Thursday 21 January 2021

Banyak Mikir & Dikit Bertindak

 

Perempuan Mencari Jati Diri



Sore kali ini saya dihadapi oleh sosok perempuan yang saban harinya senang memikirkan setiap masalah yang ada di dalam dirinya sendiri. Sebut saja namanya “rara”, sosok perempuan cerdas dan pintar dalam bidang pendidikan dan menejemen ekonomi ini sering kali dirundung masalah seputar kpribadian dan kebutuhan hidupnya sendiri. Ia juga sosok wanita pemikir, kalau tidak sukar dikatakan perempuan itu bahkan over ide-ide bagus dari hasil pemikiranya. Tapi sayang seribu sayang, dirinya enggan “mageran” dalam bertindak atau mengaplikasikan buah ide dari hasil pemikiranya itu dalam bentuk tindakan “amaliyah”. Sehingga, perempuan itu lebih merasakan banyak masalah dalam hidupnya  ketimbang meraih kesuksesan dari buah ide-ide cemerlangnya itu.

Suatu ketika, tepatnya 21 januari 2021, hari kamis sore ia berusaha mengungkapkan kepadaku rasa sesak di hatinya itu. Rasa yang mungkin tak lagi mampu ia pendam sendiri dan mungkin menurutnya bila rasa sesak, gelisah dan sunyi-sepi ini dibiarkan akan semakin menjadi-jadi. Seraya berakata:

 “kang... hari ini saya banyak pikiran, mulai dari maslah bimbel, sekolahan, dan jualan roti juga sate”. Tuturnya kepadaku melalui pesan wattsap.

“kenapa dengan bimbelmu memangnya nenk?” tanyaku dengan tertib, seakan ingin memulai pemabahsan satu persatu dulu.

 “begini kang, saya kan di rumah buka bimbel, fasilitas sudah ada, mulai dari meja belajar, papan tulis, dan ruang khusus selebear 4x4 persegi bangunan”. Berusaha menjelaskan niatnya.

“hem, terus kendalanya apa emangnya nenk? Bukankah semua yang kau ceritakan sudah baik, bahkan sudah memenuhi syarat layaknya suatu lembaga pendidikan". Berusaha menjelaskan timpalku.

“iya kang benar katamu, namun kendala saya bukan di situ! Kendalaku ada pada mereka yang sudah mengikuti kelas bimbelku selama 3 bulan lalu”. Tuturnya agak abstarak, sampai-sampai saya tidak menemui cela untuk bertanya lagi, karena menurutku semua yang ia tuturkan itu sudah baik, mulai dari ada bangunan, perlatan belajar yang lengkap, dan sudah ada peserta didik yang ingin belajar.

“lalu apa kendalamu nenk? Aku bingung, bukankah semua yang kau ceritakan itu semua masa depanmu? Lalu apa yang membuat dirimu kepikiran sampai menghubungiku nenk?” tanyaku sambil lirih dan penuh perhatian yang sangat mendalam kepadanya.

“begini kang, jadi ada sekitaran 10 murid awal-awal aku buka bimbel itu belajar di tempat bimbelku, lambat laun mereka semua hilang satu persartu. Sampai yang tersisa hanya tiga orang saja, sebut saja namanya amel, meli, dan ali kang..” jelasnya dengan tutur kata yang lugas.

“owalah masalah anak didik bimbelmu yang saban hari berkurang tah nenk masalahnya?” tanyaku berusaha untuk mengerti kata demi kata yang ia utarakan pada waktu itu.

“bukan itu kang maksudku” dengan nada lumayan tinggi ia katakan.

 “lalu? Kalau bukan karena itu, karena apa nenk?” tanyaku berusaha lagi untuk lebih mengerti jalan pemikiranya.

“karena mereka tidak ada yang bayar bimbel, masa iya aku sudah ngajar cape-cape, waktu luangku sudah ku hadiahkan kepada mereka, dan segenap jiwa ragaku telah ku berikan kepadanya, mereka tidak ada yang bayar usaha kerasku ini kang?” teridam, sunyi sebentar sama-sama menemani ia denganku.

“apa yang harus kamu lakukan ketika dirimu ada dalam posisiku ini?” lanjut tanya dari bibir cerwetnya itu.

“oh.... itu tah masalahnya, maaf ya nenk sebelumnya akang agak lama mendapatkan pesan katamu itu”. Berusaha mengurangi tekanan tinggi darah. “kalau aku dalam posisimu, aku akan melakukan satu hal; sholat subuh dan magrib di tempat bimbelmu itu”. Ujarku sembari menyeruput kopi sore kala itu.

“loh apa hubungnya dengan sholat kang? Kalau begitu mah bukan solusi, kamu sama saja menyuruhku untuk mengajar ngaji!” dengan nada tinggi ya katakan.

“bukan itu maksudku nenk, aku memberimu solusi tentang masalah yang kau hadapi dengan sholat subuh dan magrib di tempat bimbelmu itu tujuanya adalah agar tempatmu berkah, karena di mana Tuhan sudah memberkahi suatu tempat atau perkumpulan, disitu akan turun rezki”. Jawaku sok-sok tahu agama.

“aku belum paham dengan maksud dari solusi yang kau berikan kang!”. Dengan penuh kata penasaran ia menjawabnya.

“begini nenk sederhananya, kamu kan udah usaha selama 3 bulan mengajar mereka kan, coba usahamu disertai dengan doa atau munjat kepada Dzat yang memiliki hati anak didikmu, akang yakin semua keinginan mu akan tersampaikan, terwujud dan bukan sekedar kata kenginan lagi. Mencoba untuk menjelaskan kepadanya dengan suara lantang dan penuh semangat.

“dan jangan lupa ya nenk, setelah sholat magrib baca surat ar-Rahman kemudian berdoalan kepada-Nya agar tempat bimbelmu diberkahi, begitu juga di sholat subuhmu dengan surat al-waqiah, kali saja tempatmu diberi rizeki yang tak terduga-duga.” Jelasku sambil menyetut rokok yang ada di jari-jemariku.

“............................................................” bersambung, dijawab dengan sunyi tanpa ada terima kasih. Wassallam

Setelah henphone ku matikan, aku bergumam sendiri dalam hati ini, kog ada ya orang banyak masalah dan banyak mikir? Kenapa gk dikerjakan gitu, agar masalahnya mengurang, ya setidaknya kalau tidak mengurang bisa nemu jawaban dari tindakan yang ia kerjakan. Karena bagaimana mungkin kita bisa menjadi benar, tanpa ada kesalahan? Takut bertindak artinya takut menerima kesuksesan, takut sukses, artinya sedang merayakan kebodohan kesekian kalinya.

No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...