Saturday, 4 February 2017

Mungkinkah Mu'min Tak Berdoa?

Iman dan Doa


          Banyak orang masih mempertanyakan hubungan antara iman dan doa. Padahal, jika penulis boleh jujur, bagimana mungkin orang mu’min tidak berdoa? Mungkinkah, manusia yang percaya akan segala kekuasaan-Nya tidak memohon harapan apapun kepada-Nya? Dan haruskah, jika memang orang-orang yang memiliki mentalitas keimanan yang kuat bermohon atau meminta sesuatu yang ia inginkan kepada dat yang Maha Kaya? Di sinilah penulis berusaha menjawab dari berbagai pertanyaan di atas.

            Menoleh kepada masa silam yang bercahaya, di mana Nabi Muhammad merupakan Nabi dari sekian banyak para Nabi yang diberi kelebihan oleh Allah berupa gelar ma’sum dan deberi kelebihan yang sangat banyak diketahui oleh maraknya orang. Katakanlah nilai dasar ke imanannya kepada Allah tidak lagi bisa diragukan. Beliau bukan hanya sebagai Rasull, Nabi, ataupun yang lain. Jauh lebih penting dari pada itu adalah budi pekertinya yang merupakan al-Qur’an. Oleh sebab itu, beliau di utus ke muka bumi ini tidak memiliki tujuan yang paling mulia kecuali adalah menyempurnakan akhlaq. Dan ketika ada salah satu sahabat bertanya kepada Aisyah ra. Tentang prilaku beliau, maka Aisyah menjwabnya dengan “akhlaqnya (Muhammad) adalah al-Qur’an”.

            Sudah semestinya di katakan bahwa, sekelas Nabi Muhammad saja yang “Perfect” masih berdoa kepada Allah, apalagi seperti kita? Hal ini mengajarkan bahwa, semakin kuat imannya seseorang kepada Allah, semakin kuat pula doanya. Bagaimana tidak? Bukankah orang yang memohon merupakan orang yang menujukkan jati dirinya dihadapan Allah, Mengaku bahwa dirinya adalah hina, lemah, dan tidak memiliki daya dan upaya?

            Nabi tidak pernah lepas dengan berdoa dalam setiap harinya. Mu’min, muhsin, apalagi dengan gelar muslim. Tiga gelar yang diraih secara serentakpun beliau masih saja berdoa. Inilah sebuah gambaran bahwa manusia tidak akan lekang oleh waktu dan tidak akan pupus ditelan zaman dengan yang namanya “Permohona”. Kalau mengambil kepada sifat dasar manusia di hadapan Allah adalah lemah (tidak memiliki daya dan upaya). Bagaimanapun ia ingin semenah-menah di muka bumi ini, pada akhirnya akan kembali kepada-Nya. Oleh sebab itu, keluar sebuah ungkapan “senang lupa pada Tuhan, ketika sulit/susah ia merengek-rengek dihadapa-Nya” kalau bisa meneteskan air mata buaya. Inilah sebuah permisalan bahwa Orang yang imannya belum kuat, ketika susah saja masih berdoa (memohon). Apalagi dengan orang mu’min? Semakian dia mu’min, semakin tampak pula kelemahannya di hadapan Allah. Inilah yang M. Qurais Shihab katakan dalam bukunya “Lentera al-Qur’an”, orang yang beroda adalah orang yang menunjukkan dirinya itu lemah. Kelemahan itu merupakan tingkat kesadaran yang paling dasar bagi orang mu’min di hadapan Allah.


            Kiranya bisa di simpulkan bahwa, “Hanya orang-orang yang lemah saja di hadapan Allah adalah orang yang beriman. Dan hanya orang yang berimanlah yang menadakan tangannya (berdoa kepada-Nya).

               Mungkin ini sebabnya, mengapa dalam selogan HMI, tidak ada kata doa? Karena iman saja sudah cukup mewakili ketidak hadiran kata doa di dalamnya. Di HMI di ajarkan untuk meyakini dengan iman terlebih dahulu agar tahu, betapa mendasarnya nilai keimaman itu. Sedangkan usaha dengan ilmu di letakkan setalah iman, karena bagaimana mungkin melakukan sesuatu tanpa ilmu? Sedangkan wujud dari ilmu yang di usahakan tersebut menjadi amal yang dimakbul oleh Allah. Karena, hanya usaha dengan ilmu lah yang Allah terima amalnya. Lalu pertanyaan berikutnya adalah kapan doanya? Kenapa hanya percaya, lalu usaha, ? bukankah tanpa doa juga kurang sempurna? Dalam imanlah doa akan timbul setelah melakukan usaha. Itulah sebabnya, sifat sabar, taqwa, dan tawakkal hanya di miliki oleh orang-orang yang mu’min. Tawakkal merupakan wujud asli dari doa yang penulis singgung di atas yaitu, semua di kembalikan ke pada Allah karena manusia tidak memliki daya dan upaya untuk menentukan sukses atau tidaknya. Akan tetapi, Allah lah yang menentukan hal itu semua. Di sinilah, manusia mengakui kelemahannya yang berbentuk doa dan berisi tawakkal.

No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...