Tuesday, 3 October 2017

Fitri; Kesucianku (Puisi Awal Untuk Akhir)

Cinta Bukan Canda Tawa

Ketika bibir ini tak kuasa
masihkah mungkin memaksanya?
ini,bukan canda tawa belaka
yang penuh drama dan sandiwara

Ini persoalan “rasa”
bukan “aroma”
Ini persoalan “cinta”
bukan juga “akal budidaya”

Marilah...
sejenak membayangkan perjuangan
tak kenal hujan deras
tak kenal dingin menggigil
tak kenal segala marabahaya

Demi rasa semuanya “iya”
demi cinta semuanya “amin”
pernakah berfikir sebentar
aku hadir karena keseriusan

Kalaupun pergi, itu untuk bertemu kembali
kalaupun tak berasama lagi, itu awal perjumpaan kembali
kalaupun tak diinginkan lagi, itu awal diamini kembali
kalaupun tak disenangi lagi, itu awal dicintai kembali

Sekali merasa, untuk apa diam?
sekali mencintai, untuk apa membisu?
sekali berkata-kata, untuk apa masih malu?
aku katakan sekali lagi...

Aku mencintai mu dengan penuh keseriusan
mengajakmu kedalam hatiku
merembas kesegala sel-sel hidupku
untuk pertama kalinya dan untuk selamanya

Wahai kesucianku...
Jawabanmu aku tunggu dengan penuh keseriusan pula
jika “tidak” pergilah dan jangan kembali lagi
karena mutiara yang jatuh, tidak akan bisa kembali lagi
meskipun kau tatah rapih kembali



No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...