Tuesday 11 October 2016

Tradisi Kopi

Kopi adalah teradisi para santri
            Berbicara kopi, tentunya sangat menarik jika kita bahas dan kaji bersama. Apalagi, setelah kita kaji, kita sudah mengaji akan keilmuan tentang kopi itu sendiri. Sebab, sesuatu yang sudah mengaji, dan sudah dikaji. Insya Allah akan siap saji untuk dijadikan bahan penelitian bagi para santri khususnya. Yang memang kerap melontarkan kata-kata “kopiku adalah teeradisiku”.
\           Bagi mereka yang sudah nyantri atau belajar keilmuan di rumah sakit hati (pesantren) terutama rumah sakit hati teradisional, sepakat bahwa kopi adalah satu-kesatuan yang tidak bisa dipisahkan bagi mereka. Mengapa, karena kopi merupakan bagian dari hidup mereka, katakanlah (kebutuhan primer). Bahkan, kebutuhan ini bukan hanya meliputi santri saja yang merasakan dan mengalaminya, sampai ke sosok yang disegani seperti Kiyai hingga ustadzpun demikian.
            Ritual meminum kopi sudah dijadikan kebiasan para santri sepanajang masa hidupnya dipesantren. Mulai dari merek yang berbobot sampai yang tidak berbibitpun mereka minum. Apapun nama kopinya mereka nikmati bersama dalam segala susana, saat mengkaji suatu masalah atau problamatika, diskusi lintas madhab, bahkan belum makanpun hendak meminumnya terlebih dahulu.  Namun, yang kerab dan marak diminum oleh mereka kopi-kopi yang berwarna hitam pekat. Sebab, kopi hitam bagi asumsi mereka adalah kopi yang bisa menghilangkan rasa ngantuk. Dan bisa memberikan semangat belajar diwaktu malam agak panjang, leluasa, dan sebagai sumber inspirasi santri ditengah gelapnya malam yang pekat dan sunyi.
            Jika usai lubiran, para santri sering membawa oleh-oleh dari masing-masing tanah kelahiran mereka. Yang diploritaskan adalah oleh-oleh kopi. Sebab, kopi yang mereka bawa ke pesanteren akan menjadi buah bibir dan bahan perbandingan antara satu dengan yang lain. Mulai dari kopi madura, lombok, bali, smapai sabang dan maroeke. Kebiasaan ini sudah berlangsung lama, yang kadang dijadikan peradaban para santri di zaman orde lama.
            Kopi yang sudah siap minum, oleh para santri diambil manfaatnya. Disaat mengaji dan mengkaji salah satu kitab gundul dimalam hari. Kopi menjadi teman yang sejati santri untuk menambah semangat belajar dan mengusir rasa kantuk yang menghampirinya. Disela-sela mumetnya mereka membaca kitab yang tidak ada haraktnya itu, sambil menyeruput kopi seakan kemumetan hilang tak terasa. Krena kopi mempunyai sensasi tersendiri yang sudah tampak kenikmatanya bagi para santri.
            Ditengah kesibkan para santri dalam mengerjakan rutinitas agama, mereka sempat saja menyeropot teman sejatinya. Krena bagi mereka, hidup tampa kopi. Tidak punya arah dan prinsip. Bahkan hampa.
            Jadi, kebiasaan meminum kopi sangatlah sudah mendarah daging dalam kehidupan para santri. Terutama saya sendiri. Yang tidak bisa belajar dan berpikir tampa teman sejati saya. Kopiku adalah inspirasiku.
             

            

No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...