tetapi
al-qur’an adalah kitab tanzil, lafdzhan wa ma’nan (lafadz dan maknanya) dari
Allah. Konsep ini berbeda dengan konsep teks dalam Bibel, yang merupakan teks yang
ditulis manusia yang mendapatkan inspirasi dari Roh kudus.
Menanggapi
upaya untuk membedakan antara metode interpretasi kitab suci ‘tafsir’ yang
digunakan oleh umat Islam dan Hermeneutika oleh kaum Orientalis barat. Seorang
sarjana muslim terkemuka, Syekh Muhammad Naquib al-Attas, secara jelas
menyatakan perbedaan antara tafsir dan hermeneutika. Ia mengemukakan bahwa
Hermeneutika yang digunakan dalam teologi Kristen itu mempunyai latar belakang
yang tersendiri yang berbeda dengan tafsir dalam tradisi Islam. Boleh jadi
penemuan-penemuan melalui hermeneutika Bibel itu nantinya akan lebih
menunjukkan lagi kebenaran al-Qur’an. Sehingga apa yang hilang pada Bibel dapat
ditemukan dalam al-Qur’an.
Dalam dua
pendekatan ingin memahami isi yang ada dalam al-Qur’an ini. Ternyta tidak mampu
mereka semua (kaum orientalis) untuk menjtuhkan keontentikan al-qur’an. Sperti mana
yang dikemukakan oleh Alphonse Mingana, pendeta Kristen asal Irak dan guru
besar di Universitas Birmingham-Inggris, “sudah saatnya untuk melakukan kritik
terhadap teks Al-Qur’an sebagaimana telah dilakukan terhadap kitab suci Yahudi
yang berbahasa Ibrani-Arani dan kitab suci Kristen yang berbahasa Yunani”.
Bahasa yang
dia gunakan sebagai rasa kekecewaan, karena bagaimanpun mereka meneliti al-Qur’an
hanya untuk mencari kesalahan dalam al-Qur’an bukan mencari kebenaran. Sehingga,
teori metodologis yang pendekatanya melalui jalur teori hermeunetika, banyak melahirkan aliran-aliran yang memiliki faham
untuk menyalahkan al-Qur’an dengan kata lain mengkredibilitaskan al-Qur’an. Maka
keluarlah di tahun 1086 Theodor Noldeke yang mengatakan al-Qur’an tidak lain
adalah kitab plagiatnya Muhammad dari kitab-kitab terdahulu.
Jika kembali ke pada bukunya Prof. Dr. Qurais Shihab., M.A. “Mukjizat
Al-Qur’an”
maka ditemukan penjelasan tentang apakah al-Qur’an sebagai kitab plagiat? Atau hanya anggapan dusta dari kaum orientalis barat?
maka ditemukan penjelasan tentang apakah al-Qur’an sebagai kitab plagiat? Atau hanya anggapan dusta dari kaum orientalis barat?
Dalam bukunya, Prof. Dr. Qurais Shihab., M.A. Menyatakan “Al-Qur’an
sendiri mengakui adanya persamaan, walaupun dalam saat yang sama, al-Qur’an
menggaris bawahi bahwa disamping mempertegas dan membenarkan kitab-kitab suci
yang lalu, al-Qur’an juga meluruskan kekeliruan-kekeliruan yang termaktub di
dalam kitab para nabi terdahulu. Kekeliruan yang diakibatkan pleh campur tangan
manusia dalam mengubah teks Wahyu Allah.” Pernyataan ini selaras dengan apa
yang dikemukakan oleh Al-Qur’an :
وأنزلنا
إليك الكتاب مصدقا لما بين يديه من الكتب ومهيمنا عليه
“Kami telah turunkan
al-Qur’an kepada mu dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang (dikandung)
sebelumnya dan kitab (para nabi), serta batu ujian (tolok ukur kebenaran)
terhadap( kitab-kitab itu).” (QS. Al-Maidah {5} : 48).
Dalam ayat lain dinyatakan :
وما كان هذا
القران أن يفترى من دون الله ولكن تصديق الذي بين يديه وتفصيل الكتاب لاريب فيه من
رب العالمين
“Tidak mungkin al-Qur’an ini bersumber dari
selain Allah, tetapi (al-Qur’an) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan
menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkan. Tiada keraguan di dalamnya
(diturungkan) dari Tuhan semesta Alam.” (QS. Yunus {10} : 37).
Sangat jelas
sekali di ayat yang ke dua ini, pada hakikatnya al-Qur’an merupakan kitab
paripurna yang tidak disempurnakan lagi oleh kitab-kitab yang lain. Sekaligus kitab
yang membenarkan kitab-kitab sebekumnya. Meskiupun pada hakikatnya banyak
kitab-kitab terdahulu sudah dirubah oleh umat nabi terdahulu.
Dalam bukunya Prof. Dr. Issa J.
Boullata, dia membantah pendapat kaum orientalis yang mengatakan al-Qur’an
kitab plagiat sekaligus mengakui bahwa al-Qur’an merupakan kitab yang sangat
menakjubkan. Dia mengutip dari berbagi macam karya kaum intlektual muslim
terkemuka. Semisal, Sayyid Qutub, Imam Syuty, dan masih banyak karya-karya
lainya yang dia kutip untuk membantah pandang kaumnya dalam menyikapi hal
keontentikan al-Quran.
Lebih jelasnya pembaca bisa merujuk
kembali karya penulis di link dibawah ini :
No comments:
Post a Comment