Kopi adalah teradisi para santri
Berbicara kopi,
tentunya sangat menarik jika kita bahas dan kaji bersama. Apalagi, setelah kita
kaji, kita sudah mengaji akan keilmuan tentang kopi itu sendiri. Sebab, sesuatu
yang sudah mengaji, dan sudah dikaji. Insya Allah akan siap saji untuk
dijadikan bahan penelitian bagi para santri khususnya. Yang memang kerap
melontarkan kata-kata “kopiku adalah teeradisiku”.
\ Bagi mereka yang
sudah nyantri atau belajar keilmuan di rumah sakit hati (pesantren) terutama
rumah sakit hati teradisional, sepakat bahwa kopi adalah satu-kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan bagi mereka. Mengapa, karena kopi merupakan bagian dari
hidup mereka, katakanlah (kebutuhan primer). Bahkan, kebutuhan ini bukan hanya
meliputi santri saja yang merasakan dan mengalaminya, sampai ke sosok yang
disegani seperti Kiyai hingga ustadzpun demikian.
Ritual meminum
kopi sudah dijadikan kebiasan para santri sepanajang masa hidupnya dipesantren.
Mulai dari merek yang berbobot sampai yang tidak berbibitpun mereka minum.
Apapun nama kopinya mereka nikmati bersama dalam segala susana, saat mengkaji
suatu masalah atau problamatika, diskusi lintas madhab, bahkan belum makanpun
hendak meminumnya terlebih dahulu. Namun, yang kerab dan marak diminum oleh
mereka kopi-kopi yang berwarna hitam pekat. Sebab, kopi hitam bagi asumsi
mereka adalah kopi yang bisa menghilangkan rasa ngantuk. Dan bisa memberikan
semangat belajar diwaktu malam agak panjang, leluasa, dan sebagai sumber inspirasi
santri ditengah gelapnya malam yang pekat dan sunyi.
Jika usai lubiran,
para santri sering membawa oleh-oleh dari masing-masing tanah kelahiran mereka.
Yang diploritaskan adalah oleh-oleh kopi. Sebab, kopi yang mereka bawa ke
pesanteren akan menjadi buah bibir dan bahan perbandingan antara satu dengan
yang lain. Mulai dari kopi madura, lombok, bali, smapai sabang dan maroeke.
Kebiasaan ini sudah berlangsung lama, yang kadang dijadikan peradaban para
santri di zaman orde lama.
Kopi yang sudah
siap minum, oleh para santri diambil manfaatnya. Disaat mengaji dan mengkaji
salah satu kitab gundul dimalam hari. Kopi menjadi teman yang sejati santri
untuk menambah semangat belajar dan mengusir rasa kantuk yang menghampirinya.
Disela-sela mumetnya mereka membaca kitab yang tidak ada haraktnya itu, sambil
menyeruput kopi seakan kemumetan hilang tak terasa. Krena kopi mempunyai
sensasi tersendiri yang sudah tampak kenikmatanya bagi para santri.
Ditengah kesibkan
para santri dalam mengerjakan rutinitas agama, mereka sempat saja menyeropot
teman sejatinya. Krena bagi mereka, hidup tampa kopi. Tidak punya arah dan
prinsip. Bahkan hampa.
Jadi, kebiasaan
meminum kopi sangatlah sudah mendarah daging dalam kehidupan para santri.
Terutama saya sendiri. Yang tidak bisa belajar dan berpikir tampa teman sejati
saya. Kopiku adalah inspirasiku.
No comments:
Post a Comment