Saturday, 5 November 2016

4 November 2016

Menuntut Keadilan Hukum

          Indonesia merupakan salah satu negara yang bisa dibilang negara di atas angin. Negara yang penuh dengan berbagai macam warna di dalamnya ini ternyata masih belum sanggup menyelesaikan masalah demi masalah. Kendati datang silih berganti, seharusnya salah satu dari permasalahan yang ada di dalamnya segera diselesaikan atau dicarikan jalan keluarnya. Tapi hal ini, keluar dari kenyataan. Semisal kasus ahok yang sekarang sedang booming di media masa. Kasus ini hanya sebagai ajang perbincangan saja. Tidak dengan kinerja yang sudah tertuang dalam aturan pakai dalam konstitusi hukum negara.

            Ahok yang isunya sebagai tersangka “Penistaan Al-qur’an” malah dipayungi hukum oleh sejumlah aparat. Konstitusi negara tidak lagi berjalan mulus. Sehingga, para rakyat bawahan mengamuk, menuntut sebuah keadilan, agar bukan hanya orang yang melecehkan orang lain yang bisa terkena proses hukum. Ahok pun harus melalui jalur hukum yang sudah diatur dan tertuang di dalam UUD. Karena sejatinya aturan dibuat bukan untuk dijadikan ajang bisnis. Tapi untuk dipatuhi dan diikuti.

           Pada Hari jumat, tanggal 04, bulan november, dan tahun 2016. Yang akan menjadi saksi bisu bagi para oknum yang mendambakan nilai-nilai keadilan dan akan menjadi sejarah bagi negeri ini. Di mana para ormas muslim dan organisasi mahasiswa sebagai peran utama bahkan peran aktif ketika terjadinya demonstrasi dalam rangka menuntut agar aparat menegakkan hukum dengan tidak pandang bulu satu sama lain. Kasus ahok yang sebagai acuhan dan landasan para kaum muslimin umumnya dalam mengajukan unjuk rasa terjun langsung ke lapangan.

           Tepatnya di enam titik, di antaranya balai kota jakarta, bundaran HI, jalan medan merdeka barat, kawasan monas, malang jatim, dan makassar. Yang menjadi pusat sentral adalah masjid istiqlal sebelum berjalannya demo menuju lapangan. Akan tetapi, dipenghujung malam, aksi demo agak mulai rusuh. Terjadinya keos dengan aparat sehingga aparat mengeluarkan gas air mata. Dalam kejadian ini, para aksi demo kocar-kacir. Menuju ke tempat aman agar tidak terkena gas air mata. Namun, itu tidak mengurangi rasa khawatir para unjuk rasa. Mereka semua tetap melanjutkan aksinya menuju gedung DPR dan MPR untuk berorasi kembali. Menuntut keadilan agar tersangka diproses hukum dengan seadil-adilnya. Karena inti dari demo tersebut untuk menghidupkan konstitusi negara yang telah terkubur lama diliang lahat.

            Semua manusia, sejatinya mendambakan keadilan, siapapun itu. Karena keadilan bukan melihat dari sudut pandang etnis, ras, bangsa, ataupun warna kulit. Manusia yang buta dengan keadilan maka buta pula dengan kebenaran. Entah harus bagaiamana jika suatu negara sudah tidak ada lagi yang namanya keadilan? Terutama dalam tatanan konstitusi hukum negara. Negara yang telah pudar dari nilai-nilai dasrar keadilannya. Hanya tinggal menunggu waktu kehancuranya. Hal ini, terjadi di negara indonesia. Yang sedang dikoyak-koyak oleh masa dalam menuntut keadilan hukum kepada pihak yang berwajib. Tapi sayang, para aparat hanya bisa diam membisu, meskipun berbicara, mereka semua hanya sebatas buaian dusta.

            Para pengunjuk rasa ingin sekali menghilangkan tradisi (diam karena disuap) yang telah menjadi darah daging di negeri ini. Khususnya para aparat yang buta akan keadilan. Dengan uang, mereka mangap dan saling berjabat tangan. Seakan mereka tidak punya dosa dalam melakukanya. Sedangkan dengan keadilan mereka malu tertunduk sipu. Karena bagi mereka orang adil tak akan kaya. 

            Tapi mirisnya, negeri yang penuh dengan warna-warni pelangi ini. Selalu saja dibumbui dengan racikan-racikan dusta dan kebohongan. Betapa sedihnya para pengunjuk rasa dalam menuntut keadilan hanya sebagai kicauan burung yang tak bermakna. Mereka berbicara hanya dilihat saja. Padahal, pembicaraan itu tidak akan bisa difahami kalau hanya dilihat. Fungsikan  telinga bagi aparat, agar menaruh rasa kepada yang berbicara diluar sana. Sesekali menaruh hati bagi aparat, agar mendengarkan rintihan rakyat jelata, dan jernihkan otak jua hati para aparat, agra menaruh iba ke pada rakyat bawahanya.

             Negara yang sedang dilanda dengan sebuah permasalahan yang besar ini. Presiden dituntut untuk bisa menengahi masalah untuk mengeluarkan jalan dan memberikan solusi kepada rakyatnya. Karena bagaimanapun dirinya dipilih oleh rakyat yang sedang merintih dan berseru dalam menuntut keadilan diluar sana.

           Tuntutan para rakyat hanya satu, “Tegakkan konstitusi hukum! Jungjung tinggi nilai-nilai keadilan”. Maka justru itu, demo kali ini bertema “Aksi Damai”. Meskipun kenyataannya, masih ada bentrok di lapangan. Namun, hal ini karena aparat yang meminta para masa bubar. Sedangkan para aksi demo belum dapat kepastian. Kepastian yang ditunggu, bukan diam dan tak berusaha. Kurang lebihnya demikian.  
            



            

No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...