Monday 20 July 2020

Cinta Mati: dalam Puisinya Khudaifah al-Arje

Penggalan Puisi Khudaifah al-Arje


عشقت وتدري أن حبك هالك
ومت قد شاهدت قبلك ألف ميت

ولم تتريث قبل موتك مثلهم
ولم تتعظ، مما رأيت ولا انتهيت

جنيت على قلب وروح ومهجة
بربك ماذا من محبتهم جنيت؟

Kau mencintai, dan kau tahu
cintamu akan binasa
Kau mati, dan kau tahu
sebelummu ada seribu mayat

Cepat atau lambat kau akan
merasakan seperti mereka
Dan kamu tak sempat berwasiat
tentang sesuatu yang kau liat

Kau lukai hati, ruh, dan jiwamu sendiri
Dan kepada Tuhanmu, kau bertanya
apa yang ku dapat dari mecnintanya?

          Seperti mana puisi, akan selalu menyimpan teka-teki makna tersendiri. Namun pada setiap kata yang tertuang dalam puisi adalah Tuhan bagi pembaca untuk memaknainya. Hal ini disadari atau tidak, para kritkus sastra akan merasakan hal yang demikian, sekali pun memang tidak akan pernah lepas dengan beberapa teori kritik sastra yang dikuasainya.

            Dalam penggalan puisi Khudaifah al-arje ingin menyampaikan suatu pesan penting kepada kita, bahwa cepat atau lambat orang yang kita cintai itu akan meninggalkan kita, begitu juga kita akan menyusulnya. Hal ini dilukiskan pada bait ke dua, ia menggunakan kata لم تتريث yang artinya adalah tidak pelan-pelan (cepat atau lambat) yang disangdingkan dengan kata قبل موتك مثلهم hal ini memiliki estetika makna tersendiri. Artinya sebelum kematian mu, secepatnya dirimu akan menyusul mereka, bahkan sama persis dengan mereka (yang mati disebabkan cinta). Hal ini menandakan bahwa  dicintai atau mencintai memiliki resiko yang sama, kalau tidak ditinggal mati bagi yang mencintai, bisa jadi yang dicintai mati dikarenakan menahan cintanya kepada orang yang telah meninggalkannya. Mungkin jadi hal ini yang disebut dengan cinta mati?

            Karena sangat cepat sekali kematian itu akan menjemput ajal para pecinta, sampai-sampai tak sempat berwasiat (dalam arti memberikan wejangan) kepada kekasihnya. Hal ini menyebabkan hati terluka, ruh yang berpisah dengan jasad, dan jiwa yang terjamah dengan rindu yang tak sempat disalurkan dengan pertemuan. Dan yang menarik adalah ending/bagian akhir dari pada puisinya Khudaifah al-Arje, menyisipkan sebuah pertanyaan sebagai jawaban dari setiap kata yang ada dalam setiap bait di atas. Yaitu; memang benar, kepada Tuhanlah cinta yang layak diabdikan, disetiakan, dijadikan sebagai dalih dalam keutuhan hubungan antar manusia kepada Tuhannya, mau pun manusia sesamanya. Dengan tajuk pertanyaan yang sangat memukau pembaca, apa yang ku dapat dari mecnintanya? Jawabnya adalah kematian! Kenapa? Karena sama seperti sebelumnya, terdapat seribu jiwa yang menjadi mayat disebabkan cinta.

           


1 comment:

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...