Friday 14 October 2016

Antara Aku Dengan Dilan

Seperti memiliki sosok Dilan yang nyata

#2
Hari kamis, 13 Oktober 2016

Sebenarnya hari ini aku tidak ada jadwal kuliah. Aku pergi ke kampus untuk mencari suasana  lain. Jujur, aku sangat suka dengan suasana kampus. Apalagi dengan perpustakaannya, aku merasa nyaman sekali belajar di ruangan yang full dengan ac. Biasanya jika aku sudah mulai pusing dengan tugas yang aku kerjakan atau aku pusing dengan buku yang aku baca, maka aku langsung memanjangkan satu tanganku dan bergaya seperti spiderman ingin terbang, lalu dengan perlahan aku mulai memejamkan mataku dan masuk ke alam mimpi.

Sesampainya aku di kampus, aku langsung menuju kosan temanku untuk menyuci baju kotor yang kemarin ku tinggal disana. Setelah selesai mencuci, aku langsung beranjak pergi ke perpustakaan yang ada di gedung fakultasku. Letak perpustakaannya ada di lt 5.

"Ting tong" , pertanda lift sudah sampai di lt 5.
Langsung saja ku pergi menuju perpustakaan yang terletak di sebrang lift.
Saat aku berjalan ke arah perpustakaan, aku bertemu dengan teman lamaku, Ghina.
"Hai ghin", sapaku.
"Eh zak", jawabnya.
"Lagi ngapain disini?", aku bertanya padanya sambil ikut duduk disampingnya.
"Biasa Zak.. lagi wifian", jawabnya santai.
"Oalah.. ikutan dong, kamu pakai wifi yang mana, Ghin?", tanyaku seru.
"Yang mhs.uinjkt", jawabnya.
"Yaaaahhh, harus login dulu ya kalau pakai yang itu", jawabku sedih.
"Iya zak. Aku juga login dengan akun kaka kelas, nih nimnya", jawabnya sambil memberikan selembar kertas yang tertulis sebuah nim disana.
"Wah terimakasih ghin", aku langsung mencoba login dengan nim yang diberikan dan berhasil!. Terimakasih Ghinaaa.

Setalah login, aku langsung berpamitan dengannya. Aku bilang padanya bahwa aku ingin ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas.

Hanya dengan beberapa langkah kaki, aku sudah berada di depan pintu perpustakaan. Pintu yang mewah, tuturku dalam hati. Ada tulisan tarik dan dorong disana. Sebenarnya, aku tidak suka menarik karena menurutku  itu membutuhkan tenaga 2 kali daripada mendorong. Tetapi.. apa boleh buat, pintu yang bertuliskan "dorong" tidak bisa di dorong, ya dengan terpaksa aku menarik pintu sebelahnya.
Saat aku masuk kesana, ku perhatikan setiap sudut ruangannya. Tumben tidak terlalu ramai, kataku dalam hati. Ada meja kosong tepat di depan pintu perpustakaan. Aku segera menaruh tas dan menuju ke meja kosong itu. Aku pun mengerjakan tugasku disana, sendirian. Selang beberapa menit, ada seorang pria duduk di sampingku. Jarak kami tidak begitu dekat, kami terseling oleh 1 bangku. Sedikit demisedikit meja itu menjadi ramai hingga semua bangku terisi.

Tak terasa bel berbunyi, menandakan bahwa perpustakaan tersebut akan ditutup karena sudah waktunya istirahat siang. Biasanya perpustakaan ini akan dibuka lagi pukul 1 siang. Saat aku merapihkan buku untuk keluar dari perpustakaan, Bahrul pun datang menghampiriku dengan pakaiannya yang serba hitam.

"Mau ngapain rul? Perpustakaannya sudah mau tutup haha", ucapku pada Bahrul yang sedang ngosngosan karena baru sampai di perpustakaan. Baginya, semua perjalanan butuh perjuangan dan itu berat. Haha.

Aku  pun mengajaknya untuk keluar dari perpustakaan. Saat kami berjalan menuju lift...
"Zak duduk dulu ngapa, gue cape", ucap Bahrul.
"Tuhkan haha, pasti Bahrul kecapean", peluhku dalam hati.
Akhirnya, kami berdua duduk beberapa menit disana.

Setelah duduk, kami pergi ke basement, kemudian berbincang-bincang sebentar dengan teman-teman disana.
Setelah itu, kami berdua ikut pergi bersama mereka untuk melihat sidang skripsi yang akan dilakukan oleh  kaka kelas kami di lantai 6.

#DILANMUNCUL
Setalah menghadiri sidang skripsi di lantai 6, aku dan Bahrul menuju lantai 5 untuk mencari buku tentang kedokteran. Aku pun bilang ke Bahrul..
"Rul, cari dulu ya bukunya.. gue pengen ke lantai 4".

"Yah zak gimana nyarinya? Gue ga ngerti", itulah yang selalu Bahrul katakan jika disuruh mencari buku di perpustakaan.

"Yaudah gue nunggu di depan perpustakaan aja, sini handphone lu gue pinjem buat main zombie",kata si Bahrul.

"Yaudah gue ke lantai 4 ya", jawabku sambil pergi menuju lantai 4 melewati tangga darurat.

Aku mengirim pesan WA kepada dia, "dimana? Aku sudah di lantai 4".

"Di ruang 17", balasnya.

"Yah.. aku malu kalau ke kelas kamu, kan aku hanya ngambil kelas bahasa inggris aja yang dikelas kamu, nanti dibilang macem2 kalau aku tiba2 ke kelas kamu", jawab pesan WA ku kepadanya.

"Aku sudah di depan kelas kamu, keluar deh", ku kirim lagi pesan untuknya.

Dia(M) pun keluar dengan senyuman khasnya. Dia bercerita kalau dia baru saja selesai menjelaskan materi nadzariyatul adab (teori sastra) di kelasnya. Karena dosennya tidak masuk hari ini, jadi dia yang menggantikannya. Kami pun ngobrol di depan kelas, dia duduk dan aku berdiri.

Aku teringat Bahrul, aku meninggalkannya sendirian di lt 5. Aku merasa tidak enak dengannya, aku kira kami hanya akan mengobrol sebentar dan ternyata lumayan lama.
Akhirnya ku kirim pesan ke Bahrul bahwa aku akan pergi keluar untuk sementara waktu.

#M#
Setelah ngobrol dengannya, dia pergi ke dalam kelas untuk mengambil tasnya dan mengajakku pergi. Seperti biasa, dia mengajakku melewati tangga darurat. Ku rasa dia lebih cinta dengan tangga darurat dibandingkan dengan lift.

Sesampainya di basement, aku bertanya padanya kita akan pergi kemana. Tetapi dia tidak menjawabnya. Kemudian, aku masih bertanya terus menerus padanya.
Dan dia pun menjawab "kamu nanya mulu dari tadi".
Cukup satu kalimat darinya dan itu manjur  membuatku terdiam. Aku pun berjalan dibelakangnya tanpa mengeluarkan sepatah kalimat (lagi). Dia hanya senyam senyum melihatku.

Kita pergi ke pesanggrahan. Aku berjalan di depannya. Ku kira kita akan pergi makan seperti kemarin di warteg abah. Ternyata tidak. Dia hanya ingin membeli rokok di warung yang berada tepat di depan pintu doraemon. Setelah itu, dia pergi membeli batagor super dan aku membeli aqua.

Setelah dirasa perlengkapan belajar kami sudah cukup, kami beranjak pergi ke taman. Kuakui taman disini memang sejuk. Kami duduk di pinggir audit. Dia membuka laptopnya, katanya dia ingin melanjutkan cerpennya. Sayangnya, laptop yang akan dipakainya itu lowbet, batrainya hanya tersisa 5% dan dia tidak jadi mengerjakan cerpennya. Kemudian dia membuka file yang berisi pelajaran nahwu. Dia menyuruhku membaca arab gundul. Sebenarnya ini adalah pekerjaan yang paling membuatku malas, membaca arab gundul. Dengan hati yang tegar, aku pun membacanya. Dan katanya bacaanku bagus tapi ada yang salah, tuturnya. Dia memang sangat piawai dalam bidang ini.

Dia pun membuka sebungkus rokok dan mencari korek. Namun, koreknya tidak ada d dalam tasnya, katanya tertinggal di kelas tadi. Kami pun merapihkan perlengkapan kami  untuk pindah ke tempat lain, sembari dia mencari pinjaman korek ke orang lain.

Kami berjalan ke sisi audit yang lainnya. Ternyata, ada banyak orang yang duduk disana.
"Tuh ada yang punya korek", kataku padanya.
Kami pun bersinggah disana, dia meminjam korek. Disebelah sang pemilik korek, ada seorang perempuan cantik yang aku kenal, Rifa. Aku asik mengobrol dengan Rifa dan dia juga asik mengobrol dengan sang pemilik korek tersebut.

Aku sempat mendengar pembicaan si M dengan sang pemilik korek.
"Jurusan apa mas?", tanya sang pemilik korek ke si M.

"SKI (sejarah kebudayaan islam)", dia berbohong! haha. Sebenarnya jurusan dia bukan itu, dia satu jurusan denganku. Tetapi entah mengapa dia menyebutkan jurusan lain dan tidak jujur dengan sang pemilik korek itu? Entahlah, haha.

Dia pun bertanya balik ke sang pemilik korek, "kalau sampean jurusan apa?".

"Kalau saya di gedung 4 lantai tanpa lift yang tanpa lift itu mas", sambil menunjuk gedung fdi.

Si M meledek sang pemilik korek karena sebelum kami berdua datang ke tempat ini, sang pemilik korek dengan teman perempuanku ini sedang duduk berduaan.
"Sampean lagi ngapain toh berduaan disini", ledek si M.
"Aku habis meminjam buku darinya",kata temanku si Rifa it
"Ah masa?", ledek si M pada teman perempuanku ini.
"Nih bukunya kalau ga percaya", kata si cewe sambil menunjukkan bukunya pada si M.

Sang pemilik korek pun mulai beraksi, "lah kamu juga ngapain berduaan sama dia (menunjuk ke arahku)?".
"Aku habis belajar dengannya, tuh lihat saja pegangannya, buku teori kritik sastra, dia anak BSA", dia menunjuk ke arahku.
Aku hanya tersenyum padanya, padahal buku yang aku pegang ini adalah bukunya si M, dasar aneh! Haha.

"Kalau di Adab (sebutan untuk fakultasku), skripsinya pakai bahasa arab juga ya?", tanya si sang pemilik korek kepada si M.

"Tuh tanya anak BSA", kata si M menunjuk ke arahku. (Padahal dia sendiri juga anak BSA).

Aku pun menjawab pertanyaan sang pemilik korek, "iya pakai bahasa Arab".

"Kalau sampean nanti gimana skripsinya?", tanya sang pemilik korek kepada si M.

"Kalau saya mah akan membahas peradabaan dan memakai bahasa indonesia, kan saya jurusan SKI mas", dia berbicara dengan fasih layaknya seorang mahasiswa SKI betulan .
Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya.

"Kamu kenal si A?", tanya sang pemilik korek kepada si M.

"Ohiya saya tahu, kenapa?", jawab si M.

"Dia tadinya di fdi, pindah ke sastra. Katanya tidak sanggup dengan pelajaran serta hafalan yang diwajibkan di fdi, seharusnya dia sekarang semester 3, tapi karena pindah jadi semester 1 lagi, saya juga serasa ingin pindah ke sastra", jawab sang pemilik korek.

"Oh. Banyak ya yang pindah dari fdi ke sastra, dia anak sastra malah ingin pindah ke fdi, katanya kurang tantangan kalau di sastra", ucap si M sambil menunjuk ke arahku.

Spontan sang pemilik korek langsung memandang ke arahku, mungkin karena kaget mendengar ucapan si M.
Aku pun menarik nafas, "berulah apalagi ini anak", tuturku dalam hati.

Aku pun memberikan jawaban ke sang pemilik korek, dengan jawaban yang bohong juga pastinya.
"Iya aku ingin pindah ke fdi, nanti semester 5, di sastra kurang menantang, tidak ada hafalan alqur'annya", ucapku sekenanya. Dia hanya senyam senyum saja melihatku(M).

Setelah dia menghabiskan rokoknya, dia pun berpamitan kepada sang pemilik korek. Aku juga ikut berpamitan kepada teman perempuanku dan sang pemilik korek itu juga tentunya. Kami berdua senyam senyum saja di jalan, aku tidak habis fikir dengan kelakuannya hari ini. Ternyata selain mahir dalam bahasa Arab, dia mahir juga dalam berbohong. Sungguh  seni yang luar biasa. Sastrawan hebat! Hahaha.

Aku berjalan menuju parkiran motor, mengantarkannya ke motornya, sebenarnya aku tidak mau berpisah dengannya, tapi apa boleh buat. Kali ini aku harus rapat sendirian tanpa kehadirannya. Katanya dia mau pulang, ada urusan penting. Aku juga tidak bisa memaksakannya. Aku juga pamit ke dia, "udah ya? Aku kesana".
Dia pun tersenyum sambil memakai helm.

Aku mendengar suara motornya, aku lirik sebentar ke arah kanan. Ya, benar! Itu dia. Ya sudahlah, dia juga akan pulang, peluhku.

Aku pun pergi ke basement, mencari teman-teman kepanitiaan lainnya. Ada ridwan, nurma, bahrul, dan beberapa teman lainnya. Namun, masih sedikit yang datang.

Tiba-tiba aku melihat dia!
Ah mungkin dia hanya ingin mengucapkan selamat kepada ka Johan yang baru saja selesai menjalani sidang skripsinya. Mungkin  setelah mengucapkan selamat, dia akan pulang, tebakku. Dia bersalaman dengan ka Johan. Aku melihatnya dari kejauhan. Dia melambaikan tangannya ke arahku. Aku ragu ingin mendekatinya. Aku takut dia kegeeran jika aku kesana. Nanti dikiranya aku masih kangen dengannya hihi.

Aku menahan diriku untuk tidak menghampirinya selama beberapa menit. Aku diam sendirian di tempat itu. Tetapi, semuanya goyah. Aku merasa malu juga jika berdiri sendiri disini dan tidak ada temannya. Di basement sangat ramai, semua orang membuat lingkarannya masing-masing untuk mengobrol.
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi menghampiri Ridwan yang ada di belakang dia. Aku melewatinya, ada perasaan senang, canggung serta malu. Aku pun menyapanya dan sedikit memegang lengan bajunya, sambil bertanya "ga balik?".
Lagi lagi dia hanya tersenyum.

"Gimana wan tentang game?", tanyaku pada ridwan.
Ridwan malah menyuruh Resti yang menjelaskannya padaku. Tapi, belum sempat Resti menjelaskan perihal tersebut padaku, rencana rapat kami di pindah ke lantai 7 dikarenakan suasana basement yang tidak kondusif untuk dipakai rapat. Akhirnya, kami semua pindah.

Aku dan dia pergi duluan menuju lantai 7, dipertengahan jalan kami bertemu dengan teman Thailand kami, Suraidah. Seperti biasa, ia pun meledek Suraidah. Tiba-tiba saja ada rasa cemburu muncul disana karena melihat dia berbicara berduaan dengan Suraidah, padahal itu adalah hal yang wajar. Aku merasa aneh sendiri dengan diriku, mengapa hatiku menjadi lebih sensitif dari sebelum, mengapa aku merasa marah hanya karena melihatnya ngobrol berdua dengan wanita lain. Aku buru-buru mengusir perasaan seperti itu, tidak mungkin juga kan aku melarangnya untuk mengobrol dengan wanita lain. Aku harus dewasa, fikirku.

Aku menunggu di depan lift. Setelah liftnya sampai di lantai 1 dan mengeluarkan isinya. Kami semua masuk ke dalam lift. Namun, dia tertinggal seorang diri di luar lift. Aku berada di paling pojok. Kurasa dia tidak melihatku. Dia pun pergi menuju tangga. Hebat! Dia akan naik tangga hingga lantai 7, semoga saja kakinya kuat. Kali ini dia menunjukkan kembali kecintaannya pada sang tangga. Selamat jalan hihi.

Aku sampai di lantai 7 tetapi dia belum sampai. Aku mencarinya, melihat lantai 4, mungkin saja dia sholat dulu. Tak lama, dia muncul. Dia senyum kepadaku.
"Udah sholat?", tanyaku.
Seperti biasa, dia hanya terdiam. Mungkin dia malas menjawabku, karena dari tadi aku menyuruhnya sholah melulu.

Kami masuk ke kelas di samping lift, AC nya dingin, papan tulisnya bagus. Kata dia, "lihat deh papan tulisnya, bagus ya kayak kaca".
"Iya, kayaknya punya anak fsh , adab mah belum punya yang kayak gini, fsh fasilitasnya selalu lebih bagus dibandingkan fakultas kita", jawabku sekenanya.

Saat kami sedang berdua, ada Resti masuk ke kelas itu. Akhirnya, dia mengobrol bersama Resti membicarakan acara diskusi. Aku hanya tertunduk lesu di kursi belakang, ngantuk. Sesekali Bahrul masuk ke kelas itu dan menyapaku, kemudian mengganggu aktivitas tidurku.

Tiba-tiba, ada OB yang ingin mematikan AC kelas tersebut dan ingin mengunci kelas itu juga. Kami semua keluar dari kelas itu. Aku duduk di samping lift bersama teman-teman panitia lainnya, rapat belum di mulai. Aku turun ke lantai 4 untuk pergi ke toilet, dikarenakan toilet di lantai 7 tidak ada air.

Setelah selesai dari kamar mandi, aku ikut duduk di  kursi depan kelas d lantai 7 tadi bersama  teman sekelasku, Azka. Aku senang duduk disitu karena cahayanya sangat terang.
"Zak tadi dicariin sama M", kata Azka.
"Ohiya", jawabku.

Tiba-tiba dia datang dan bertanya,  "Kemana? Aku cariin dari tadi".
"Abis dari toilet", jawabku.
Dia pun segera berdiri depanku, mengarahkan kamera handphonenya ke arahku dan Azka. Azka bergaya dengan kipas kuningnya. Aku pergi dari situ, karena aku malas untuk di foto. Aku merasa sudah sore, pasti mukanya jelek banget kalau difoto. Dan azka pun difoto sendirian hihi.

Aku menghampirinya untuk melihat hasil fotonya tadi. Dia malah membalikkan kameranya memakai kamera depan, dia bermaksud untuk berfoto. Aku mengarahkannya agar dia tidak menutupi cahaya. Aku tau dia ingin berfoto bersamaku hehe. Ciss.
Kemudian kami rapat. Rapat dengan dewan BPH acara Ta’aruf, dengan saksama kami dengarkan penjelasan kanda Erwin yang sedang memberikan arahan tentang pentingnya acara ini, mendobrak semangat teman-teman yang sempat layu krena mendengar info dari Press HMJ akan pindahnya tempat acara di sawangan. Padahal, kami semua panitia sudah terlanjur ucap kepada teman-teman peserta ta’aruf akan berlangsungnya acara di puncak bogor

Setelah usai  rapat, kami berdua turung tangga sembari berbicara tentang keadaan perut yang sedang lapar. sampai kami di besment, lambayan tanganku khusus dia dengan penuh kasih sayang gejolak hatiku seakan tak nyaman ketika ia berseru dengan suara yang lemas.

"Aku lapar...!!!" serunya dengan muka yang melas.

Aku diam tak menjawab seruanya. bukan berarti aku tak iba, namun, waktu yang tidak mendukung kita berdua untuk lama bertemu. dan keyakinanku akan pertemuan dan perjumpaan kembali akan tiba saatnya dimana adanya perpisahan itu untuk kembalinya pertemuan.

Perpisahan aku dengannya tadi, merupakan perpisahan yang akan dipertemukan kembali oleh Allah SWT. aku yakin dengan itu. Sekali lagi, aku ucapkan "Tidak akan ada pertemuan sebelum adanya perpisahan. begitu juga, tidak akan ada perpisahan tampa adanya pertemuan". ini sudaha hukum alam. Pesanku kepdanya. "Aku mencintaimu krena melihat sosok Dilan yang ada di dalam Novel itu".


No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...