Monday 4 December 2017

Unsur Tasbih Dalam Surat Ibrahim Ayat 24-26



 Kandungan Makna Ayat 24-26
 Hasil gambar untuk al quran
Berhubungan dengan pembahsan yang sudah dijelaskan di muka, bahwa makalah ini sengaja dibuat untuk menganalisis arti kandungan ayat dalam al-Quran tepatnya pada surat Ibrahim ayat ke 24-26. Mencari tasbih dalam ayat tersebut dengan menggunakan metode yang ada pada pembahasan sebelumnya. Maka dari itu, surat tersebut ingin dianalisis dari segi tasbih. Karena dalam ayat tersebut terdapat tasbih yang sangat menarik untuk dikajianya. Demikian surat beserta ayatnya:
ألم تر كيف ضرب الله مثلا كلمة طيبة كشجرة طيبة أصلها ثابت وفرعها في السماء تؤتي أكلها كل حين بإذن ربها ويضرب الله الأمثال للناس لعلهم يتذكرون. ومثل كلمة خبيثة كشجرة خبيثة اجتثت من فوق الأرض مالها من قرار. (ابراهيم 24-26)
Tidakkah kamu melihat bagaimana Allah telah memberikan perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya ke langit. Allah membuat perumpamaan-perumpamaaan untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan-perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun” . (Qs. Ibrahimi {24-26}).
Ayat di atas terdapat unsur tasbih yang jelas, hal ini ada pada kalimat yang digaris bawahi. karena terdapat rukun-rukunya tasbih. Berupa musabbah, musabbah bihi, dan adat tasbih. Karena rukun tasbihnya lengkap, maka dikatakan tasbih mursal dan mujmal. Hal ini, jika dilihat dari ada atau tidaknya adat tasbih dan wajah sibehnya. Maka, jika diuraikan secara terperinci sebagaimana berikut:
Pada lafad كلمة طيبة كشجرة طيبة terdapat tasbih, karena sudah memenuhi syarat dari sekian syarat-syarat tasbih. Yaitu, ada musabbah (كلمة طيبة) adat tasbih (ك), dan musabbah bihinya berupa (شجرة طيبة).  Meskipun yang wajib dalam suatu kalimat ingin dikatakan ada unsur tasbihnya itu harus ada dua rukun, yaitu musabbah dan musabbah bihinya. Namun, boleh juga kalaupun lengkap rukun-rukunya, dan hal ini sangat membantu para peneliti untuk memahami apa yang ada dalam kalimat tersebut. Berbeda dengan penganalisisan suatu kalimat yang ada unsur tasbihnya namun yang ada di dalamnya hanya musabbah dan musabbah bihinya saja.
Jika merujuk kepada kitab-kitab tafsir yang ada, maka akan ditemukan beberapa penjelesan mengenai arti yang dimaksud pada kalimat  كلمة طيبة. Dalam kalimat tersebut jika diartikan secara harfiyah memiliki arti (kalimat yang baik). Nah, tentunya belum dapat dimengerti secara mendalam jika diartikan sebagaimana makna harifiyahnya. Disinilah fungsi tasbih berlaku pada kalimat tersebut.
Dalam tafsir sfwatut tafasir karya Muhammad ali as-Shobuny, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kata كلمة طيبة adalah kalimat iman, yaitu syahadat. Sementara untuk kalimat شجرة طيبة memiliki arti orang mukmin. Untuk kalimat sesudahnya أصلها ثابت وفرعها في السماء diartikan sebagai “yang akarnya teguh di bumi dan pohonya menculang tinggi ke langit”. Sementara di kalimat sesudahnya تؤتي أكلها كل حين memiliki arti “pohon itu selalu memberikan buah disetip waktunya”. Dari semua makna tersebut Muhammad ali as-Shobuny memiliki kesimpulan bahwa yang dimaksud dalam ayat di atas adalah “Kalimat iman itu akan senantiasa ada dalam hati orang mukmin dan amalnya sampai ke langit (diterima oleh-Nya), begitu juga di setiap amalnya, diakan mendapatkan pahala di setiap waktunya”.
Dalam tafsir durrul Mansur fi tasfsiri Ma’sur karya jalaluddin yang mengutip dari beberapa hadist dari ibn jarir dan ibn abi hatim menjelaskan bahwa, كلمة طيبة memiliki arti pohon korma yang selalu memberikan manfaat baik itu buahnya maupun batangnya  sama halnya dengan كلمة طيبة yang memberikan manfaat kepada temannya di dunia dan akhirat.
Dalam tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kalimat كلمة طيبة  (kalimat yang baik) para ulama masih berbeda pendapat. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kalimat yang baik adalah kalimat tauhid, atau iman, bahkan ada pula yang memahaminya menunjuk kepada pribadi seorang mukmin. Namun, pada intinya kesemua ulama bermuara kepada satu tujuan atau alur, yaitu kalimat tauhid.
Begitu juga dengan ayat sesudahnya, yang mana sebagai kebalikan dari ayat yang sebelumnya. Di ayat yang sebeumnya dijelaskan tentang kalimat yang baik bagaikan pohon yang baik. Berbeda dengan ayat sesudahnya, yang artinya adalah kalimat yang buruk bagai pohon yang buruk. Dalam ke dua ini sama-sama memiliki unsure tasbih didalamnya. Yaitum berupa tasbih mursal dan mujmal. Karena wajah sibeh tidak disebutkan sementar adat tasbihnya disebutkan. Untuk urainnya, sama persis dengan ayat yang sebelumnya.

No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...