Friday 25 November 2016

Al-Qur’an Bukan Kitab Ilmiah

Al-Qur'an Kitab Petunjuk



          Sebelum berbicara tentang al-qur’an bukan kitab ilmiah (Karya Ilmiah), terlebih dahulu perlu digaris bawahi bahwa yang dimaksud dengan pengertian karya ilmiah adalah serangkain kegiatan penulis yang berlandaskan pada hasil penelitian yang disusun secara  sistematis mengikuti metodologi ilmiah, yang bertujuan untuk mendapatkan jawaban ilmiah dari suatu permasalahan. Definisi ini, dikemukakan oleh Dr. Bambang Supriyadi., M.A.
            Suatu karya seseorang jika ingin dikatakan sebagai karya ilmiah harus memenuhi berbagai macam syarat. Sesuai dengan apa yang telah dijelaskan di atas. Definisi tersebut, sebagai sarat mutlaq untuk dikatakanya sebuah karya sebagai karya ilmiah. Yang pertama adalah hasil penelitian penulis dan harus sistematis/mengikuti metodologi ilmiah. Sedangkan yang dimaksud dengan metodologi ilmiah (scientific method) adalah sebuah proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Definisi ini dikutip dari Wikipedia.
            Jika dijelaskan secara lengkap Metodologi  Ilmiah terdiri dari 2 (dua) kata yaitu kata Metode dan Ilmiah. Metode merupakan cara seseorang dalam melakukan suatu kegiatan untuk memecahkan masalah yang ada secara sistematis. Sedangkan kata Ilmiah merupakan cara mendapatkan pengetahuan secara alami dan berdasarkan bukti fisis. Seseorang yang melakukan metode ilmiah untuk memecahkan masalah akan membentuk atau mengambil Hipotesis. Hipotesis inilah yang nantinya akan menjelaskan masalah, dan dapat digunakan untuk pengujian serta melakukan eksperimen.
            Penelitian atau metode ilmiah umumnya menfokuskan untuk melakukan identifikasi terhadap masalah yang harus dipecahkan, pengumpulan data, lalu menanalisis data dan menarik kesimpulan yang tepat. Penelitian ini sifatnya sangat objektif, karena tidak berdasarkan pada perasaan, pengalaman maupun intuisi seorang peneliti yang sifatnya subjektif.
            Jika diihat atau ditinjau kembali tentang pengertian karya ilmiah di atas, sangtlah tepat jika al-qur’an dikatakan sebagai kitab yang didalamnya bukan dikategorikan karya ilmiah. Mengapa demikian? Karena, karya ilmiah bersifat sementar jika dilihat dari sisi kesesuaian waktu dan tempatnya. Semisal, istinbatnya imam syafi’i dan tiga imam lainya jika dipadukan dengan hasil desertasinya Prof. Dr. Wahbah  Zuhaili (Desertasi beliau meneliti kitab al-Fiqhu ala-Madzahibil Ar-Ba’ah yang sekarang sangat populer dengan judul kitab “al-Fiqhul Islam Wa’adillatuhu”) akan ditemukan berbagai macam perbedaan di dalamnya. Kendati, faktor penelitian antara beliua dengan imam empat mazhab yang berbeda baik dari segi tempat dan waktunya.
Sedangkan, al-qur’an tidak bersifat sementara. Siapapun orangnya jika ingin membantah al-qur’an, baik itu dari segi kebahasaan, hukum, dan sebagainya. Tidak akan menemukan perselisihan ataupun kesalahan sedikitpun. Meskipun, berbeda waktu, latar, dan tempatnya.  Mengapa demikian? Karena al-Qur’an kitab petunjuk untuk kebahagian dunia akhirat, tidak heran jika didalmnya terdapat berbagai petunjuk tersirat dan tersurat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, guna mendukung fungsinya sebagai kitab yang dengan bahasa al-quranya “Hudal linnasi” petunjuk bagi manusia.
            Oleh sebab itu, Prof. Dr. Quraish Shihab., M.A. dalam bukunya Mukjizat Al-Qur’an, berkata “Al-qur’an bukan suatu kitab ilmiah sebagaiman halnya kitab-kitab ilmiah yang dikenal selama ini”.  Mengapa demikian? Perhatikanlah ayat berikut ini :
يسألونك عن الأهلة
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan.” (QS, Al-Baqarah {2} : 189)
                Ayat di atas terdapat pertanyaan tentang “Mengapa bulan (sabit) terlihat dari malam ke malam membesar hingga purnama, kemudian sedikit demi sedikit mengecil, hingga menghilang dari pandangan mata”.
            Pertanya tersebut tidak dijawab al-qur’an dengan jawaban ilmiah yang dikenal oleh astronom, tetapi jawabannya justru diarahkan kepada upaya memahami hikmah di balik kenyataan itu. Inilah ayat selanjutnya hasil pertanyaan di atas :
قل هي مواقت للناس والحج
“Katakanlah, “Yang demikian itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji”. (QS, Al-Baqarah {2} : 189)
Alasan kedua bahwa al-qur’an bukan karya ilmiah sperti mana kitab-kitab yang dikenal adalah semua ayat yang ada dalam al-qur’an hanya memberikan gambaran secara gelobal saja akan keilmuan. Dan kabar yang diberitahukan oleh al-qur’an ini tidak akan bisa dikatakan sebagai ilmu pengetahuan jika tidak ada yang mengkaji dan menyesuaikan dengan hasil observasi para ilmuan. Oleh sebab itu, hakikat ilmiah yang disinggung oleh al-qur’an hanya dikemukakan secara singkat dan sarat maknanya, sekaligus tidak terlepas dari ciri-ciri umum radaksinya.
Kesimpulanya adalah betapapun masih ada perselisihan antar kaum cendikiawan muslim dengan yang lain akan al-Qur’an apakah kitab ilmiah atau tidak? Disini sudah jelas. Jika al-Qur’an dikatakan kitab ilmiah sperti mana yang diketahui. Maka, al-Qur’an memiliki kekeliruan dan perlu adanya perombakkan. Karena, sebagus apapun hasil penelitian seseorang yang dibilang sebagai karya ilmiah, akan lunak dimakan waktu dan ditelan oleh zaman (tidak akan sempurna). Baik itu sebab faktor adanya ketidak sesuain teori yang dipakai oleh si penagarang dengan zaman yang tentunya tidak sama dengan zaman penelitian pengarang.
Sedangkan al-Qur’an jika meminjam bahasanya Prof. Dr. Quraish Shihab., M.A. “al-Qur’an tidak akan lapuk oleh waktu dan tidak akan lekang oleh zaman”. Kesempurnaan al-Qur’an melebihi dari karya ilmiah. Oleh sebab itu, Prof. Dr. Quraish Shihab., M.A. mengatakanya sebagai kitab petunjuk bagi manusia. Bukan kitab ilmiah.
           
             



No comments:

Post a Comment

Dalam Cinta, Air Mataku Tak Akan Pernah Berhenti

في الحب دموعي لا تنتهي بالدمع كتبتُ هذه القصيدةَ بالقلق أصابني كل حين في الحياة فكرتُ ما أخطائي إليكِ لمرَة حتى أشعر أن أحبك بشدة المرة...