Menanti harapan yang tak pasti
Hari ini aku hanya bisa diam dengan
perubahannya yang sangat aneh bagiku. Yang biasannya memberikan kabar,
perhatian, dan bertanya-tanya tentang diriku. Kini sudah sirna dan rapuh
dimakan masa, ditelan bumi, dan lekang oleh waktu. Aku sudah lesuh mengandalkan
perasaan, aku sudah pusing bermain pikiran, aku sudahlah-sudah dengan yang
namanya cinta. Trauma mengantarkanku kewujud asliku. Aku dibawa olehnya kedalam
nur-nur Illahi. Yang bisa menembus semua yang aku mau. Aku bisa tahu akan semua
yang ada dalam dunia ini. Ternyata, cinta manusia sangtlah busuk, busuk, bahkan
lebih busuk cinta manusia baunya dari pada busuknya babi yang sudah lama mati.
Awalnya saja manis, so’perhatian,
so’menyemangati hidup ini. Ternyta, seiring pindahnya tempat, pindah pula
hatinya. Sakitnya jarum tak sesakit ini semua. Dikhinati sangtlah sakit bagi
yang sudah merasakan dan mengalami. Tapi, bagi yang tertawa dan membisu. Bukan
berarti dia gak tahu. Malah ia menutupi kesedihannya dengan mengambil cara
ceria dan diam. Aku kini sudah bodoh dengan semuannya. Ya sangtlah bodoh bahkan
goblok pun bisa dibilang padaku. Aku kini tak tahu arah untuk kembali, tak tahu
tujuan hidup, dan tak tahu semuanya bila tampamu.
Yang masih aku ingat kata-kata
manisnya adalah “aku akan meminangmu disana”. Kata-kata ini sangatlah mudah.
Namun, sangat sulit tuk direalisasikan. Sampai detik ini aku hanya bisa
menunggu dan menunggu. Satu keyakinanku kepadanya. “jika ia tercipta dari
tulang rusukku yang telah lama hilang ini. Aku yakin ia akan kembali meski
nyatanya ia disana sedang asik dengan wanita lain”.
Cinta yang dulu kita tanam bersama,
tumbuh subur berkembang disiram dengan nur-nur Illahi. Kini pupus, sirna dengan
kebencian, kebohongan dan pengambilan jalan dalam kesepianmu. Aku bukan orang
yang diperlukan untuk mengisi waktu kosongmu, aku bukan wanita yang hanya bisa
diambil jasadku tuk memuaskan hawa nafsumu, dan aku bukanlah wanita yang dulunya
kau siram dengan benih ke Illahian. Aku wanita penuh penderitaan dalam hidupku.
Luar dan dalamku sudah kau rampas tuk menyalurkan nafsumu saja, dengan
embel-embel cinta. Aku sudah terpeleset dalam jurang yang sangat keji dan
berlumut.
Kini aku hanya bisa diam, diam, dan
menunggu harapan yang tak pasti dari mu. Aku tak akan berhenti dari harapanku.
Sebelum kau menjadi suamiku. Krena hidup tampa mu hampa, benar-benar hampa. Tak
tauh lah.... apa mungkin aku sedang kekanak-kanakan, atau dalam keadaan
pubertas. Tapi, yakinlah ini adalah perasaanku padamu.
Sejauh mata memandang, sebarapa jarak
memisahkan kita, dan sebesar apapun rintangan tuk mengembalikanmu dalam
pelukanku. Aku tak kenal itu semua. Yang aku kenal hanyalah kau, laki-laki yang
bisa menghidupkanku ditengah kematianku. Aku disini menuggumu. Aku berpesan
padamu. “jika aku bicara. Maka, akulah aku. Dan jika aku terdiam. Disitulah kau
tahu bahasa dan kemaunku”.
Putus nyambung adalah hubungan yang
sangat lucu jika diceritakan. Dan sangat takut ketika cinta yang sudah dibumbui
dengan segala hal ini diakhiri dengan begitu saja. Aku tidak seperti dulu lagi
krena kamu. Aku bukan sperti yang kau mau krena kamu. Aku ini siapa? Samapai
bingung tingkat nasional memikirkannya. Kadang ia yang aku kenal sekian lamanya
ini menajadai rupa malaikat. Tapi kadang pula menjadi syetan yang durjana. Aku
sudah tidak mengetahuinya. Sifat keasliannya sudah hilang, entah kemana ia
pergi? Tapi pastinya krena kita saling tak mengerti satu sama lain.
Hati yang terpeceha belah, tidak akan
bisa satu dan menyatu kembali. Meski, kau ingin dan berusaha menyatukannya.
Bagaikan piring yang jatuh, kaulah yang memilih pecahannya. Sampai kapanpun
tidak akan bisa seperti wujud aslinya. Meskipun, kau telah menambalnya.
Begitulah hatiku sekarang. Tapi anehnya, ini semua gak membuat aku mundur
sejengkalpun tuk mendapatkanmu. Andai kau tahu, aku bukanlah aku yang diekanl
teman-temanku dulu. Andai kau tahu, aku bukanlah kamu yang ingin kau perlakukan
semaumu. Dan asal kau tahu, aku seperti ini krena kamu. Dan kamu sampai
kapanpun tak akan pernah tahu, tak akan pernah peduli, dan tak akan pernah iba.
Jika air mata ini jatuh membasahi kedua pipiku. Krena kamu tidak tahu “Harga
Setetes Air Mata ini”.
Pagi yang cerah, diselimuti dengan
awan hitam. Hembusan angin sepoi-sepoi. Udara tak sejuk, volusi berhamburan di
kota Jakarta ini, membuat pertumbuhan aku lama dan kurang baik. Tapi ada
secercah senyum dari bibirku ini semenjak melihat kabar darinya. Seketika
melihat profil yang dikenakan olehnya di bbm. Tampak foto saya dengannya. Iya
masih berharap juga ternyata tuk menajadikan aku sebagai istrinya. Tapi, ada
kebiungan dipagiku ini. Secercah harapan ia berikan padaku, sangtlah
meragukanku tuk menjadi pedampinya. Krena ia yang aku kenal sangtalah unik.
Kadang saya hanya sebagai pelampiasan bagi wanita lainnya. Dan kadang pula sebagai
peneman dalam kesepiannya. Tapi, semoga DP yang ia pakai sekarang, benar-benar
dorongan rindu dan rasa cintanya. Hanya doa dan harapanlah yang aku bisa
lakukan disini. Aku masi mengharapmu tuk kembali padaku.
Siang ini aku dilanda masalah besar. Ditengan-tengah
kesibukan ini, diujung kemumetanku. Aku masih saja dihantui oleh bayangannya.
Entah aku harus apa? Ingin melupakannya tak bisa sekali..... apa mungkin saya
sudah kena bulu perindu. Yang kata orang jimad sakti mantra guna jika dikenai
pada wanita. Semoga saja tidak. Aku yakin padanya. Jika cintanya padaku adalah
cinta alami, cinta yang tak memakai itu-ituan.
Menanti sesuatu yang tak pasti merupakan hal yang sangat disesali
dan akan ada sapah cercahan api penyesalan dalam hati. Namun, biarlah ini semua
berlalu dengan seiringnya waktu. Dan kesibukan yang aku jalani. Aku yakin
sekali bahwa dia adalah jodohku yang memang Allah hidangkan padaku nanti. Aku
disini memohon padaNya. Namun, tak akan berharapa sedikitpun kepadaNya. Krena,
permohonan yang disertai dengan harapan akan Allah cabut pengqobulan doanya.
Allah tidak suka kepada orang-orang yang kecewa datang kepadaNya. Allah
bukanlah Zat yang bisa dipermainkan oleh siapapun dimuka bumi ini. Menanti mu
tampa berharap kamu menjadi apapin didalam hidupku ini. Akan menjadi hadiahku
dihari-hari yang akan datang. Aku masih mencintaimu. Masih ada secercah cintaku
padamu syankku yang disana.
Pagi ini, bimbang dalam sebuah
harapan. Mau melanjuti hubungan ini disisi yang berbeda tidak. Bimbang dalam
dua persoalan. Satu sama lainya sangat mendukung saya menjadi sosok wanita
dambaan islam. Meninggalkannya tak mungkin. Bersamanya makin mumet hidup ini.
Tapi, 60 persen hati ini masih mengtakan ingin bersamnya. Pokoknya masih dalam
kebimbangan dah..... harus bagaimana ini? Aku diam salah. Aku bertindak salah.
Maju mundur diam apalagi. Semua serba salah. Apa ini yang dinamakan cinta? Next
time saja. Semoga pagi ini masih ada cahaya dalam kegelapan.
Kau yang disana. Jika kau tahu sakit
yang ada dalam hatiku dapat aku tahan. Tapi, rasa malu yang telah kau perbuat
kepadaku sampai kapanpun tak dapat aku sembunyikan kepada siapapun. Entah harus
apa dan kemana aku bawa semua alur cerita hidupku ini. Aku ingin sekali kaulah
yang menutupi semua ini. Tapi, keegoisanmu masih saja menutupimu untuk
mengatarkan mu mengerti keadaanku. Aku cukup sabar atas semua ini. Ya cukup
sabar sekali. Inilah cintaku padamu.
Pasrah, sabar, dan berdoa kepadaNyalah
yang akan mengatarkanku kejalan yang saya maqsud dan Ia ridhoi. Selamat bahagia
dengan wanita lain disana. Dangan jangan lupakan aku. Yang menantimu disini.
Aku perlu bukti dari semua harapan yang kau berikan padaku. Bukan hanya janji.
Aku Tunggu dudamu.
No comments:
Post a Comment