Mawar dan Duri
Banyak
orang bilang, kalau bunga mawar adalah implementasi dari sesuatu yang
indah-indah. Baik indah dari segi
internal maupun eksternalnya. Hal ini dapat dibuktikan ketika para keritikus
sastra menggambarkan sesuatu yang mereka rasakan dan itu kerap terjadi ketika
perasaan seorang sastrawan yang sedang mengalami kasmaran tinggi terhadap orang
yang mereka sayang dan kasihi menimbulkan untain kata-kata yang mereka anggap
sama dengan apa yang mereka rasakan. Kejadian ini juga sering kali menimpa
orang yang masih pemula merasakan kasamaran atau sering kali disebut orang yang
baru saja pubertas atau ABG. Kata-kata romantis yang sering dikenal dengan
istilah “gombal” kerap dilontarkan oleh orang-orang yang masih merasakan
kehangatan cinta hadir dalam kehiupanya. Namun, apa sebenarnya yang sering
dianalogikan untuk mengatakan kata “cinta” dalam menjalin hubungan tersebut?
“Mawar” adalah kata kiyasan bagi
para pujangga dalam menggambarkan suatu kejadian yang mereka rasakan. Tentunya,
kejadian tersebut bukan suatu hal yang sifatnya masih mengambang jauh dalam
hayal yang panjang. Karena gamabaran tersebut pada hakikatnya sudah nyata dalam
kenyataan yang tampak jelas mereka rasakan. Itulah sebabnya, para pujangga
sering mendahulukan perasaan yang mereka alami ketika menggubah sajaknya. Dan itu
tertuang dengan sendirinya bukan karena membuat-buat suatu kata kiyasan yang
seharusnya memang sepadan dengan apa yang mereka rasakan.
Begitu juga dengan istilah “duri”
yang memang sering juga di gunakan oleh para pujuangga dalam mengtakan kata
kiyasan dalam arti “luka” atau pun arti yang hampir dekat maknannya dengan kata
luka tersebut. Kata ini sering dikeluarkan atau digunakan oleh orang-orang yang
biasanya sedang patah hati atas keputusan pihak lain yang menimpa sang penutur
kata tersebut. Maka, jangan kaget ketika dari awal menjalin hubungan percintaan
ini para pecinta sering mengtakan mawar bagi cintanya sendiri. Karena layaknya
buangan mawar yang sedang subur-suburnya, pasti orang yang disekitarnya
merasakan bau yang sumerbak darinya. Begitu juga dengan hubungan sudah lapuk
dan layu dengan sebuah pengkhinatan, tentunya akan dilukiskan dengan sebuah
untaian kata “luka”. Karena mawar yang sempat tumbuh subur berkembang nan bauh
yang sumerbak telah memberikan duri di dalam hatinya.
Itulah sebabanya, bunga “Mawar”
beserta “Durinya” tak bisa dipisahkan. Karena di mana ada mawar, di situ ada
durinya. Begitu juga dengan cinta, di mana ada rasa cinta yang sedang
hangat-hangatnya tumbuh berkembang dalam hati nan sanubari, maka akan layu
secepat mungkin karena kurangnya perawatan dari orang yang memilikinya. Yang akan
mengahsilkan duri di balik kelayauannya.
Dari sinilah, sang pecinta cinta
akan merasakan sakitnya “duri” mawar yang sempat mereka puja dan puiji di
setiap harinya menjadi bumerang dalam kehidupannya.
Selamat memabaca...
Salam Perjuangan...!
Salam Perjuangan...!
No comments:
Post a Comment