BAB KALAM
الكلام
Dari ilmu shorof berpindah ke ilmu nahwu. Kemarin sudah dibahas
mengenai pembahasan utama dalam ilmu shorof dan sekarang waktunya membahas
pembahasan utama yang selalu dibahas dalam setiap kitab nahwu. Dari kitab jurumiyah
hingga alfiyah pembahasan dalam kitab-kitab tersebut selalu diawali
dengan bab kalam. Kali ini penulis akan membahas mengenai pembahasan bab
kalam dari kitab nahwu yang paling dasar yaitu jurumiyah.
Dalam kitab jurumiyah disebutkan
الكلام هو
اللفظ المركب المفيد بالوضع
Kalam adalah lafadz yang tersusun, dapat
dimengerti, dan sengaja disusun.
Kata kalam yang jika diartikan ke dalam
bahasa Indonesia berarti ucapan ialah suatu lafadz yang tersusun dari beberapa
kata yang dapat dimengerti dan disusunnya secara sengaja atau dalam keadaan
sabar.
Selanjutnya, penulis ingin memaparkan
tarkib dari setiap kata per kata pada kutipan di atas
الكلام
Berkedudukan sebagai mubtada.
Dianggap sebagai mubtada karena kemasukan amil ma’nawi yaitu ibtida’,
isti’anah, atau bisa juga disebut awalan. Karena kata ini
berkedudukan sebagai mubtada maka hukum bacanya di baca rafa’.
Kata kalam merupakan isim mufrad sehingga tanda rafa’nya berupa
dhommah. Jadi kata ini dibaca “al-kalamu”
هو
Berkedudukan sebagai khabar dari mubtadnya
yaitu kalam.
Apabila ada yang mengatakan kala huwa ini
adalah dhomir fashal maka itu adalah perkataan yang keliru. Karena pada
dasarnya dhomir fashal itu tidak memiliki tempat kembali (marji’).
Sedangkan, huwa di atas kembali kepada kata kalam.Kata ini dibaca huwa.
اللفظ
Berkedudukan sebagai khabar dari huwa. Oleh
sebab ia merupakan khabar, maka ia wajib dibaca rafa. Tanda rafa’ dari isim
mufrad adalah dhommah. Kata ini dibaca al-lafdzu
المركب
Berkedudukan sebagai na’at dari kata
lafadz. Hukui i’rob na’at adalah mengikuti kata sebelumnya. Karena kata lafadz
dibaca marfu, maka kata murakkab ini juga harus dibaca marfu karena ia
merupakan na’at dari kata sebelumnya. Kata ini dibaca al-murakkabu
المفيد
Berkedudukan sebagai na’at dari kata
lafadz. Hukui i’rob na’at adalah mengikuti kata sebelumnya. Karena kata lafadz
dibaca marfu, maka kata murakkab ini juga harus dibaca marfu karena ia
merupakan na’at dari kata sebelumnya. Kata ini dibaca al-mufidu
بالوضع
Kata ini berkedudukan sebagai jar majrur.
Disebut jer-majrur karena diikuti oleh huruf jer yaitu ba. Kata yang jatuh
setelah huruf jar maka wajib dibaca jar/khafadz. Sehingga kata wadh’i di atas
dibaca bil-wadhi’
Cukup sekian pembahasan yang dapat penulis
sampaikan tentang pembukaan bab kalam. Untuk pengerti lafadz, murakkab,
mufid, dan wadhi’ akan dibahas lebih detail pada tulisan
berikutnya.
الكلام itu terbuat dari isim apa?
ReplyDelete