Cinta Bukan
Canda Tawa
Ketika bibir ini tak
kuasa
masihkah mungkin memaksanya?
ini,bukan canda tawa belaka
yang penuh drama dan sandiwara
masihkah mungkin memaksanya?
ini,bukan canda tawa belaka
yang penuh drama dan sandiwara
Ini persoalan “rasa”
bukan “aroma”
Ini persoalan “cinta”
bukan juga “akal budidaya”
bukan “aroma”
Ini persoalan “cinta”
bukan juga “akal budidaya”
Marilah...
sejenak membayangkan perjuangan
tak kenal hujan deras
tak kenal dingin menggigil
tak kenal segala marabahaya
sejenak membayangkan perjuangan
tak kenal hujan deras
tak kenal dingin menggigil
tak kenal segala marabahaya
Demi rasa semuanya “iya”
demi cinta semuanya “amin”
pernakah berfikir sebentar
aku hadir karena keseriusan
demi cinta semuanya “amin”
pernakah berfikir sebentar
aku hadir karena keseriusan
Kalaupun pergi, itu untuk
bertemu kembali
kalaupun tak berasama lagi, itu awal perjumpaan kembali
kalaupun tak diinginkan lagi, itu awal diamini kembali
kalaupun tak disenangi lagi, itu awal dicintai kembali
kalaupun tak berasama lagi, itu awal perjumpaan kembali
kalaupun tak diinginkan lagi, itu awal diamini kembali
kalaupun tak disenangi lagi, itu awal dicintai kembali
Sekali merasa, untuk apa
diam?
sekali mencintai, untuk apa membisu?
sekali berkata-kata, untuk apa masih malu?
aku katakan sekali lagi...
sekali mencintai, untuk apa membisu?
sekali berkata-kata, untuk apa masih malu?
aku katakan sekali lagi...
Aku mencintai mu dengan
penuh keseriusan
mengajakmu kedalam hatiku
merembas kesegala sel-sel hidupku
untuk pertama kalinya dan untuk selamanya
mengajakmu kedalam hatiku
merembas kesegala sel-sel hidupku
untuk pertama kalinya dan untuk selamanya
Wahai kesucianku...
Jawabanmu aku tunggu
dengan penuh keseriusan pula
jika “tidak” pergilah dan jangan kembali lagi
karena mutiara yang jatuh, tidak akan bisa kembali lagi
meskipun kau tatah rapih kembali
jika “tidak” pergilah dan jangan kembali lagi
karena mutiara yang jatuh, tidak akan bisa kembali lagi
meskipun kau tatah rapih kembali
No comments:
Post a Comment