Monday 16 October 2017

Mawar dan Duri

Mawar dan Duri

          Banyak orang bilang, kalau bunga mawar adalah implementasi dari sesuatu yang indah-indah.  Baik indah dari segi internal maupun eksternalnya. Hal ini dapat dibuktikan ketika para keritikus sastra menggambarkan sesuatu yang mereka rasakan dan itu kerap terjadi ketika perasaan seorang sastrawan yang sedang mengalami kasmaran tinggi terhadap orang yang mereka sayang dan kasihi menimbulkan untain kata-kata yang mereka anggap sama dengan apa yang mereka rasakan. Kejadian ini juga sering kali menimpa orang yang masih pemula merasakan kasamaran atau sering kali disebut orang yang baru saja pubertas atau ABG. Kata-kata romantis yang sering dikenal dengan istilah “gombal” kerap dilontarkan oleh orang-orang yang masih merasakan kehangatan cinta hadir dalam kehiupanya. Namun, apa sebenarnya yang sering dianalogikan untuk mengatakan kata “cinta” dalam menjalin hubungan tersebut?
            “Mawar” adalah kata kiyasan bagi para pujangga dalam menggambarkan suatu kejadian yang mereka rasakan. Tentunya, kejadian tersebut bukan suatu hal yang sifatnya masih mengambang jauh dalam hayal yang panjang. Karena gamabaran tersebut pada hakikatnya sudah nyata dalam kenyataan yang tampak jelas mereka rasakan. Itulah sebabnya, para pujangga sering mendahulukan perasaan yang mereka alami ketika menggubah sajaknya. Dan itu tertuang dengan sendirinya bukan karena membuat-buat suatu kata kiyasan yang seharusnya memang sepadan dengan apa yang mereka rasakan.


            Begitu juga dengan istilah “duri” yang memang sering juga di gunakan oleh para pujuangga dalam mengtakan kata kiyasan dalam arti “luka” atau pun arti yang hampir dekat maknannya dengan kata luka tersebut. Kata ini sering dikeluarkan atau digunakan oleh orang-orang yang biasanya sedang patah hati atas keputusan pihak lain yang menimpa sang penutur kata tersebut. Maka, jangan kaget ketika dari awal menjalin hubungan percintaan ini para pecinta sering mengtakan mawar bagi cintanya sendiri. Karena layaknya buangan mawar yang sedang subur-suburnya, pasti orang yang disekitarnya merasakan bau yang sumerbak darinya. Begitu juga dengan hubungan sudah lapuk dan layu dengan sebuah pengkhinatan, tentunya akan dilukiskan dengan sebuah untaian kata “luka”. Karena mawar yang sempat tumbuh subur berkembang nan bauh yang sumerbak telah memberikan duri di dalam hatinya.
            Itulah sebabanya, bunga “Mawar” beserta “Durinya” tak bisa dipisahkan. Karena di mana ada mawar, di situ ada durinya. Begitu juga dengan cinta, di mana ada rasa cinta yang sedang hangat-hangatnya tumbuh berkembang dalam hati nan sanubari, maka akan layu secepat mungkin karena kurangnya perawatan dari orang yang memilikinya. Yang akan mengahsilkan duri di balik kelayauannya.
            Dari sinilah, sang pecinta cinta akan merasakan sakitnya “duri” mawar yang sempat mereka puja dan puiji di setiap harinya menjadi bumerang dalam kehidupannya.


Selamat memabaca...
Salam Perjuangan...!

No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...