Kandungan Makna Ayat 24-26
Berhubungan dengan pembahsan yang sudah dijelaskan di muka, bahwa makalah
ini sengaja dibuat untuk menganalisis arti kandungan ayat dalam al-Quran
tepatnya pada surat Ibrahim ayat ke 24-26. Mencari tasbih dalam ayat tersebut dengan menggunakan metode yang ada
pada pembahasan sebelumnya. Maka dari itu, surat tersebut ingin dianalisis dari
segi tasbih. Karena dalam ayat tersebut terdapat tasbih yang sangat menarik
untuk dikajianya. Demikian surat beserta ayatnya:
ألم تر كيف ضرب الله مثلا كلمة
طيبة كشجرة طيبة أصلها ثابت وفرعها في السماء تؤتي أكلها كل حين بإذن
ربها ويضرب الله الأمثال للناس لعلهم يتذكرون. ومثل كلمة خبيثة كشجرة
خبيثة اجتثت من فوق الأرض مالها من قرار. (ابراهيم 24-26)
“Tidakkah kamu melihat bagaimana Allah telah memberikan perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya ke
langit. Allah membuat perumpamaan-perumpamaaan untuk manusia supaya mereka
selalu ingat. Dan perumpamaan-perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang
buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat
tetap (tegak) sedikitpun” . (Qs. Ibrahimi {24-26}).
Ayat di atas terdapat unsur tasbih yang jelas, hal
ini ada pada kalimat yang digaris bawahi. karena terdapat rukun-rukunya tasbih.
Berupa musabbah, musabbah bihi, dan adat tasbih. Karena rukun tasbihnya
lengkap, maka dikatakan tasbih mursal dan mujmal. Hal ini, jika dilihat dari
ada atau tidaknya adat tasbih dan wajah sibehnya. Maka, jika diuraikan secara
terperinci sebagaimana berikut:
Pada lafad كلمة طيبة كشجرة طيبة terdapat tasbih, karena sudah memenuhi syarat dari sekian
syarat-syarat tasbih. Yaitu, ada musabbah (كلمة طيبة) adat tasbih (ك), dan musabbah bihinya berupa (شجرة طيبة).
Meskipun yang wajib dalam suatu kalimat
ingin dikatakan ada unsur tasbihnya itu harus ada dua rukun, yaitu musabbah dan
musabbah bihinya. Namun, boleh juga kalaupun lengkap rukun-rukunya, dan hal ini
sangat membantu para peneliti untuk memahami apa yang ada dalam kalimat
tersebut. Berbeda dengan penganalisisan suatu kalimat yang ada unsur tasbihnya
namun yang ada di dalamnya hanya musabbah dan musabbah bihinya saja.
Jika merujuk kepada
kitab-kitab tafsir yang ada, maka akan ditemukan beberapa penjelesan mengenai
arti yang dimaksud pada kalimat كلمة طيبة. Dalam kalimat tersebut jika diartikan
secara harfiyah memiliki arti (kalimat yang baik). Nah, tentunya belum dapat
dimengerti secara mendalam jika diartikan sebagaimana makna harifiyahnya.
Disinilah fungsi tasbih berlaku pada kalimat tersebut.
Dalam tafsir sfwatut tafasir
karya Muhammad ali as-Shobuny, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kata كلمة طيبة
adalah kalimat iman, yaitu syahadat. Sementara untuk kalimat شجرة طيبة memiliki
arti orang mukmin. Untuk kalimat sesudahnya أصلها ثابت
وفرعها في السماء diartikan
sebagai “yang akarnya teguh di bumi dan pohonya menculang tinggi ke langit”.
Sementara di kalimat sesudahnya تؤتي أكلها كل حين memiliki arti “pohon itu selalu memberikan
buah disetip waktunya”. Dari semua makna tersebut Muhammad ali as-Shobuny
memiliki kesimpulan bahwa yang dimaksud dalam ayat di atas adalah “Kalimat iman
itu akan senantiasa ada dalam hati orang mukmin dan amalnya sampai ke langit
(diterima oleh-Nya), begitu juga di setiap amalnya, diakan mendapatkan pahala
di setiap waktunya”.
Dalam tafsir durrul Mansur fi
tasfsiri Ma’sur karya jalaluddin yang mengutip dari beberapa hadist dari ibn
jarir dan ibn abi hatim menjelaskan bahwa, كلمة طيبة memiliki arti pohon korma yang selalu
memberikan manfaat baik itu buahnya maupun batangnya sama halnya dengan كلمة
طيبة yang memberikan manfaat
kepada temannya di dunia dan akhirat.
Dalam tafsir al-Misbah karya
M. Quraish Shihab dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kalimat كلمة طيبة (kalimat yang
baik) para ulama masih berbeda pendapat. Ada yang berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan kalimat yang baik adalah
kalimat tauhid, atau iman, bahkan ada pula yang memahaminya menunjuk kepada
pribadi seorang mukmin. Namun, pada intinya kesemua ulama bermuara kepada satu
tujuan atau alur, yaitu kalimat tauhid.
Begitu
juga dengan ayat sesudahnya, yang mana sebagai kebalikan dari ayat yang
sebelumnya. Di ayat yang sebeumnya dijelaskan tentang kalimat yang baik bagaikan
pohon yang baik. Berbeda dengan ayat sesudahnya, yang artinya adalah kalimat
yang buruk bagai pohon yang buruk. Dalam ke dua ini sama-sama memiliki unsure
tasbih didalamnya. Yaitum berupa tasbih mursal dan mujmal. Karena wajah sibeh
tidak disebutkan sementar adat tasbihnya disebutkan. Untuk urainnya, sama
persis dengan ayat yang sebelumnya.
No comments:
Post a Comment