Penggalan
Puisi Khudaifah al-Arje
عشقت
وتدري أن حبك هالك
ومت قد شاهدت قبلك ألف ميت
ولم
تتريث قبل موتك مثلهم
ولم تتعظ، مما رأيت ولا انتهيت
جنيت
على قلب وروح ومهجة
بربك ماذا من محبتهم جنيت؟
Kau mencintai, dan kau tahu
cintamu akan binasa
Kau mati, dan kau tahu
sebelummu ada seribu mayat
Cepat atau lambat kau akan
merasakan seperti mereka
Dan kamu tak sempat berwasiat
tentang sesuatu yang kau liat
Kau lukai hati, ruh, dan jiwamu sendiri
Dan kepada Tuhanmu, kau bertanya
apa yang ku dapat dari mecnintanya?
Seperti mana
puisi, akan selalu menyimpan teka-teki makna tersendiri. Namun pada setiap kata
yang tertuang dalam puisi adalah Tuhan bagi pembaca untuk memaknainya. Hal ini
disadari atau tidak, para kritkus sastra akan merasakan hal yang demikian,
sekali pun memang tidak akan pernah lepas dengan beberapa teori kritik sastra
yang dikuasainya.
Dalam penggalan puisi Khudaifah
al-arje ingin menyampaikan suatu pesan penting kepada kita, bahwa cepat atau
lambat orang yang kita cintai itu akan meninggalkan kita, begitu juga kita akan
menyusulnya. Hal ini dilukiskan pada bait ke dua, ia menggunakan kata لم تتريث yang artinya adalah tidak pelan-pelan (cepat atau
lambat) yang disangdingkan dengan kata قبل موتك مثلهم hal ini memiliki estetika makna
tersendiri. Artinya sebelum kematian mu, secepatnya dirimu akan menyusul
mereka, bahkan sama persis dengan mereka (yang mati disebabkan cinta). Hal ini
menandakan bahwa dicintai atau mencintai
memiliki resiko yang sama, kalau tidak ditinggal mati bagi yang mencintai, bisa
jadi yang dicintai mati dikarenakan menahan cintanya kepada orang yang telah
meninggalkannya. Mungkin jadi hal ini yang disebut dengan cinta mati?
Karena sangat cepat sekali kematian
itu akan menjemput ajal para pecinta, sampai-sampai tak sempat berwasiat (dalam
arti memberikan wejangan) kepada kekasihnya. Hal ini menyebabkan hati terluka,
ruh yang berpisah dengan jasad, dan jiwa yang terjamah dengan rindu yang tak
sempat disalurkan dengan pertemuan. Dan yang menarik adalah ending/bagian akhir
dari pada puisinya Khudaifah al-Arje, menyisipkan sebuah pertanyaan sebagai
jawaban dari setiap kata yang ada dalam setiap bait di atas. Yaitu; memang
benar, kepada Tuhanlah cinta yang layak diabdikan, disetiakan, dijadikan
sebagai dalih dalam keutuhan hubungan antar manusia kepada Tuhannya, mau pun
manusia sesamanya. Dengan tajuk pertanyaan yang sangat memukau pembaca, apa
yang ku dapat dari mecnintanya? Jawabnya adalah kematian! Kenapa? Karena sama
seperti sebelumnya, terdapat seribu jiwa yang menjadi mayat disebabkan cinta.
puisi ini membuat diri saya tersentuh kang
ReplyDelete